Hasil Tes

Genangan air masih menyisakan sedikit di ujung mata Zaira. Sahabatnya, Hani, baru saja keluar setelah menenangkannya beberapa saat. Untungnya, tidak ada jadwal hari ini.

Zaira mengeluarkan HP-nya. Ia mengetik-ketik sebentar kemudian meletakkannya di telinga kanannya.

"Halo. Sayang, ada apa?" Sahut suara di seberang sesaat setelah tersambung.

"Apa aku mengganggu, Mas?" Tanya Zaira sedikit cemas. Masih menimbang apakah ia harus mengatakannya?

"Sama sekali enggak. Sudah makan? Mau makan siang bareng nanti?" Tanya mas Bian penuh perhatian.

"Aku rindu.."

Yang d seberang tertawa. "Lucunya istriku. Nanti malam kita makan diluar, bagaimana?"

"Iya. Aku tunggu dirumah". Zaira meletakkan hp nya. Masih menimbang apakah menyampaikan kepada suaminya. Walaupun ia yakin pastilah Brian akan menerima keadaan. Namun tetap, hati Zaira gundah.

****

Udara dingin di malam hari ini tetap menampakkan taburan bintang di atasnya. Membuat suasana di luar kafe terasa semakin manis.

Bian duduk berhadapan dengan istrinya. Tidak pernah bosan walau usia rumah tangga mereka terbilang cukup lama.

Di genggamnya jari-jemari Zaira. Seperti tahu bahwa sang istri sedang tidak baik-baik saja.

"Katakanlah" Brian memulai percakapannya. "Pasti ada yang mau dikatakan, kan?"

Zaira mengangguk lambat. Padahal hatinya mantap, tapi didepan suaminya sekarang hatinya agak ciut. Takut melihat wajah sedih Brian.

"Aku... akan kabarkan hasil tes kita kemarin, Mas". Zaira menunggu respon suaminya. Namun Brian menunggu.

"Kita.. sedang tidak baik-baik saja. Aku benar-benar minta maaf..."

"Sayang.." Brian memotong ucapan Zaira. "Aku sama sekali gak mempermasalahkan itu. Aku udah bilang berkali-kali." Di genggamnya erat tangan istrinya yang tertunduk dalam-dalam. Dia tidak mau istrinya larut dalam kesedihannya. Brian benar-benar menunjukkan sikap hangatnya sebagai suami.

Zaira menangis terisak-isak. Brian pindah posisi ke sebelah Zaira. Di peluknya sambil mengusap-usap punggung Zaira. Ia paham betul kesedihan Zaira. Padahal berulang kali Brian mengatakan tidak masalah tentang anak. Namun dilihatnya Zaira merasa gagal.

Setelah tenang, mereka pulang. Terlebih Zaira yang wajahnya masih sembab.

Setelah membersihkan diri, mereka merebahkan diri di atas tempat tidur.

Brian mengusap pelan rambut istrinya.

"Sudah ya sayang. Aku mohon.." pinta Brian sambil memeluk istrinya. Pelukannya di balas Zaira yang memendamkan wajahnya ke dada Brian. Air mata masih terasa menetes. Namun Brian membiarkannya. Biarlah Zaira menyelesaikan kesedihannya, batin Brian. Ia mengelus lembut punggung istrinya sampai mereka terlelap.

****

Pagi hari berjalan seperti biasa. Brian sedang lari pagi, sedangkan Zaira memasak di dapur.

Mbok Inah yang sedang beres-beres memperhatikan Zaira.

"Non, nasi gorengnya hampir gosong".

"Oh.." Zaira tersentak dan buru-buru mengaduk-aduk nasi goreng kemudian mematikan kompor.

"Non kalau capek, kasih Mbok aja. Biar Mbok yang terusin. Non Ira istirahat aja". Mbok Inah melihat wajah Zaira tak secerah biasanya.

Zaira hanya diam. Seperti menimbang-nimbang sesuatu.

"Mbok, mau saya kasih tahu sesuatu?"

"Apa itu, Non?" Tanya si Mbok antusias.

Zaira pelan-pelan menceritakan apa yang terjadi kemarin. Mbok Inah terperanjat hingga menjatuhkan sapu yang sedari tadi di genggamnya.

"Mbok, tolong jaga rahasia ini ya. Saya hanya butuh teman cerita". Ucap Zaira sambil mengaduk lagi nasi gorengnya.

Mbok Inah masih shock mendengar pengakuan majikannya itu.

"Non... " suara Mbok Inah parau. Terlihat kesedihan dari suaranya. "Bagaimana ini Non.. apakah Non baik-baik saja?"

