"Hanna, apa kau ada di dalam. Bisa buka pintunya?!"
"Masuk saja, Kak. Tidak di kunci kok pintunya," jawab Hanna dari dalam sana.
Hanna menoleh mendengar suara decitan pintu di buka dari luar. Sosok Nathan terlihat mengayunkan kedua kakinya secara bergantian dan menghampiri Hanna. Wajah tampannya tak menunjukkan ekspresi apapun, datar.
Sedangkan Hanna sendiri bersikap acuh pada pemuda tersebut. Dia tidak menyapa apalagi bersikap manja seperti biasanya. Dan sikap Hanna membuat Nathan bertanya-tanya.
"Kau marah padaku?!" Nathan memicingkan matanya dan menatap Hanna penasaran.
"Marah?! Untuk apa, sama sekali tidak. Lagipula tidak ada alasan untuk aku marah dan kesal padamu!!" Jawabnya dingin.
"Kalau begitu tatap mataku!!" Pinta pemuda itu menuntut.
"Tidak mau!! Aku ingin menjaga jarak dari Kakak mulai sekarang, aku tidak ingin di sebut sebagai perebut tunangan orang meskipun orang itu adalah Kakakku sendiri!!" Jelas Hanna menegaskan.
Nathan mendengus berat. Dengan kasar dia menarik lengan Hanna dan membanting tubuh gadis itu ke atas tempat tidur. Kedua tangan besar Nathan mencengkram lengan Hanna tepat di sisi kanan-kiri kepalanya. Tubuh besarnya mengungkung gadis itu.
"Kakak, apa yang kau lakukan?! Menyingkir dari atas tubuhku!! Kau membuatku tidak bisa bergerak!!" Teriak Hanna.
"Aku tidak akan melepaskan-mu sebelum kau memberiku alasan kenapa kau sampai mengabaikan ku, Hanna Nero!!"
Hanna berusaha melepaskan cengkraman Nathan, tapi tenaganya kalah telak dari pemuda itu. Nathan terlalu kuat untuk dihadapi.
"Apa itu penting untukmu?! Lagipula aku tidak memiliki alasan khusus, aku hanya berusaha menjaga batasan ku. Apa itu salah?!" Hanna menatap netra coklat Nathan dengan sendu.
"Menyingkirkan, Kak. Aku tidak ingin Papa sampai salah paham jika melihat kita seperti ini," pinta Hanna memohon.
"Kenapa kau hanya memikirkan perasaan, Papa dan tidak memikirkan perasaanku?!"
"Jika aku memikirkan perasaanmu, lalu siapa yang akan memikirkan perasaanku?! Aku hanya tidak ingin sampai melewati batasan-ku. Jadi aku mohon mengertilah." Mohon Hanna sekali lagi.
Kemudian Nathan melepaskan cengkeramannya pada pergelangan lengan Hanna. Dia berangsur menjauh. "Jika memang itu yang kau inginkan. Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi!!" Ucap Nathan dan menatap Hanna dengan tatapan terluka.
"Kakak, bukan begitu, kau salah paham. Aku hanya~"
"Tidurlah, ini sudah larut malam," pinta Nathan dan pergi begitu saja.
Hanna bangkit dari berbaringnya. Sebelah tangannya terulur seolah ingin menghentikan Nathan. Tapi pemuda itu malah menjauh, dan hanya punggungnya yang tertangkap oleh netra Hazel Hanna. Tanpa sadar kata-kata Nathan telah melukai perasaan Hanna.
Gadis itu menundukkan kepalanya. Dia hanya tidak ingin bersikap egois dan melewati batasannya. Ia dan Nathan adalah kakak-beradik.
-
-
Nathan menghentikan motor besarnya di halaman sebuah rumah yang tampak begitu menyeramkan. Mirip seperti sarang penjahat, dinding yang dipenuhi coretan dan gambar-gambar seram serta penerangan yang agak minim.
BRAK...
Tiga orang yang berada di dalam ruangan itu terlonjak kaget dan nyaris terkena serangan jantung dadakan karena ulah Nathan. Pria itu membanting pintu dengan sangat keras.
"Yakk!! Rusa kutub, apa kau sengaja ingin membuatku jantungan, eo?!" Teriak seorang pemuda bertubuh jangkung dan telinga sedikit lebar.
Nathan menatap pemuda itu dengan sinis dan penuh intimidasi. "Diamlah tiang bodoh, jangan membuat mood ku semakin buruk atau kau ingin ku jadikan pelampiasan kemarahan ku ?!" Ujar pemuda itu dengan tatapan yang sama.
