Part 2

"Jo, cepetan dikit napa, aku beneran telat!" gerutu Rania kesal.

"Sabar dong, Ra, itu di depan macet," jawabnya santai bin datar.

"Astaga, pasrah lah hari ini aku beneran kesel, itu gara-gara cowok tadi tuh," omelnya dengan kecepatan delapan koma lima kata perdetik.

Jovan langsung ngebut begitu menemukan jalan lengang. Meski sudah berkendara ala-ala pembalap handal, Rania tetap ketinggalan teman-temannya. Ia sedikit berlari menuju ruang Dekan yang sialnya Pak Wardana sudah tidak ada di ruangannya.

"Pak, Pak Dana ke mana ya?" tanya Rania gusar. Menemukan staf lain di sana.

"Beliau 'kan hari ini cuma bimbingan sebentar, hari ini ada seminar sampai sore," jelasnya membuat Rania menganga.

"What! Jadi maksudnya saya harus nunggu sampai beliau pulang gitu."

"Kalau mau menunggu ya begitu prosedurnya, tetapi saya sarankan kamu pulang saja, kembali besok di ruangannya, semoga beruntung," ucapnya lalu.

"Sial!" batin Rania kesal meninju udara. Perempuan itu harus menunggu Pak Wardana sampai selesai kegiatan. Bahkan gadis itu sebelumnya sudah menyiapkan hari ini dengan seabrek kesiapan.

Berjalan lesu sembari mencangklong tas punggungnya. Menuju lift yang akan mengantar ke lobby depan.

"Terus gue ngapain di sini?" gumamnya kesal sendiri.

Mojok di kantin sembari memikirkan langkah paling mutahir untuk menemui Pak Wardana di rumahnya. Biarpun malu, tetap harus dikubur demi surat tembusan yang harus ia dapat untuk tugas di Rumah Sakit yang telah ditunjuk fakultas.

Rania pun memutuskan pulang ke kost-kostan. Ia juga berencana pindah kost, mencari tempat yang lebih dekat dengan rumah sakit nantinya tempat ia koas.

"Mobil di bengkel, wifi loading mulu, di kost pengangguran, gue ngapain dong, ya ampun ... stress berat nih hidup!" Rania menggerutu kesal sepanjang hari.

Akhirnya perempuan itu pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Mengambil motor lebih tepatnya, sekalian pamit untuk jarang pulang karena minggu depan sudah mulai koas.

"Tumben sempat pulang anak Mama," tegur Mama Inggit merasa anaknya semakin menjauh saja.

"Ayolah Ma, jangan mulai, Rania benar-benar sibuk, mungkin besok Mama bakalan jarang dapat notif pesan dari Rania," ujarnya menggoda.

"Jaga kesehatan Ra, calon dokter nggak boleh sakit, nanti siapa yang ngobatin," pesan Mama Inggit penuh perhatian.

"Papa mana, Ma? Aku mau sekalian pamit, minta tambahan uang saku dan pastinya nyerahin kunci mobil, aku mau bawa motor."

"Mobil kamu di mana? Jangan bilang kamu nakal lagi di jalan bikin rusuh lalu kena tilang."

"Nggak Ma, suer, kemarin cuma terjadi kecelakaan kecil, dan sudah diatasi kok, cuma ada sedikit perbaikan di bengkel, makanya tolong bilangin ke papa minta saku tambahan," rengek Rania yang membuat mamanya tak bisa banyak komentar.

Disisi lain Rayyan baru saja sampai di rumahnya. Pria itu pulang ke rumah setelah sesi makan malam usai di rumah mamanya. Beginilah suasana hatinya, sepi, menggenggam rindu yang tak pernah tergapai. Beberapa kali sempat bertemu dengan pujaan hatinya tak mampu membuat keduanya menemukan kata sepakat. Hanya sepaket harapan yang mulai terkikis, karena kini Bintang memilih langkahnya sendiri.

Penantian panjang yang sia-sia, menjadikan dirinya penuh luka dan amarah. Kendati demikian, selalu terbesit rasa ingin hadir di sana walaupun sudah tidak diterima.