Zaira menghela napasnya. "Saya gak apa-apa, Mbok. Saya cuma terus kepikiran Mas Bian. Tolong di rahasiakan ya, Mbok". Pinta Zaira sekali lagi.

Mbok Inah mengangguk cepat. Tatapannya belum beralih dari Zaira. Rasanya ia sangat ingin memeluk Zaira yang sudah bertahun-tahun di ikutinya. Selama ini hanya keceriaan di wajah Ira. Namun sekarang, wajah majikannya itu benar-benar murung. Apalagi saat mendengar ceritanya, membuat Mbok Inah semakin ikut bersedih.

****

Di kantor, Brian sedang duduk di meja panjang tempat dia dan teman-temannya biasa rapat. Sambil menyandarkan kepalanya, dia melamun. Sebenarnya dia agak kepikiran. Tapi dia berhasil menyembunyikannya dari istrinya.

Teman kantornya mendengar napas Brian yang sengaja di buangnya dengan kasar untuk meredakan pikirannya.

"Seserius apa, sih, kasusmu sampai pusing begitu kayanya?" Revan bertanya sambil tetap menatap layar hpnya.

Brian diam sebentar.

"Ehem.. " Brian berdehem. Ragu, apakah Revan bisa membantunya memberi wejangan supaya ia sedikit tenang. setelah menimbang, ia pun bertanya.

"Van. Kau kan, sudah nikah. Anak juga sudah 3. Menurutmu, kondisiku sekarang bagaimana ya?"

"Bagaimana apanya?" Tanya Revan tak paham.

Brian menarik napas dan membuangnya perlahan. "Misalnya. Misal,nih, ya.. istrimu tidak bisa kasih keturunan. Kau... bagaimana?"

Ceklek! Pintu terbuka.

Andre masuk dengan membawa segelas kopi.

"Serius benar wajah kalian." Katanya sambil duduk di depan Brian.

" Brian curhat. Katanya bagaimana kalau istriku tidak bisa hamil, Aduh..."

Brian menendang kaki Revan dari bawah meja.

Andre memandang ke arah Brian. Yang di pandang, menunduk lesu.

"Bukannya ku lihat kalian baik-baik aja, ya?" Tanya Andre yang selama ini tahu bagaimana bucinnya Brian kepada istrinya.

Brian menceritakan kejadian kemarin. Mulai dari tes kesuburan hingga hasilnya yang membuat Zaira tersedu-sedu.

"Terus terang, Yan. Aku sangat mengharapkan keturunan. Untuk melanjutkan generasi dan margaku. Jadi, kalau istriku tidak bisa hamil, aku mungkin akan menikah lagi." Pengakuan Revan sedikit mengejutkan bagi Brian. Karena selama ini dia memang tidak memikirkan soal penerus keturunannya. "Bagaimana denganmu, apa juga mementingkan soal keturunan?"

Brian terdiam sejenak. Pikirannya penuh dengan wajah murung Zaira.

"Aku dari awal tidak terlalu mempermasalahkan, sebenarnya. Tapi benar katamu. Ini soal garis keturunan."

"Tapi, Yan. Bukankah kalian sudah sepakat untuk gak memusingkan itu?" Tanya Andre serius.

Brian diam namun bibirnya seperti akan mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya saat lari pagi tadi, aku ketemu Rina, mantanku yang pernah aku ceritakan waktu itu".

"Apa!!" Dua orang di hadapan Brian menggebrak meja.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝕬𝖒𝖊𝖊𝖗𝖆

𝕬𝖒𝖊𝖊𝖗𝖆

Thor..... kenapa novelmu aku bangeet🥺....itulah kenapa sampai sekarang aku nggak berani periksa ke dokter, takut kalau hasilnya sama kayak Zahira,terus bagaimana aku mengatakannya pada suamiku..? sementara suamiku udah sangat mendamba punya keturunan. meskipun aku udah pernah bilang untuk cari istri lagi, tapi tetep aku belum sanggup denger vonis dokter tentang diriku... 😭

