08. Perut Sialan

"Pengeluaran Dana setiap bulan nya besar tapi AC rusak tak di benahi. Pekerjaan kalian apa selama ini? Haah," Bentak Edzard melemparkan map di depan beberapa pejabat cabang Perusahaan nya itu.

Mood nya menjadi tidak baik pagi ini. Salah satu anak cabang Perusahaan Edzard Abraham Transindo sedang tidak baik. Beberapa pejabat yang ada di ruang rapat hanya bisa menunduk pasrah dengan amukan anak pemilik Prusahan dimana mereka mencari nafkah.

"Kita kembali ke Perusahaan, sekarang," titah nya pada Aaron.

"Baik Bos," Aaron tahu Edzard masih dipenuhi emosi.

Di perjalanan tidak ada yang membuka suara. Edzard menyandarkan tubuhnya seraya memijat pelipisnya. Kemudian atensinya beralih ketika ponselnya berdering.

Seulas senyum tipis terbit di bibirnya melihat siapa yang memanggilnya melalui panggilan video.

Adik pertamanya, Elysia. Gadis manja, lemah lembut, dan periang. Sama persis seperti Mommy Nadira. Berbeda dengan dirinya juga Alice. Tetapi di balik sifatnya yang manja, Elysia adalah gadis yang mandiri.

Terbukti, adiknya memilih untuk menetap di luar negeri setelah pendidikan gadis itu usai.

"Kakak.."

"Hem," Edzard selalu saja begitu.

"Kangen, kapan kakak akan mengunjungiku?"

Edzard mengulas senyum melihat wajah cemberut Elysia. Sangat mirip Mommy Nadira.

"Kamu pulanglah, Mommy merindukanmu. Jangan terlalu betah di negeri orang."

Terdengar cebikan dari seberang sana.

"Iya aku pasti pulang, tapi nanti setelah urusan ku selesai. Aku masih nyaman disini, Galeri ku belum bisa di tinggal, kak. Apalagi sekarang kak Daren jarang datang."

Edzard mengangguk paham. "Pulanglah, kakak tahu masalahmu. Jaga dirimu, jika terlalu menyakitkan tinggalkan kesakitan itu. Kakak bisa mencarikan mu yang lebih baik dari mereka."

"Aku gak apa-apa. Mereka gak sakiti aku, hanya hatiku saja yang sakit. Aku tutup dulu ya. Bye kak. Salam untuk Mommy dan Daddy. Adik ku juga."

"Baiklah, katakan kalau kamu sudah menyerah. Jangan paksakan hatimu untuk kuat."

Panggilan video itu berakhir. Terdengar helaan nafas berat dari Edzard. Memikirkan bagaimana kisah percintaan adik pertamanya itu salah satu penyebab yang menyita pikiran nya.

Bagaimana tidak, sang adik terjebak kisah cinta segitiga dengan pria kembar identik dan salah satu dari mereka adalah seorang mafia.

Edzard kembali memijit pelipisnya kembali. "Patrick. Kenapa Daren belum juga menemani adikku?" tanya Edzard teringat salah satu sahabat sekaligus sepupunya itu.

Aaron mengedikkan bahu. "Mana ku tahu, dia kan sepupu mu," sahut Aaron kembali fokus pada jalanan.

Tak ada jawaban dari Edzard karena mata nya terpejam. Untuk sesaat ia ingin melupakan beban pikiran.

Sebagai anak tertua tentu saja ia memiliki tanggung jawab besar di kekuarga nya. Bukan hanya dua Perusahaan, masalah adik-adik nya juga tak luput dari perhatian nya.

Terutama adik pertamanya, ingin sekali mengumpat atau memaki Elysia yang mudah nya terjebak oleh dua pria berdarah dingin dan kejam itu.

Dasar keturunan Mommy, mudah baper. Umpat Edzard.

...****...

Sesampainya di Perusahaan. Edzard berjalan penuh ketegasan dan juga berwibawa di ikuti Aaron tak kalah jauh dari Edzard.

Rahangnya mengeras ketika melihat Ivy sedang mengobrol bersama seorang pria yang juga merupakan karyawan nya. Ia sempat berhenti memerhatikan interaksi keduanya kalu melangkah meninggalkan Aaron.

Dengan langkah lebar memasuki lift petinggi Perusahaan tetapi tak urung di tutup oleh nya. Karena tengah menunggu dua orang akan menyusulnya. Bukan, hanya seorang saja.

Aaron sendiri seakan mengerti melihat perubahan raut wajah Edzard langsung menghampiri Ivy stelah melihat sahabat sekaligus Bos nya itu berjalan menjauh memasuki lift.

