11. Minggu depan

Baru saja ia memasuki ruang keluarga langsung mendapat tamparan dari Daddy Qenan. Ia tak dapat membantah ataupun mengelak karena ia bersalah.

"Kau lihat sekarang? perempuan yang masih kau pertahankan itu membuatku malu," bentak Daddy Qenan.

"Wanita seperti itu yang akan jadi menantuku, Ed? Wanita itu yang akan mengandung penerus bisnis yang telah ku bangun dengam tangan ku sendiri?" berang Daddy Qenan penuh amarah.

Di ruangan itu selain Daddy Qenan tak ada yang mengeluarkan suara. Edzard dan Aaron hanya berdiri menundukkan kepala sedang Mommy Nadira langsung berdiri mengelus lengan suaminya agar tak lagi emosi.

"Dad, jangan marah-marah. Ingat darah tinggi," ucap Mommy Nadira langsung membuat Daddy Qenan menoleh ke arah istrinya itu.

"Mi amor, aku belum separah itu. Jangan bela anak sulung kita ini. Aku malu saat tadi pertemuan dengan rakan-rekan bisnisku," keluh Daddy Qenan pada istrinya dengan suara melembut berbeda saat bicara pada Edzard.

Mommy Nadira menuntun Daddy Qenan duduk agar bisa mendengarkan suaminya berbicara baru berdiskusi masalah Anabella.

"Suruh siapa kalian berdua duduk? tetap berdiri," hardik Daddy Qenan melihat Edzard dan Aaron ikut duduk.

Mendengar suara Daddy Qenan menggelegar langsung membuat Edzard dan Aaron langsung berdiri. Bulu kuduk mereka langsung berdiri ngerih mendengar suara Daddy Qenan.

"Apa yang dikatakan rekan bisnis Daddy?" tanya Mommy Nadira melembut memandangi wajah suaminya yang suda. tak muda lagi namun masih sangat tampan menurutnya.

"Mereka bilang calon menantu kita sangat sek si dan agresif. Salah satu dari mereka pernah bersama, apa salah Daddy berharap menantu yang baik? Daddy hanya gak mau anak kita malu di kemudian hari. Daddy mau Ed punya istri sepertimu,"

Mommy Nadira tersenyum melihat sang suami masih sama seperti dahulu. Suaminya itu akan menceritakan apa saja yang telah dilewati sepanjang hari jika ia tak ikut bersama sang suami.

"Suamiku, Edzard masih muda. Dan anak kita ini punya gadis lain selain Anabell. Mungkin saat ini Ed masih menilai mereka untuk siapa yang pantas menjadi menantu mereka,"

Hening.

Edzard melihat kedua orang tua nya berbicara membuatnya takut jika sang Mommy akan memberitahu apa yang telah ia lakukan pada Ivy. Bukan tak ingin menikahi, tetapi sadar jika yang dilakukan adalah salah.

Apalagi ia tahu jika Mommy nya tak ada sedikit hal apapun yang di sembunyikan dari suaminya yang tak lain Daddy nya, Daddy Qenan.

"Kok kamu tahu?" tanya Daddy Qenan membuat mereka yang mendengar menegang termasuk Edzard dan Aaron.

Mommy Nadira tampak menelan saliva karena keceplosan bicara. "Sudah beberapa hari lalu, maaf Mommy belum cerita ke Daddy,"

Edzard berdecak melihat keromantisan orang tuanya dan benar saja, ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Daddy Qenan akan membawa Mommy Nadira ke kamar dalam waktu yang lama.

Ingin berpikir waras namun ia sudah merasa cukup dewasa untuk tahu apa yang terjadi di dalam kamar utama rumah orang tuanya.

"Sepongebob. Gue iri lihat mereka," celetuk Aaron melihat orang tua Edzard memasuki kamar.

Pandangan Edzard sama tertuju pada orang tuanya. "Nikah biar gak iri,"

Aaron menggeleng duduk lebih dahulu. "Gue belum siap nikah," sahut Aaron.

Edzard menghela nafas kemudian ikut duduk bersama Aaron. "Aku merasa belum mampu untuk menikah, aku bukan Daddy yang mampu merintis usaha dan menjaga Mommy dari masa SMA."

Cukup lama mereka mengobrol bahkan menjadi membahas pekerjaan tetapi tak juga pasangan paruh baya itu menampakkan batang hidung nya.

Hingga dua jam kemudian, keduanya telah berganti pakaian dan tampak lebih segar. Daddy Qenan dengan senyum terpancar sedang Momny Nadira merengut dengan tangan merangkul lengan suaminya.