"Qret, dia siapa?" ibu berbisik, saat melihat Riana di depan pintu rumah.
"Itu Riana, anaknya paman Rudi. Nanti Qret ceritakan tentangnya." aku balik berbisik.
Riana langsung menghampiri ibu. Sikapnya berubah manis. Bahkan sampai mencium tangan ibu. Lalu menyapaku lembut. Entah kesurupan apa anak ini. Setelah itu ia mengantar ibu ke kamar tamu yang berada tidak jauh dari kamarku.
Sementara aku sendiri memilih masuk kamar untuk beristirahat. Hari ini sangat lelah sekali. Nanti malam rencananya akan kulanjutkan pekerjaan. Merancang masa depan yang lebih baik. Ya, aku sudah bertekad untuk berubah.
Tapi benarkah aku sudah bisa merelakan Yasmin? Tiba-tiba dada ini sesak. Membayangkan gadis itu duduk di pelaminan bersama kepala polisi itu. Entah mengapa aku tidak rela mereka bersama, padahal mereka saling mencintai.
Yasmin, apakah aku sehina itu hingga tidak pantas mendapatkan dirimu?
Teringat kembali pertemuan pertama kami, saat Yasmin terlihat takut menghadapku. Ia, dia menurut tetapi pasti karena takut. Seperti yang dikatakan oleh Jimmi, anaknya Wijaya.
Tidak. Aku tak akan menyerah begitu saja. Aku memang bukan elkaki salih yang baik. Tetapi aku punya niat untuk berubah. Aku juga ingin menjadi baik. Bukankah ia sendiri yang mengatakan, seseorang yang bertaubat ibarat bayi yang baru lahir. Dosa-dosanya Allah hapuskan.
Lalu, bisakah aku seperti itu?
Saat sedang tenggelam dalam lamunanku, tiba-tiba pintu kamar di ketuk. Ibu, masuk setelah kupersilahkan.
"Ibu tidak tidur?" tanyaku.
"Tidak. Ibu kepikiran sesuatu. Kamu sendiri, kenapa belum istirahat? Kan baru sembuh, harus banyak istirahat, nak."
"Qret tidak apa-apa, Bu. Qret juga memikirkan sesuatu. Ibu memikirkan apa?"
"Yasmin, Qret. Gadis itu terus muncul dalam benak ibu. Ingin sekali melihatnya, Qrer. Bagaimana pun ibu berhutang budi padanya. Ia yang sudah mengembalikan putra ibu satu-satunya."
"Kok bisa sama, ya, Bu? Qret juga memikirkannya."
Aku dan ibu saling pandang. Untuk sesaat kami terdiam, laku tertawa bersamaan. Apakah ini suatu pertanda?
"Nak, majulah. Dapatkan hatinya. Ibu akan selalu mendoakanmu. Bukankah kau yang mengatakan, doa seorang ibu untuk anaknya cepat diijabah Allah." ibu menyemangatiku.
"Berarti Qret harus tetap maju?"
"Ya Qret, majulah!"
"Ibu tahu, siapa saingan Qret?"
"Siapa?"
"Putranya Wijaya. Ia seorang kepala polisi."
Jika ada dua orang laki-laki yang datang meminangmu, dengan latar belakang berbeda. Lelaki pertama adalah seorang polisi bermasa depan cerah, berasal dari keluarga terpandang, memiliki segala-galanya.
Sedangkan lelaki kedua hanyalah seorang yang dikenal sebagai berandal. Pernah menjadi ketua gengster. Latar belakang keluarganya tidak diketahui.
Tentu saja, perempuan akan lebih memilih lelaki pertama. Sebab tidak akan ada yang mau mengorbankan masa depannya sendiri serta anak-anaknya nanti. Mereka pasti ingin yang terhormat. Yang menjamin masa depannya dan keturunannya.
"Qret, jangan cepat berputus asa seperti itu," bisik ibu.
"Tapi memang begitu, kan, Bu?"
"Tidak selalu, nak. Banyak juga perempuan yang lebih mengikuti kata hatinya. Memilih lelaki yang nyaman dengan dirinya. Meskipun lelaki itu tidak punya apa-apa. Lagi pula kau juga pantas diperjuangkan, nak,"
"Kenapa, Bu?"
"Karena kau adalah lelaki yang baik. Selama ini kau tidak bermain-main dengan wanita. Yasmin, ia perempuan pertama yang kau sukai, kan?"
"Dari mana ibu tahu?" selama ini aku memang tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan manapun sebab aku punya prinsip tidak akan menyentuh perempuan untuk main-main. Aku menghormati mereka. Sebab aku tak suka ibuku, istriku atau putriku nanti diperlakukan buruk oleh laki-laki lain.
