Lembayung jingga telah muncul di ufuk barat langit, pertanda bahwa hari sudah senja dan akan segera berganti menjadi malam.
Sebuah mobil sedan mewah berwarna silver berhenti tepat di pekarangan rumah Skylar, milik Papa Lucas yang baru saja pulang dari kantor. Entah mengapa perasaan pria paruh baya itu terasa tidak nyaman sore ini membuatnya terburu-buru pulang ke rumah.
"Assalamualaikum," ucapnya berusaha membuka pintu.
Namun ada yang aneh, Skylar yang biasanya tidak pernah mengunci pintu kali ini malah mengunci pintu dari dalam.
"Skylar, Nak, kamu dimana?"
Hening tak ada jawaban membuat Papa Lucas semakin bingung dan khawatir.
Dia mengetuk pintu besar rumahnya berkali-kali namun tetap tidak ada jawaban.
Semakin khawatir, Papa Lucas membuka tasnya guna mengeluarkan kunci cadangan.
Dengan sigap beliau langsung membuka pintu, matanya terbelalak tak percaya mendapati puterinya terbaring tak berdaya di lantai sambil menangis sesenggukan.
Papa Lucas memperhatikan anak semata wayangnya lebih dekat, bibir gadis malang itu mengering matanya pun membengkak begitu pula dengan hidungnya yang memerah bak terbakar. Ia dalam keadaan tertidur membuat Papa Lucas langsung menggendong tubuh ringkihnya itu membawanya masuk ke kamar.
"Apa yang terjadi pada anakku?" lirihnya memandang khawatir Skylar yang baru saja ia pindahkan ke atas kasur.
Papa Lucas lantas menutup pintu kamar Skylar, membiarkan gadis itu beristirahat. Kaki jenjang pria paruh baya itu langsung menuruni anak tangga menuju dapur, bermaksud menanyai Bi Midah, asisten rumah tangga mereka.
"Bi Midah," panggil Papa Lucas mencari eksistensi Bi Midah.
"Iya, Tuan, ada apa?"
"Bibi tahu kenapa Skylar jadi seperti itu?" tanya Papa Lucas langsung pada intinya.
"anu, Tuan, tadi Non Skylar bertengkar sama pacarnya," jawab Bi Midah apa adanya karena dia tidak sengaja mendengar pembicaraan keduanya dari dapur saat berniat membuatkan Darrel minuman.
"Bagaimana bisa?"
"Kata pacarnya Non Skylar, dia menghamili perempuan lain itu membuat Non Skylar marah besar dan jadi begitu, Tuan. Tadi saya sudah bujuk Non Skylar buat naik ke kamar tadi Non gak mau," papar Bi Midah.
"Pantas saja anakku jadi seperti itu," gumam Papa Lucas.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Tuan. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
...°°°...
Pagi sudah tiba namun tubuh Skylar seolah merekat sempurna dengan kasur membuat gadis cantik itu enggan bergerak barang sedikit. Kepalanya terasa pening, pun matanya terasa sakit serta hidungnya terasa mampet membuat perasaan Skylar kian memburuk.
Kesedihan dan kekecewaan masih dengan kuat membelenggu hatinya menyebabkan Skylar semakin tak memiliki semangat.
"Okay, Wendelline Skylar, khusus untuk hari ini lo boleh sedih tapi besok gak boleh lagi." Skylar berujar dengan suara yang masih begitu serak.
"Sayang, kamu sudah bangun?" Papa Lucas mengetuk pintu kamar Skylar perlahan.
Oh, tentu saja masih ada laki-laki baik di dunia ini dan jelas itu adalah Papa.
Skylar lantas mengumpulkan sisa tenaganya untuk beranjak dari kasur berniat menemui Papanya yang pasti sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Papa..." Skylar yang lemas tak berdaya langsung berlari menghambur ke pelukan sang Papa. Dia sudah tidak menangis, namun hatinya masih terasa amat sakit.
"Sudah... Papa sudah tahu semuanya," Papa Lucas membalas pelukan sang anak, berusaha memberikan kenyamanan dan ketenangan melalui pelukannya.
"Sekarang ayo kita makan, Papa sudah masak gou lao rou kesukaan kamu," ajak Papa Lucas.