"Ivy, ikut saya."

...****...

Beberapa saat lalu Ivy baru saja keluar dar. pantry. Beberapa hari pula ia mengganti gaya rambut nya yang biasa di kepang dua menjadi kuncir kuda hingga memperlihatkan leher mulus nya yang jenjang walau kaca mata tebal itu masih saja bertengger di hidungnya yang mancung.

"Ivy," panggil seseorang bernama Mario tak lain rekan kerja satu divisinya.

"Iya," sahut Ivy ramah.

"Elena sudah punya pacar belum?"

"Setahuku belum."

Banyak yang mereka obrolkan mengenai Elena hingga membicarakan diri mereka masing-masing bahkan Ivy tak sadar jika Edzard dan Aaron berjalan melewati mereka.

"Ivy, ikut saya."

Ivy tersentak menoleh ke arah sumber suara yang ditujukan untuknya. Ia tentu tahu tujuan dari Asisten Pribadi Pemimpin Perusahaan tempatnya bekerja pasti berhubungan dengan Edzard.

Ia mengangguk lalu mengikuti Aaron kemudian masuk ke dalam lift. Tubuhnya menegang ketika tatapan nya bertemu dengan tatapan tajam milik Edzard.

...****...

Setelah melihat Aaron kekuar dari lift, ia pun langsung menghimpit Ivy ke dinding menutupi dari kamera pengintai.

Tanpa mengunggu lama, Edzard membungkam bibir ranum Ivy dengan rajus sembari tangan nya menyusup masuk ke blouse putih yang di kenakan gadia itu.

Tak lupa pula Edzard mencampakkan kacamata tebal Ivy ke lantai. Ciuman itu turun ke leher Ivy. Suara lenguhan gadis itu semakin membuatnya semangat. Rasa cemburu yang tak di akui masih menguasai hatinya.

Bibirnya sudah sampai di atas salah satu aset berharga Ivy yang sudah iabuka kancing nya beberapa saat lalu.

"Kak," desis Ivy membuat Edzard tersadar.

Sial.

Edzard kembali menegakkan diri memerhatikan Ivy yang tengah merapikan penampilan nya.

Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat kemudian Ivy menunduk. Pintu lift terbuka bersamaan dengan Ivy telah rapi kembali. Edzard melangkah menuju ruangan nya di ikuti Ivy di belakang.

"Ini sebagai hukuman karena kamu berani melanggar salah satu syarat dariku, Ivy. Kamu harus ingat bahwa kamu adalah milikku. Tak pria mana pun yang boleh mendekati mu," ucap Edzard sarkastik setiba di dalam ruang kerjanya.

"Kami hanya rekan kerja, kak!" papar Ivy agar Edzard tak salah paham.

Edzard berbalik ke arah Ivy dengan tatapan tajam. Rahang nya mengeras dan semakin tersulut emosi atas jawaban Ivy.

"Jadi kau membelanya?" bentak Edzard membuat Ivy berdiri menundukkan kepala berdiri mematung.

"Bu-bukan begitu,"

Tetapi agaknya emosi itu semakin menjadi karena Ivy membela pria tadi.Di dorong sedikit kasat tubuh Ivy hingga terhempas ke sofa.

Kembali mendekati wanita itu langsung me ***** bibir yang sudah candu baginya. Tak perduli Ivy terus memberontak bahkan kini tengkuk wanita itu ia tahan agar ciuman menjadi lebih lama.

Di buka jas dan mengendurkan dasi yang sudah menyesakkan leher. Lagi-lagi suara lenguhan Ivy semakin membuat gai rah nya terbakar. Walau ia tahu, wanita yang tengah ia kuasai ini belum memiliki pengalaman apapun.

Kembali di sesap bibir ranum Ivy sembari mere mas aset berharga milik wanita itu. Kecupan terus menjalari Keduanya sudah terbakar gai rah dan ingin menuntut lebih.

Tak ada yang menyadari jika kedua nya telah polos di bagian atas tubuh masing-masing. Hingga pada akhirnya perut keduanya berbunyi membuat keduanya menghentikan apa yang mereka lakukan.

Perut sialan. Umpat Edzard dalam hati.

Aku malu. Pekik Ivy dalam hati.

❤️

TBC

Maaf terlambat up ya, hari ini benar² nguras tenaga emak.

anak sakit, harus mondar mandir cari tempat praktek dokter karena di kota ema. masih pada tutup.

🙏🙏😭😭

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***