"Itu adalah modal yang sangat besar, nak."
"Tetapi bagaimana jika ia tahu kalau aku adalah anaknya Wijaya?"
"Jujur dari awal Qret,"
"Bu, kalau begitu, tolong doakan aku dengan sungguh-sungguh. Agar aku bisa mendapatkan Yasmin. Aku ingin ia yang jadi pendamping hidupku."
Ibu menganggukkan kepalanya. Seberkas harapan itu terlihat nyata. Aku akan berusaha sekuat mungkin mendapatkan hatinya.
***
Lelaki tua itu kini berada di depan rumah. Ia bertanya tentang keberadaan ibu. Semula aku tak ingin mempertemukan mereka. Ku kira, dengan melarang, lama-lama akan sama-sama terbiasa. Tetapi lelaki itu melakukan sesuatu hal yang berlebihan. Ia berlutut, memohon agar diizinkan bertemu ibu. Sosoknya yang sekarang sangat berbeda sekali dengan saat pertama kali kami bertemu.
Apakah begini bentuk dari cinta? Bisa membuat seseorang melakukan sesuatu hal yang aneh.
"Meski kau melarangku, tapi aku akan tetap menanti di sini sampai kau izinkan, nak!" ia masih berlutut.
"Hei, kau ini," aku sampai tidak tahu harus berbuat apa. "Apa kau bisa tanggung jawab jika terjadi sesuatu pada ibu seperti kemarin saat istrimu menyerang?"
"Kali ini aku janji, tak akan terjadi untuk kedua kalinya. Aku sudah mengancamnya."
"Heh, selain mengancam, apalagi yang kau bisa?"
"Aku akan berpisah dengannya,"
"Anda tahu apa taruhannya? Anda akan kehilangan segalanya. Bahkan. Akan dicemooh oleh dunia."
"Aku tidak peduli!"
Ya Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku menyerah. Ku berikan waktu sepuluh menit untuk bertemu dengan ibu. Setelah itu ia harus pergi meninggalkan rumahku.
Benar saja, setelah sepuluh menit, lelaki itu keluar dari rumah. Ia benar-benar membuktikan kata-katanya.
"Demi orang yang kucintai, aku akan melakukan apapun," ucapnya.
"Kalau anda benar-benar mencintai ibu, harusnya anda tidak membawa ibu dalam masalah. Dengan mengikat ibu, sama saja anda juga ikut menyakiti ibu." kami memutuskan untuk bicara dari hati ke hati demi kebaikan ibu.
"Aku tidak punya pilihan lain,"
"Kau egois!"
"Terserah kau mau bilang apa. Tapi akupun sama seperti ibumu. Kami sama-sama tersiksa!"
Oh Tuhan, lagi-lagi aku geleng-geleng kepala. Membayangkan beratnya beban cinta. Tetapi jika aku berada di posisinya. Aku tak akan mengorbankan orang yang aku cintai. Aku lebih memilih tersiksa tidak bersama dengan orang yang aku cintai asalkan ia bahagia.
"Belum tentu dengan menjauhinya, ia pun akan bahagia, nak!"
"Lalu kenapa ada kata-kata cinta tak harus bersama."
"Hahaha, kau jangan terlalu banyak termakan kata pujangga. Yang penting kau harus berjuang mendapatkan cintamu." ia menepuk pundakku. "Oh ya, kata ibumu, kau sedang bersaing dengan Jimmi untuk mendapatkan cinta gadis itu. Siapa namanya?"
"Yasmin,"
"Kau tak boleh menyerah, nak. Ku beri bocoran tentang sebuah rahasia, ibunya tidak akan mengizinkan Jimmi menikah dengan wanita itu. Tau kan alasannya. Karena beda kasta. Itu prinsip dasar bagi ibunya. Kalau kau tidak mau berjuang, membiarkan gadis itu menikah dengan Jimmi, aku yakin sekali hidupnya akan dibuat menderita oleh ibunya Jimmi. Sama seperti yang dirasakan ibumu."
Separah itulah? Tidak, aku tak akan pernah membiarkan Yasmin menderita. Aku akan memperjuangkannya. Aku memang bukan lelaki yang punya masa dpena cerah, tetapi masa depan itu akan kami ciptakan bersama. Aku memang bukan lelaki terhormat, tetapi bersamanya, akan membuatku menjadi lebih baik.
"Apakah itu berarti anda dipihak saya?"
"Hahaha, tentu saja. Aku akan mendukung siapapun yang saling jatuh cinta."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Kustri
hmmm...salut ama si cinta
2021-05-10
0
Sus Siti
lagi2 karna cinta
2021-03-27
0
Shirhi Athmainnah
lanjuuttt
2021-03-08
0