2022-10-13

2

Johanah Tata

Johanah Tata

ini ceritanya ga jelas hasil test nya apa males

2022-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Ketidaksengajaan
2 Hasil Tes
3 Pengagum Zaira
4 Curhat
5 HangOut
6 Rahasia Brian
7 Masa Lalu Brian
8 Jadilah Pacarku
9 Karena Payung
10 Kencan Pertama
11 Rinnadaku
12 Sisi Lain Rinnada
13 Kepribadian Ganda
14 Tujuh Tahun Lalu
15 Curhat Nada
16 Kebimbangan Brian
17 Amarah Andre
18 Brian Meminta Izin
19 Lamaran Brian kepada Rinnada
20 Janji Brian pada Rinnada
21 Papa Brian
22 Yang mana Rinnada?
23 Rinnada dan Dinnara (1)
24 Rinnada dan Dinnara (2)
25 Rinnada yang Asli
26 Bertemu dokter Winda
27 Dijebak
28 Amarah Rinnada
29 Perbedaan Rinnada dan Dinnara
30 Sakitnya Dinnara
31 Syarat Ennata
32 Tidur dengan Rinnada
33 Mencari Zaira
34 Hamil
35 Rumah lama Rinnada
36 Makam
37 Ketahuan
38 Memohon
39 Amukan Rinnada
40 keinginan punya anak
41 Jalan Buntu
42 Penyesalan Brian
43 Memaafkan Brian
44 KONFLIK (1)
45 KONFLIK (2)
46 KONFLIK (3)
47 Kesembuhan Mental
48 Tanggung Jawab
49 Rencana Brian
50 Tekanan Zaira
51 Tersingkapnya Kebenaran (1)
52 Tersingkapnya Kebenaran (2)
53 FB (1)
54 FB (2)
55 FB (3)
56 Amukan Brian pada Dinnara
57 Surat Pindah Tugas
58 Operasi
59 Depresi (1)
60 Depresi (2)
61 Depresi (3)
62 Rasa Bersalah dokter Winda
63 End (1)
64 NOVEL: MENIKAHI LELAKI TUNANETRA
65 End (2)
66 ANNOUNCEMENT
67 EkstraPart1
68 Ekstra2
69 Ekstra3
70 Ekstra4
71 Ekstra5
72 Ekstra6
73 Ekstra7
74 Ekstra8
75 Ekstra9
76 Ekstra10
77 Ekstra11
78 Ekstra12
79 Ekstra13
80 Ekstra14
81 Ekstra15
82 Pengumuman
83 KARYA BARU: SYAHDU
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Ketidaksengajaan
2
Hasil Tes
3
Pengagum Zaira
4
Curhat
5
HangOut
6
Rahasia Brian
7
Masa Lalu Brian
8
Jadilah Pacarku
9
Karena Payung
10
Kencan Pertama
11
Rinnadaku
12
Sisi Lain Rinnada
13
Kepribadian Ganda
14
Tujuh Tahun Lalu
15
Curhat Nada
16
Kebimbangan Brian
17
Amarah Andre
18
Brian Meminta Izin
19
Lamaran Brian kepada Rinnada
20
Janji Brian pada Rinnada
21
Papa Brian
22
Yang mana Rinnada?
23
Rinnada dan Dinnara (1)
24
Rinnada dan Dinnara (2)
25
Rinnada yang Asli
26
Bertemu dokter Winda
27
Dijebak
28
Amarah Rinnada
29
Perbedaan Rinnada dan Dinnara
30
Sakitnya Dinnara
31
Syarat Ennata
32
Tidur dengan Rinnada
33
Mencari Zaira
34
Hamil
35
Rumah lama Rinnada
36
Makam
37
Ketahuan
38
Memohon
39
Amukan Rinnada
40
keinginan punya anak
41
Jalan Buntu
42
Penyesalan Brian
43
Memaafkan Brian
44
KONFLIK (1)
45
KONFLIK (2)
46
KONFLIK (3)
47
Kesembuhan Mental
48
Tanggung Jawab
49
Rencana Brian
50
Tekanan Zaira
51
Tersingkapnya Kebenaran (1)
52
Tersingkapnya Kebenaran (2)
53
FB (1)
54
FB (2)
55
FB (3)
56
Amukan Brian pada Dinnara
57
Surat Pindah Tugas
58
Operasi
59
Depresi (1)
60
Depresi (2)
61
Depresi (3)
62
Rasa Bersalah dokter Winda
63
End (1)
64
NOVEL: MENIKAHI LELAKI TUNANETRA
65
End (2)
66
ANNOUNCEMENT
67
EkstraPart1
68
Ekstra2
69
Ekstra3
70
Ekstra4
71
Ekstra5
72
Ekstra6
73
Ekstra7
74
Ekstra8
75
Ekstra9
76
Ekstra10
77
Ekstra11
78
Ekstra12
79
Ekstra13
80
Ekstra14
81
Ekstra15
82
Pengumuman
83
KARYA BARU: SYAHDU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!