Menatap langit sembari menghela napas sepenuh dada, rasanya terlalu berat untuk datang di acara sakral mereka.

"Aku bisa apa sih, jika kamu lebih memilih Alan dari pada aku," gumamnya kecewa.

Kertas akasia berbalut pita rapih dengan tulisan 'the wedding Bintang dan Alan' pria itu lempar begitu saja.

Ternyata ucapan tante Gea menyandingkan dengan anak sahabatnya itu benar adanya. Walaupun berkali-kali Alan merasa tak enak dengan keluarga Wirawan nyatanya pernikahan mereka akan tetap dilangsungkan.

"Oke, hidup masih tetap berjalan, dan aku menikmati kesendirian ini," gumamnya nelangsa.

Tak terasa ia sudah menghabiskan beberapa botol minuman kaleng yang bahkan selalu menjadi kenangan saat ketimpuk di taman.

"Aahrgghhh ... sial, sial!" Pria itu tampak marah dan kesal.

Bu Wira yang selalu menjadi cerewet saat anaknya dalam keterpurukan. Tetapi Rayyan kali ini memilih untuk tetap tegar.

Menyibukkan diri dengan segudang aktifitas pekerjaan di rumah sakit, membuatnya sedikit terhibur.

"Ray, nanti kalau ada peserta koas cari tanda tangan Papa, kamu wakilkan, sudah semua tinggal satu orang dan Papa tidak mau menunggu," ujar Pak Wira memberi pesan.

"Kenapa saya Pa, dilimpahkan ke kepala bagian saja, aku hari ini sibuk," ucapnya menyela.

"Tinggal disetujui aja apa susahnya, kasihan mereka yang mau belajar. Kamu kenapa sih nggak semangat terus, ambil cuti saja kalau tidak fokus, pekerjaan kamu berat dan tanggung jawab kamu besar," protes Pak Wira sengit.

"Iya Pa iya," jawabnya santai.

Sementara Rania pagi ini bangun lebih awal, hari kemarin cukup membuatnya gagal, tetapi hari ini ia berdiri tegak dengan surat tembusan di tangannya yang ia dapat dengan penuh perjuangan. Berjalan gontai menemui kepala bagian rumah sakit untuk menyerahkan surat tembusan dari dekan.

Sebelum mengetuk pintu entah mengapa ia sudah gugup sendiri, padahal semuanya akan menjadi mudah bila sudah ditandatangani. Prosesnya lah yang bikin deg degan.

"Selamat pagi menjelang siang, Dok—" Mulutnya menganga mendapati seseorang yang duduk di kursi singgasana.

"Owh ... jadi kamu mahasiswa yang mau koas di sini?" tanya Rayyan sembari meneliti perempuan itu dari ujung kepala sampai kaki.

"Mati aku!! Mama, maaf ma, sepertinya aku gagal jadi dokter," batin Rania putus asa.

Terpopuler

Comments

Ney maniez

Ney maniez

🤭🤭😄😄

2024-03-04

0

Marhaban ya Nur17

Marhaban ya Nur17

ada g kira" cerita nya bintang vs Alan ????

2024-02-28

0

Vita Yana

Vita Yana

pilih alan gk sma

2023-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Bab 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Parr 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Promo novel Ridz
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Promo novel Mama Reni
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Promo Novel Asri Faris
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Promo novel
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 Part 149
150 Part 150
151 Part 151
152 Part 152
153 Part 153
154 Part 154
155 Part 155
156 Part 156
157 Part 157
158 Part 158
159 Part 159
160 Part 160
161 Part 161
162 Part 162
163 Part 163
164 Part 164
165 Part 165
166 Part 166
167 Part 167
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Bab 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Parr 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Promo novel Ridz
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Promo novel Mama Reni
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Promo Novel Asri Faris
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Promo novel
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
Part 149
150
Part 150
151
Part 151
152
Part 152
153
Part 153
154
Part 154
155
Part 155
156
Part 156
157
Part 157
158
Part 158
159
Part 159
160
Part 160
161
Part 161
162
Part 162
163
Part 163
164
Part 164
165
Part 165
166
Part 166
167
Part 167

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!