Azka bukan anak yang senang bermewah-mewah seperti anak lainnya. Tak ada motor gede ber cc besar ataupun mobil berlogo kuda yang ia tumpangi setiap harinya ke sekolah. Hanya motor matic yang sudah ia preteli dan ia ganti onderdilnya agar terlihat keren menurut anak muda, alias di modifikasi. Knalpot berisik, kalo lewat depan orang yang lagi sakit gigi minta di keroyok rame-rame, lampu kecil yang tertempel di seputaran body motor nampak seperti belut neon, dan body motor yang sudah seperti capung dipakein rok, ga ngerti apa bentukannya. Menurutnya, ga perlu motor mahal-mahal yang penting tarikannya, bisa ditumpangin bawa calon mantu buat bunda, karena percuma kalo motor bagus tapi jok belakangnya kosong kaya minta dinaikin tante kun_ti. Mana jalanan di kampungnya banyak ranjau darat alias kotoran hewan peliharaan warga, kan 'ga lucu motor gede tapi pas lewat semerbak wangi jaha_nam.
Ia memakai helmnya.
"A, Azza nebeng ke sekolah dong ?!" pintanya.
"Ga malu, katanya malu pake motor knalpotnya berisik ?!" tanya Azka.
"Daripada telat ?! Daddy nganter Azmi, si bunda repot mau liat restonya opah sama uwa abang !" jawab gadis yang selalu menggembungkan pipinya ini jika marah dan Azka suka akan itu.
"Bilang dulu aa ganteng !" ia menaik turunkan alisnya.
"Idih, mau dibilang ganteng ko maksa ! Kasian banget, ga pernah ada yang bilang ganteng selain bunda !" Azza tertawa meledek.
"Ya udah, " Azka menstater motornya.
"Ehhh ! Aa ihhh, bilangin bunda kalo semalem pulang jam 1 malem ! Abis nongkrong sama tawuran lagi ya ?!" tunjuk Azza pada Azka.
"Engga, aa abis silaturahmi sama saudara seiman !" Azza tertawa, kakanya ini memang pandai merangkai kata dan bersilat lidah, maka tak heran jika banyak sekali teman-teman perempuannya yang menjadi korban harapan palsu si mulut manis ini. Tak jarang gurunya di sekolah pun ia kadali. Kasihan bundanya, sudah banyak sekali ciwi-ciwi mengadukan nasibnya yang gagal move on dari Azka, karena gagal pada Azka, mereka tak kehilangan akal dengan mendekati bunda.
"Silaturahmi sambil gontok-gontokan ? Atau saling sabet-sabetan pake piso ?!" tanya Azza.
"Bun....!" panggil Azza terkikik melihat ekspresi Azka.
"Cih bocil ! Buruan naik lah ! Awas kalo sampe bilang bunda, aa jitak sampe ga inget kalo kamu manusia !" Azza tersenyum penuh kemenangan.
"Ish, ga malu apa nih seragam kaya gembel ! Orang-orang pasti nyangka aa tuh anak angkat bunda sama daddy, kalo gini !" omel Azza sepanjang jalan.
"Heran aja sama cewek yang suka sama aa, buta apa gimana ?" imbuhnya lagi. Mungkin dimata adiknya Azka, engga banget karena gaya slengeannya. Tapi tidak dengan gadis lain.
"Tau ngga kalo orang yang suka ngritik tuh matinya ketabrak so'ang/sowang pak Asep ?!" suara Azka tertutup suara knalpot yang menggeber-geber, warga sudah tak asing lagi dengan suara bising knalpot ini setiap pagi hari karena sudah dipastikan ini adalah generasi penerus Rama. Kuping mereka sudah terbiasa sejak ayah Azka menginjak remaja, seperti kuping mereka sudah tebal.
"Ih, astagfirullah, amit-amit ! Guru ngaji ko kaya gitu ngomongnya !" tepuk keras Azza di punggung Azka.
"Guru ngaji tuh nanti kalo pas pake peci, kalo lagi pake helm gini mah Marquez !"
"Serah lah, Azza udah kaya ngomong sama penghuni RSJ," Azza tak mau pusing menanggapi ocehan kakanya.
Setelah sampai mengantarkan Azza, Azka lantas menuju ke sekolahnya. Tempat dimana ia menimba ilmu. Kebetulan hari ini adalah tahun ajaran baru, ia baru saja menyandang predikat jadi kaka kelas. Azka jarang terlambat ke sekolah seperti biasa anak-anak bandel lakukan, tapi bukan karena terlambat ia sering dihukum dan berurusan dengan guru, tapi tingkah lainnya.
Ia melepas helm dan menyugar rambutnya, wajah Azka memang tak setampan personel BTS yang bisa bikin para gadis jatuh cinta pada pandangan pertama sampai rela ngesot-ngesot kaya suster keramas. Tapi memang ia bisa dikategorikan tampan original khas orang Indonesia, tanah sunda. Bukan karena wajah yang menjadi prioritas utama para gadis di sekolahnya menyukai Azka, tapi karena menurut mereka Azka keren, humoris, pandai berkata-kata, pandai bermain gitar, terlebih Azka orangnya ramah, meskipun ia terbilang nyeleneh, suka berulah dan penebar janji manis.
