10. Drakula

Tiba di depan gedung Perusahaan Edzard semakin enggan melangkah tetapi tubuhnya menegang bahkan sulit untuk bernafas ketika tanpa sengaja tatapannya dengan Edzard bertemu kemudian segera ia paling ke sisi lain dan justru membuat Edzard kembali menariknya ikut bersama masuk ke dalam mobil.

"Lepas kak," berontak Ivy karena tubuh Edzard sudah berada di atasnya. Keduanya berada di kursi penumpang.

Edzard paling tak suka jika di abaikan. Apalagi saat melihat Ivy memalingkan wajah tadi membuat emosinya kembali tersulut.

"Kau menolak ku, Ivy?" geram Edzard semakin ingin membuat Ivy takluk padanya.

Bug

"Aakh," cicit Edzard ketika kaki Ivy menerjang aset masa depan dan dengan brutal gadis itu menggigit tepat di pu ting dada nya.

Satu tangan berada di dada dan satu tangan menangkup aset masa depan yang hingga kini masih perjaka itu.

"Kau," cicit Edzard membungkuk dengan menahan sakit. Saking sakitnya kulit putih itu berubah menjadi merah dengan urat leher timbul tanpa bisa meluapkan amarah dan rasa sakit yang tertahan.

Dirasa sakitnya sudah berkurang ia duduk tegak menghadap Ivy. Keduanya masih di dalam mobil. Dilihat Ivy terlihat ketakutan padanya.

"Kau seperti drakula. Astaga, penampilan saja culun tapi dibalik itu kau seperti drakula," sungut Edzard sembari mengelus dadanya.

Ivy meremas ujung rok span nya. Tadi ia panik sehingga mengeluarkan kemampuan nya yang selama ini ia simpan rapat-rapat oleh orang luar.

"Maaf, kak. Tadi aku ketakutan jadi panik sampai tendang itu kakak," ucap Ivy secara gamblang membuat Edzard membuang muka merasa malu atas ucapan gadis itu.

Berulang kali Edzard menghela nafas untuk menetralisir pikiran dan rasa sakit yang masih terasa. Ia tahu salah telah membentak gadis itu hanya karena kesalahan kecil.

Pikiran nya yang kacau membuat dirinya ingin melampiaskan amarahnya namun sialnya harus kepada Ivy, gadis culun tak bersalah yang sengaja ia hadirkan di tengah hubungan nya dengan Anabella.

"Kembalilah ke ruangan mu. Segera makan, aku tahu kamu belum makan," ucapan spontan dari bibirnya sendiri membuat Edzard mengumpat dalam hati untuk dirinya.

Padahal awal berniat meminta maaf namun lidahnya keluh tetapi lihatlah, lidahnya semakin kurang ajar padanya. Apalagi melihat Ivy mengangguk tersenyum semakin membuatnya sekuat tenaga untuk tidak memuji kecantikan gadis culunnya itu.

Ivy mengangguk dengan senyuman khas nya. Kemudian membuka pintu mobil setelah berpamitan pada Edzard.

Tak lama kemudian Aaron masuk duduk di bangku kemudi. "Bos, kok cepat banget? mobil juga nggak ada bergoyang juga."

Edzard mengalihkan atensi ke arah Aaron dengan tatapan tajam. "Diamlah kau, pengangguran."

Aaron mengernyitkan dahi sembari tetap konsentrasi pada jalanan. "Aku gak pengangguran."

"Setelah mengantarkan ku , kau akan mrnjadi pengangguran,"ucap Edzard enteng sembari menikmati wajah tegang Aaron dari kaca spion dalam mobil tersebut.

Dengan wajah pias Aaron melirik sang Bos dari kaca spion tengah itu. "Jangan gitu dong, Bos. Nanti aku gak bisa kencan."

Edzard hanya diam setelah mendengar Aaron mengatakan kencan. Senyum tipis sekilas terbit memikirkan sesuatu.

Mobil di tumpangi Edzard berhenti tepat di depan rumah meeah berlangai tiga milik orang tua nya. Helaan nafas berulang kali terdengar barulah ia memberanikan keluar dari mobil.