Meskipun nafsu makannya sedang tidak baik, Skylar tetap mengangguk dan menyetujui ajakan Papanya untuk makan apalagi setelah ia mendengar nama Gou Lao Rou yang menjadi makanan China kesukaannya sejak masih kecil.
"Khusus hari ini kamu duduk saja biar Papa yang sajikan semuanya," titah Papa Lucas sambil menepuk lembut kedua bahu Skylar agar mau duduk di meja makan dengan tenang.
"Terima kasih, Papa."
Papa Lucas tersenyum, "tidak ada laki-laki yang lebih mencintaimu ketimbang Papa, nak. Jadi Papa yang harus menjagamu sampai kapan pun."
Skylar terhenyak mendengar penuturan Papanya. Ia juga merasa kecewa pada dirinya sendiri karena masih kurang membalas kasih sayang yang begitu tercurah dari Papa untuk dirinya. Hanya Papa satu-satunya orang yang tetap disisi Skylar dalam kondisi apa pun.
Dipandanginya sang Papa yang kini sedang asyik sendiri menyajikan makanan enak untuk mereka berdua dengan pandangan sayu, berharap suatu saat nanti bisa menjadi anak kebanggaan Papa yang berguna di masa depan.
"Ini, Nak. ayo dimakan sebelum dingin," suruh Papa Lucas dengan senyuman yang tersungging manis di wajah tampannya.
"selama ini Sky udah susahin Papa terus ya."
Senyum Papa Lucas masih tidak memudar. Diambilnya sepasang sumpit dan menyuapi Skylar dengan masakan yang telah ia sajikan barusan.
"Gak, ini sudah kewajiban Papa sebagai orang tua satu-satunya yang kamu punya, Nak. Ini adalah kewajiban bukan hutang yang perlu kamu bayar," balas Papa Lucas lembut.
Ia begitu sabar dan telaten menyuapi Skylar.
"Papa harusnya makan duluan 'kan Papa harus ke kantor sebentar lagi," cicit Skylar.
Papa Lucas menggeleng, "demi permata Papa yang paling berharga, Papa harus mengesampingkan pekerjaan."
Lagi pula Lucas Wong memang bukanlah seorang karyawan, melainkan seorang CEO di sebuah perusahaan superior di bidang pertambangan.
"Terima kasih sekali lagi, Papa."
Skylar kembali menghambur ke pelukan Papanya dan menangis, namun kali ini bukan tangisan sedih melainkan tangisan haru dan rasa syukur Skylar karena telah diberikan Papa yang luar biasa seperti Papa Lucas.
...°°°...
Sudah hampir pukul sebelas, Teon dengan kecepatan cahaya berlarian melintasi koridor utama fakultas kedokteran demi bisa tiba di kelas lebih dulu dibandingkan dengan Wendelline Skylar si mahasiswi cantik tapi sangat menyebalkan menurut Teon.
Entah kenapa seperti memiliki dendam kesumat Teon sangat suka membuat Skylar kerepotan dan kesal menghadapi dirinya.
Dengan napas tersengal-sengal Teon akhirnya berhasil tiba di ruang kelas tempatnya akan mengajar siang ini sebelum pukul sebelas kemudian mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas yang mayoritas penghuninya adalah wanita.
Namun Teon tidak berhasil mendapatkan apa yang dia cari. Kasihan.
"Pak Teon cari siapa?" tanya sang raja kepo fakultas kedokteran, Jeffrey.
"Apa semua mahasiswa hari ini hadir?" Teon balik bertanya, tentu saja dia gengsi kalau langsung menanyakan keberadaan Skylar.
"Semuanya hadir kecuali si aset negara, Pak," timpal Radit, pemuda berkacamata tebal di pojok kiri ruangan.
"Siapa itu?" tanya Teon yang jadi penasaran.
"Tak lain tak bukan tentu saja Wendelline Skylar, Pak," sahut Jeffrey, "saya dengar dia sakit, Pak. Mungkin Papanya sebentar lagi kesini mengantarkan surat izin sakit."
Teon mengangguk, "baiklah untuk kali ini saya akui informasi dari kamu berguna, terima kasih, Jeffrey."
Teon tersenyum penuh arti.
Baiklah, sepertinya ini akan menjadi kesempatan bagus untuk mengerjai Skylar lain kali, pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mami Dedel
ada apa ya teon sama sky
2023-02-14
0