Obrolan Umi dan Abah
Siang itu pukul 13:20 cuaca sangat cerah dan sang sinar begitu panas. Tampak matahari menunjukkan kuasanya di hari yang begitu cerah seperti cerahnya wajah pemuda tampan yang banyak di kejar kejar oleh gadis gadis di desa tempat pemuda itu tinggal.
Gerah berkeringat itu yang di rasakan oleh pemuda yang berprofesi sebagai tukang ojeg saat ini, karna cuaca yang begitu panas di tambah dengan memakai jaket di tubuhnya.
Setelah pulang dari pangkalan ojeg Harsya lalu masuk ke halaman rumah dan mengambil kunci yang di simpan di bawah pot bunga seperti biasa bila mau keluar dari rumah.
"Kreat.........!.....! Pintu rumah pun di buka dan Harsya langsung menuju kamar nya membawa peralatan untuk menunaikan kewajiban seorang muslim yang sangat taat.
Tak lama kemudian pakaian, sarung dan peci sudah di bawa pemuda itu langsung berjalan keluar rumah dan menuju Masjid Jami yang tidak jauh dari rumah Abah dan Umi nya.
Setelah sampai di halaman masjid bergegas ke arah tempat wudhu, dengan halaman yang tak begitu luas dan ukuran masjid yang tak begitu besar hanya memuat 10 jajaran barisan untuk berjamaah.
Beres dengan membersihkan muka dengan cara Berwudhu dan bergegas kearah pintu masuk masjid untuk membawa peci sama sarung yang biasa pemuda t itu gantung kan di gagang pintu masjid seperti yang sudah di lakukan sebelum belum nya.
Hampir tiga puluh menit aktivitas pemuda itu melakukan kewajiban dan tak lupa apa yang telah di ajarkan oleh guru guru dan kedua Orang Tua angkatnya, setelah selesai beribadah jangan lupa untuk berdoa dan meminta petunjuk jalan yang lurus. Kebiasaan yang di lakukan oleh Harsya menjadikan hobi bagi dirinya.
Harsya melangkah keluar dengan tujuan pulang ke rumah lalu memulai aktivitas kembali di pangkalan ojeg mencari penumpang mudah mudahan dapat 2 atau 3 penumpang hari ini kata nya dalam hati. Pemuda itu pun keluar dari halaman masjid menuju pagar halaman masjid.
"Cuih......" Kata lelaki setengah baya, meludah saat melihat pemuda itu keluar dari masjid tersebut.
Menyadari bahwa lelaki yang meludah itu di tujukan kepada dirinya... Harsya hanya membalas dengan senyuman dan berkata.
"Punten.." Ucap Harsya seraya berjalan membungkuk melewati lelaki yang berdiri di teras rumahnya.
Lelaki tua itu tak menjawab nya dan hanya tersenyum sinis kepada Harsya...
Harsya tidak ambil pusing dan mengacuhkan nya lalu meneruskan langkah kaki menuju rumahnya.
Sesampainya di halaman rumah Harsya yang tadi pintu nya tertutup kini melihat keadaan pintu depan terbuka,? "Mungkin Abah dan Umi sudah pulang dari hutan." Gumam pemuda itu.
Hati dan pikirannya pemuda itu di benarkan setelah melihat sandal dan sepatu boot milik pasangan paruh baya yang telah merawatnya tersimpan di teras rumah.
Harsya pun langsung masuk ke dalam rumah nya, dan melangkah menuju kamar untuk berganti pakaiannya. Akan tetapi tampa di sengaja Harsya mendengar obrolan Umi dan Abah yang sedang berada di dalam kamar mereka.
Karna bentuk rumahnya Abah dan Umi segi panjang dan kamar Harsya ada di ujung jadi sebelum ke kamarnya Ia harus melewati kamar Kedua Orang Tua nya dulu.
"Abah.......!." Ucap Umi Aminah terdengar jelas di telinga pemuda itu yang sedang menguping.
"Ada apa Umi.?" Tanya Abah pelan.
"Tadi pagi Harsya sakit kepala nya kambuh lagi mungkin anak itu mengingat ngingat tentang siapa diri nya.? Serta dari mana asal nya?" Dan siapa kedua orang tua nya? Atau kah Harsya di buang.?" Mungkin kah di culik?" Lalu di buang ke dalam hutan.?" Tanya Umi berhenti sejenak lalu dia meneruskan nya lagi.