"Amit-amit tujuh turunan, lebih baik aku ditiduri 5 wanita malam dari pada harus menerima kemarahanmu yang mengerikan itu!!" Pemuda itu menjawab cepat.
"Makanya diam!!"
"Iya, iya, aku diam. Mulutku sudah aku kunci!!"
Nathan memutar jengah matanya. Kemudian dia mendaratkan pantatnya di samping seorang pemuda bertubuh tinggi dan berkulit seputih susu, dia sering di panggil anak ayam oleh Hyung-Hyungnya.
"Hyung, jangan marah-marah cepat tua loh. Mau cemilan?!" Pemuda itu menawarkan sebuah cemilan pada Nathan, namun di abaikan oleh pemuda itu. "Gak mau ya sudah, aku makan sendiri."
"Malam ini kau tidur dengan Dio, kamar utama aku tempati."
Sontak mata pemuda itu membelalak. "Apa?! Tidur dengan maniak panci itu?! Aku tidak mau, Hyung. Bagaimana kalau kita berbagi kamar saja, atau kalau tidak aku akan tidur dengan Aria Hyung saja?!" Usul pemuda itu yang bernama Sammy.
"Tidak!!" Aria menolak cepat. "Kau suka ngiler dan ngompol. Jadi tidur saja sama Dio. Lagipula kamar dan tempat tidurku terlalu sempit, tidak muat untuk berdua!!"
Malas mendengar perdebatan mereka berdua yang tiada akhirnya. Nathan pun melenggang pergi. Malam ini dia sengaja pergi dan tidak tidur di rumahnya. Moodnya benar-benar buruk. Pertengkaran kecilnya dengan Hanna tadi membuatnya malas dan tidak betah berada di rumah terlalu lama.
-
-
Pagi ini ada yang berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Jika biasanya di meja makan lengkap lima orang, maka pagi ini tidak, hanya ada empat orang yang ada di meja makan dan menyantap sarapannya. Tak terlihat batang hidung Nathan sama sekali.
Tidak ada yang tau kemana perginya pemuda itu. Kecuali Tuan Nero, karena ayah empat anak itu melihat kemana putranya itu pergi meskipun dia tidak tau tujuannya kemana. Yang jelas Nathan langsung pergi setelah meninggalkan kamar Hanna, dan tuan Nero berani bersumpah telah terjadi sesuatu antara mereka berdua.
"Pa, dimana Nathan? Kenapa sejak pagi aku tidak melihat batang hidungnya?" Tanya Alex membuka percakapan.
"Sepertinya semalam dia tidak pulang. Tengah malam Papa lihat dia keluar dari rumah dengan marah," jawab Tuan Nero.
Sontak saja Hanna mengangkat wajahnya dan menatap sang ayah. "Apa Papa yakin jika kak Nathan pergi karena marah?!" Tanya gadis itu memastikan. Tuan Nero mengangguk mantap, meyakinkan pada Hanna jika dia tidak mungkin salah.
"Kenapa, Sweet Heart?! Apa telah terjadi sesuatu di antara kalian berdua?! Atau mungkin kalian sedang bertengkar?" Tanya Tuan Nero penuh selidik.
Hanna mengangguk. "Kakak kesal dan marah padaku. Semalam aku tidak sengaja menyinggung perasaannya." Hanna menundukkan wajahnya, menyesali apa yang dia katakan semalam pada Nathan.
Pukk..
Tepukan pada pundaknya membuat Hanna mengangkat kembali wajahnya. Alex dan Cris sama-sama tersenyum padanya. "Tidak perlu di pikirkan. Bocah itu memang mudah marah dan tersinggung, tapi dia tidak mungkin bisa marah terlalu lama padamu. Karena dia sangat menyayangimu." Ujar Alex mencoba menghibur.
"Benar apa yang Kak Al katakan, Nathan hanya marah sesaat, saat kembali nanti dia akan seperti biasa. Jadi kau tenang saja, oke."
"Benar apa yang dikatakan oleh kakak-kakakmu itu, Hanna. Tidak mungkin Nathan bisa marah terlalu lama padamu. Kau tidak perlu bersedih lagi, atau kalau perlu Papa nikahkan kalian berdua?! Sudah, sebaiknya sekarang kita sarapan sebelum makanannya menjadi dingin." Dan ketiganya mengangguk.
"Baik, Pa."
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Areum
nikahkan saja PP Nero q pasti kondangan online 😂😂
2022-06-03
0
aqshal
🥰tuh ...papa nero aja memberi lampu hijau🥰
2022-05-18
2
Nova Susanti
yok nikahkan saja mereka berdua papa,,.biar adem ayem lagi
2022-05-18
4