Menangisi Takdir

"Ken..." lirih Nasywa yang langsung menjatuhkan diri di samping Kenzo.

Kenzo membuka matanya dan terkejut dengan kehadiran Nasywa di hadapannya.

"Nasywa..." Ken menangkup kedua pipi Nasywa dan ingin mengecupnya. Namun ia teringat kembali dengan kenyataan yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa menikah. Dengan sedih Kenzo melepaskan Nasywa dan mengalihkan pandangannya.

"Bagaimana kamu tau Aku disini?"

"Aku telpon Tante Sekar, Tante bilang semalaman kamu gak pulang. Entah kenapa Aku langsung teringat tempat ini. Dan benar saja kamu pergi ke sini," Nasywa tersenyum lega meskipun hatinya begitu perih ia rasakan.

"Kemana lagi Aku harus pergi, Hanya disinilah Aku bisa mengenang pertemuan kita. Mengenang indahnya cinta kita yang tidak akan bisa menjadi nyata." Kenzo menundukkan kepalanya melihat setiap momen indah kebersamaannya dengan Nasywa di kameranya.

Nasywa terdiam dan ikut menatap foto-foto itu. Netranya mulai berkaca-kaca menginat masa-masa bahagianya selama tiga tahun yang sudah mereka lalui bersama.

"Ken..." lirih Nasywa dengan suara yang begitu lembut.

"Meskipun kita tak bisa bersama, Kita bisa tetap berhubungan baik kan, Kita bisa menjadi kawan, Sahabat, Saudara bahkan kakak adik?"

Mendengar hal itu Kenzo langsung menatap tajam Nasywa. Hatinya masih sangat tidak terima menerima kenyataan bahwa mereka adalah saudara sepersusuan.

"Bagaimana mungkin Aku menganggap mu adik sementara selama ini Aku begitu mencintai mu, Memimpikan mu siang malam menjadi istriku?" dengan meninggikan suara Kenzo benar-benar merasa marah dengan apa yang Nasywa katakan padanya. Namun melihat Nasywa menangis ia tidak bisa berbuat apapun kecuali memeluk Nasywa dan menenangkannya.

"Maafkan Aku, Aku tidak bermaksud membentak mu."

"Takdir tidak mengizinkan kita bersama Ken, Hiks... Hiks... Hiks..."

Kenzo pun tidak dapat menahan air matanya hingga terjatuh ke pucuk kepala Nasywa yang kini menangis di dadanya.

"Kenapa takdir begitu kejam, Apa kesalahan kita?" tangis Kenzo.

Kedua sejoli itu terus menangisi takdirnya dengan saling memeluk satu sama lain. Cukup lama mereka meresapi kesedihan itu. Merasakan detakan satu sama lain hingga membuat keduanya merasa sedikit tentang dan saling mengurai pelukannya.

"Lalu apa rencana mu setelah ini?" tanya Kenzo membuka pembicaraan.

"Aku akan mencari pekerjaan yang lebih baik, Mungkin dengan bekerja Aku bisa melupakan cinta ini."

"Jadi kamu akan melupakan ku, Melupakan cinta ku yang begitu dalam untuk mu?" Kenzo kembali mencengkeram kedua lengan Nasywa hingga tubuh Nasywa terdorong ke belakang.

"Apa yang bisa ku lakukan selain mengubur cinta ini Ken, Selamanya kita..."

"Selamanya! Selamanya! Selamanya! Kenapa kamu terus saja mengatakan bahwa selamanya kita tidak bisa menikah?! Lalu kenapa kalau kita tidak bisa menikah, Bukankah tadi kamu bilang kita masih bisa menjadi adik kakak? Baiklah Aku setuju. Selamanya kita akan menjadi adik kakak, Dan aku akan terus bersama mu, Menjaga mu, Melindungi mu dan tidak akan pernaenikah dengan siapapun, Seumur hidup ku Aku hanya akan bersama mu, Kamu dengar itu?!"

"Ken...." Nasywa menggelengkan kepalanya, Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan pada Kenzo.

Ia memang berharap hubungannya tetap baik dengan Kenzo. Namun membuat Kenzo tetap bersamanya dan tidak akan menikah dengan siapapun membuat Nasywa ragu untuk terus melanjutkan hubungan yang sebelumnya ia tawarkan.

"Ayo kita pulang, Terik mentari semakin tinggi, Aku tidak ingin wajah cantik mu di sentuh olehnya."

Mendengar hal itu Nasywa dapat sedikit tertawa. Kenzo memang laki-laki yang sempura sesuai kriterianya, Dia bukan saja tampan dan mapan, Tapi dia juga pandai dalam melelehkan hati wanita manapun yang mendengar rayuannya.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***