Kemungkinan ada maksud lain di dalam keluarga anak yang kita temukan sepuluh tahun itu.?" Terka Umi berkata kepada suaminya. Wanita paruh baya itu panjang lebar.
Jantung pemuda itu seketika berdetak kencang.. Lutut nya bergetar dan seluruh tubuh nya menggigil, jelas telinga nya menangkap setiap inci apa yang di ucapkan oleh Umi kepada suami nya.
"Apa motiv dari semua ini.. Kenapa dengan perjalanan hidup saya. Harsya larut dalam pemikiran dan lamunan nya di sela mendengarkan obrolan mereka berdua yang mengurus dan membesarkan nya.
"Apakah bener saya ini di buang?" Apakah bener Ayah dan Ibu ku tidak menginginkan kehadiran ku di dunia ini.?" Atau apakah aku Ini di culik ? Tetapi kalau aku di culik kenapa orang tua kandung ku tidak mencari keberadaan diriku." Batin hati Harsya bergejolak dengan seribu pertanyaan.
Terus menerus pemuda tampan larut dalam dunia khayalan dan pikiran yang kadang-kadang membuat kepala akan sakit bila terus menerus di ingatnya.
Tapi dia tahan sakit hari ini karna mau tahu seberapa jauh Umi dan Abah mengetahui dan menyimpan rahasia tentang jati diri Harsya.
Lalu dengan seksama mendengar kan lagi obrolan Umi dan Abah nya di samping tirai kamar orang tua nya tersebut. Pas suara itu terdengar lagi dari dalam kamar Umi dan Abah nya memanggil pemuda itu dari dalam kamar nya.
Kaget itu yang di rasakan oleh Harsya karna ketahuan lagi menguping obrolan Umi dan Abah nya.
"Harsya, sini masuk Nak tidak baik menguping obrolan Orang Tua." Ucap pria yang sudah berumur 50 tahun dari dalam kamar.
Harsya pun langsung melangkah dan masuk menuju kamar Abah dan Umi seraya meminta maaf terlebih dahulu sebelum duduk di samping wanita paruh baya itu.
"Umi.. Abah... Mohon maapkan Harsya.. Tadi sepulang dari masjid mendengar obrolan kalian berdua." Ucap Harsya.
"Tidak apa apa Nak.." Jawab Umi tersenyum manis.
Sesaat mereka bertiga pun terdiam sejenak suasana siang itu terasa canggung bagi Harsya yang berada di kamar dengan Abah dan Umi setelah di dapatkan pemuda itu menguping.
Abah Jalaludin pun langsung menarik napas dalam-dalam sebelum di hentakan dengan keras dan mulai berkata untuk mencairkan suasana yang canggung.
"Anakku.. Sudah waktunya kamu tahu jati diri mu Nak yang sebenernya?" Abah dan Umi bukan orang tua kandung mu..! Lelaki paruh baya terdiam Ia menatap terlebih dahulu kepada istri nya setelah anggukan kepala dari Umi Aminah langsung melanjutkan lagi pembicaraan nya.
Harsya hanya menatap tidak berani bersuara karna jawaban itu sudah Harsya tahu sebelum nya dari sahabat sahabat dan tetangga tetangga serta dari obrolan Umi dan Abah waktu tak sengaja mendengar kan nya pembicaraan waktu itu. Tapi Harsya enggan bertanya ke Abah dan Umi nya, takut mereka bersedih
"Abah menemukan mu di Hutan saat itu,dengan keadaan pingsan dan wajah penuh dengan luka-luka. Lalu Abah membawa mu ke Puskesmas yang ada di sebelah kampung kita. Alhamdulillah kamu hanya pingsan dan tidak sampai di rawat.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komentar nya! Suka dengan novel ini favorit kan dan klik vote serta hadiah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 353 Episodes
Comments
Makmur Djajamihardja
Harsya itu mumgkin anaknya gembong mafia yg lagi dikejar2 lawannya.
2023-01-28
0
Kar
Thor tidak usah pake titik di atas kalau tidak sedang bercakap
2022-08-24
11
Achi
jangan -jangan si Harsya anak orang kaya ya Thor?
2022-07-05
8