Jaket levis dekil tak melunturkan semangatnya masuk sekolah dan bertemu teman-teman.
"Assalamualaikum pejuang rapot sekolah !!!" pekiknya memasuki kelas.
"Bruh, semalem lolos ?" tanya Adam.
"Lolos atuh ! Si bunda mah pada dasarnya baik, tapi jadi galak kalo uang spp dipake buat dandanin motor ! " jawab Azka.
"Itu mah semua emak juga kaya gitu Ka," jawab Yoga.
"Hay sahabat sejati !" sapa Rizal.
"Kebiasaan kalo dah dateng grup tagonian, bawaannya riweuh (hectic) !" dumel Ria teman satu kelas mereka, karena kedatangan Azka langsunh disambut teman laki-laki yang lain dengan membawa gitar, jika bukan gitar sudah pasti mereka akan mabar game online.
"Azkaa !!! Bayar uang kas," Ria sepaket dengan buku catatan uang kas dan pulpennya menagih uang kas.
"Kalem atuh iia, baru juga nyampee...berapa, sok dibayar ! Horang kaya mah bayar setaun langsung !!!" jawabnya.
"Sebulan 10 ribu, setaun 120 ribu !" jawab Ria. Benar saja, jika masalah bayar membayar Azka tak pernah melewatkan kewajibannya ia mengeluarkan selembar uang merah dan hijau.
"Pas !" desisnya menyerahkan uang di buku catatan uang kas.
"Wohoooo ! Horang kaya," seru Rizal, Adam dan Yoga.
"Mana ada horang kaya seragamnya ditambal plester, jaketnya kucel ah !" ujar Ria.
"Eh, penghinaan ! Don't judge the guy from his wardrobe !!!" ujar Adam, sontak saja Azka mengusap wajah Adam kasar.
"Ngomong naon sih (ngomong apa sih) !" dibalas tawa yang lain.
Baru juga Azka duduk dan mengangkat kakinya di meja, seorang gadis mengetuk pintu kelasnya.
"Assalamualaikum, misi... A Azkanya ada ?"
"Azkkaaaaaa !!!" pekik Ria.
"Oyyyyy !!"
"Ada adik kelas nyariin, korban kamu lagi ini teh ?!" kekeh Citra yang duduk di dekat pintu.
"Eh ada Ryana !" dialah Ryana Zahra, anak Gilang dan Vina sahabat sekaligus anak buah Rama.
"Kak," anggukan lembut Zahra pada Adam, Rizal dan Yoga.
"Ryana apa kabar ?" tanya Adam.
"Baik a," jawabnya.
"Eh, ini temennya ya ?!" tunjuk Rizal di balik badan Zahra pada seorang gadis cantik nan manis yang terlihat ketus dan risih dikenali Rizal.
"Iya a,"
"Apa Ra ?" tanya Azka, tapi sejurus kemudian ia menyunggingkan senyumnya melihat gadis itu untuk kali keduanya. Gadis yang membuatnya bisa tersenyum tulus dari lubuk hati paling dalam hingga Azka membawa serta wajah itu ke dalam mimpi dan do'a malamnya.
"Eh, ada tulang rusuk ?!" ujarnya, bukan lagi ketus, gadis ini sudah memasang tampang keruh dan tak bersahabat, sontak sapaan Azka di tertawai Adam, Rizal dan Yoga.
"Ishhh ! Ry..gue balik ke kelas lah ! Risih gue sama dia !" tunjuknya pada Azka, bukan Azka namanya jika kalah sebelum berperang.
"Abisnya ga tau nama, mau diajak kenalan malah kabur duluan, kenalan dulu atuh !" pinta Azka mengulurkan tangannya.
"Ga perlu, ga mau kenal juga !!" sengaknya memalingkan wajah.
"Aku udah kasih tau ya sebelumnya sama kamu..jangan marah ! Sekarang udah terlanjur, suruh siapa marah-marah, jadinya kan aku sayang !"
"Beuhhhh, jlebbbb !!!" Adam menggoda habis-habisan.
"A, jangan digangguin atuh temen Zahra !" Sekar sudah berlari tanpa mendengar teriakan dari Zahra.
"Sekar !!!" pekiknya.
"Ohhh, namanya Sekar !" ujar Azka berohria menatap kepergian gadis cantik nan manis berambut panjang itu.
"A, nih ! Ada titipan dari bunda, katanya tadi a Azka ninggalin uang jajan di meja makan, jadi bunda titip lewat Zahra !" Zahra menyerahkan selembar uang 50 ribu di tangan Azka.
"Alhamdulillah, si bunda masih inget punya anak ganteng !" ia memasukkan uang biru itu ke dalam saku bajunya.
"Rejeki si kuda lumping ini mah, ada buat isi bensin !" ujarnya.
Noted :
*Uwa abang : panggilan anak-anak Nara untuk bang Akhsan (abangnya Nara)
*Kuda lumping : julukan absurd Azka untuk motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
lestari saja💕
baca ke 3 kayaknya
2024-07-23
1
lestari saja💕
jauhhhhhhh bgt si ka😂😂😂
2024-07-23
0
lestari saja💕
ada seaseon nya sendiri2 yaa azka
2024-07-23
0