" sebenarnya...," ucap Erik menatap pak Edwan
"sebenarnya apa sih! jangan buat Maya penasaran! " ucap Maya menatap kedua pria di hadapannya.
"kamu tau Dimas seorang anak yatim piatu?," tanya Erik. Maya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"apa kamu tau penyebab orang tua Dimas mati karena apa?, "Erik bertanya kembali pada Maya.
"iya semu Maya tau, orang tua Dimas meninggalkan karena kecelakaan tunggal kan! " ucap Maya.
" orang tua Dimas meninggalkan karena sebuah kecelakaan namun bukan kecelakaan tunggal melainkan mereka meninggalkan Karena sebuah kasus tabrak lari!, " terang Erik seketika wajahnya berubah sendu.
"tabrak lari? maksudnya apa sih kak! jangan membuat ku makin bingung deh, " balas Maya.
"sebenarnya, Kaka lah orang yang menabrak kedua orangtuanya Dimas !" ucap Erik sontak membuat Maya kaget bagai tersambar petir mendengar pernyataan dari sang Kaka.
"Kaka yang menabraknya?," tanya Maya pelan.
"yah! kejadiannya sekitar 10 tahun yang lalu saat Kaka berumur 18 tahun masih sangat teringat jelas di kepala Kaka kejadian yang membuat Dimas harus kehilangan orang yang paling ia sayangi! " tutur kak Erik.
"10 tahun yang lalu! " ucap Maya menatap Erik.
"iya 10 tahun yang lalu di mana Daddy masih sibuk membangun ulang perusahaan kita yang sudah hampir bangkrut dan tidak mempedulikan kalian berdua! semua itu kesalahan Daddy! " sambung pak Edwan menceritakan semua kronologi kejadiannya.
~flash back on 10 tahun yang lalu~
" Erik apa kamu mabuk lagi?," tanya pak Edwan saat melihat anak sulungnya baru pulang dalam keadaan mabuk.
"aku hanya minum sedikit Daddy! " ucap Erik yang terbaring di sofa.
" Erik! sudah berapa kali Daddy peringatkan pada mu jangan pernah menyentuh barang haram itu! " pekik pak Edwan.
" kenapa kalau aku minum! tidak ada ruginya bagi Daddy dan lagian nih sejak kapan Daddy peduli pada Kami bukannya perkejaan Daddy lebih utama! " balas Erik dengan senyum sinis nya.
"Erik tutup mulut kamu! Daddy sangat sayang dan peduli pada kamu dan Maya! kalian berdua harta yang sangat berharga untuk Daddy. Selama ini Daddy bekerja untuk kalian berdua! " beber pak Edwan menahan emosinya sejak tadi melihat tingkah laku Erik.
"hahahaha, peduli! kenapa Kalimat itu sangat menggelitik saat aku dengar dari mulut Daddy!" tawa Erik namun air matanya yang keluar tak bisa menyembunyikan bahwa dirinya sangat menderita.
" jika Daddy sangat perhatian atau peduli pada ku dan Maya, dimana Daddy saat aku hampir mati karena sakit! Di mana Daddy saat Maya di hina dan di maki oleh eyang dan teman-temannya karena kesalahan yang Maya sendiri tidak melakukannya!" pekik Erik dengan lantang menatap pak Edwan yang sudah terbungkam seribu bahasa.
" kenapa Daddy diam! apa yang Erik ucapkan benar bukan bahwa Daddy sama sekali tidak peduli pada kami dan seandainya Tuhan memberikan pilihan untuk memilih Daddy atau Mommy Erik dan Maya lebih senang mengikuti Mommy!," ucap Erik langsung mendapatkan tamparan keras dari Edwan.
" Tutup mulut mu Erik! " ucap pak Edwan dengan lantang.
Erik memegang pipinya sambil berkata, "pukulan tadi sudah membuktikan bahwa Daddy benar-benar tidak peduli lagi! " Erik segera keluar dari rumah membawa mobil dengan keadaan mabuk.
"Erika! Erik...!," teriak pak Edwan namun Erik tidak menghiraukannya. Erik membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Hujan yang secara tiba-tiba turun mengguyur daerah metropolitan itu. Di tengah malam yang gelap membuat Erik susah untuk melihat keadaan jalanan apalagi saat ini dirinya sedang di kuasai oleh kemarahan pada pak Edwan. Tanpa sadar Erik langsung menabrak sebuah Kuda besi membuat sang penumpang terlempar. Erik yang panik Segara membanting stir nya menabrak sebuah pohon.
Erik yang hanya mengalami benturan kecil dari kepalanya, keluar dari mobil untuk melihat keadaan motor yang di ditabraknya tadi.
"tidak...! tidak...!," ucap Erik dengan langkah pelan ia mundur saat melihat mayat sepasang suami istri yang sudah tak bernyawa, mengalirkan darah yang begitu banyak mengikuti aliran hujan.
Pak Edwan yang ternyata mengikuti Erik saat keluar dari rumah, memeluk putranya dengan erat.
"aku pembunuh...! Daddy aku membunuh mereka!" Ucap Erik dengan mulutnya yang bergetar memeluk pak Edwan.
"Daddy...! tolong Erik...! Erik benar-benar tidak sengaja, Erik membunuh mereka Daddy!" Pak Edwan mengeratkan pelukannya kepada putranya.
"tenanglah sayang Daddy akan membereskannya." ucap pak Edwan menenangkan Erik.
Pak Edwan memerintah anak buahnya untuk membersihkan kejadian ini dan melarikan sepasang suami istri itu di rumah sakit dengan kabar bahwa mereka mengalami sebuah kecelakaan tunggal.
Pak Eden juga memerintahkan mereka untuk mengabari keluarganya. Untung saja malam itu hujan turun begitu deras dan tidak ada Saksi mata atau pun CCTV yang melihat atau merekam kejadian itu.
Pak Edwan segara membawa Erik ke rumah sakit untuk mengecek kondisi sang putra dalam keadaan baik-baik saja.
Namun saat Erik dan pak Edwan keluar dari ruangan pemeriksaan, mereka melihat seorang anak yang masih memakai seragam SMA menangis tersedu-sedu saat jenazah sepasang suami istri itu keluar dari IGD.
"Abi...! umi...!" lirih anak itu memeluk jenazah orangtuanya.
" dokter apa yang terjadi pada mereka, kenapa wajah mereka harus tertutup dengan kain seperti ini ?," tanya pria berseragam SMA tadi dengan suara gemetar.
"apa anda keluarga korban,? " tanya dokter mantap anak itu.
"saya anaknya! " balas anak tadi.
"mereka sudah tidak bernyawa saat di larikan dari rumah sakit sepertinya orang tua anda sudah meninggal di tempat saat kecelakaan itu terjadi!" jelas dokter.
"tidak...! tidak...! umi...! Abi...! jangan tinggal Dimas sendiri," pekik pria berseragam SMA tadi yang tidak lain adalah Dimas.
Erik yang melihat hal itu merasa sangat bersalah, ia meneteskan air matanya mengingat kembali saat dulu ia harus iklhas kehilangan sosok Mommy yang sangat Erik sayangi.
Erik berjalan dengan pelan mendekat ke arah Dimas dan menyentuh pundak Dimas.
"maafkan aku...!,"
Bersambung......
jangan lupa untuk :
👍 like
💬 komentar
❤️ favorit
🎟️ vote
🥀 berikan hadiah jika kalian menyukai novel ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments