"Orang tuaku bukan orang yang baik, Yas. Ibuku perempuan simpanan. Sedangkan ayahku, adalah penipu ulung. Ia penjahat yang berkedok malaikat." perlahan, kututurkan pada Yasmin tentang siapa aku.
Ibuku adalah gadis berparas ayu yang berasal dari sebuah kampung di pulau Sumatera. Usia lima belas tahun ia merantau ke pulau Jawa. Niatnya ingin mencari pekerjaan sebab sulitnya perekonomian keluarga. Karena ibu tidak punya ijazah, hanya tamat sekolah dasar kelas empat, akhirnya ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah besar, rumah ayahku.
Siapa sangka, ayah jatuh cinta pada ibu. Ia terus mencari cara agar ibupun menerima cintanya. Hingga hubungan terlarang itu terjadi.
Tetapi, sebaik-baiknya seseorang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Begitu juga hubungan ayah dan ibu. Awalnya hanya teman-teman ibu yang tahu, tetapi lama-kelamaan istri sah ayah mengetahuinya. Ia menangkap basah suaminya tengah berzina dengan perempuan yang mencari sesuap nasi di rumahnya sendiri.
Kemarahan istri sah ayah pun tidak dapat terelakkan. Dengan berbekal kekuasaan, ibu diusir, bahkan sampai akan dihabisi.
Tuhan masih menyelamatkan ibu. Ia berhasil bersembunyi dari orang-orang suruhan istri sah ayah. Tetapi sebuah kenyataan harus dihadapi ibu bahwa ia hamil di usia yang masih teramat dini. Enam belas tahun.
Dalam kondisi hamil, tidak punya uang, dikejar-kejar orang suruhan, ibu tidak punya pilihan lain selain terjun di dunia prostitusi. Ibu tidak memikirkan apapun lagi selain harus mendapatkan uang untuk makan dan biaya kelahiran ku nantinya.
Tentu saja tidak mudah bagi seorang perempuan muda bekerja di dunia gelap dengan kondisi hamil. Beberapa kali ibu mengalami pendarahan. Untung saja aku tidak kenapa-napa.
Ibu sebenarnya ingin berhenti. Tetapi lagi-lagi tidak bisa sebab tidak ada pekerjaan halal yang bisa didapatkan ibu.
Setelah aku lahir, ibu terus melakoni pekerjaannya sebagai perempuan penghibur. Hingga usiaku lima tahun, ibu kembali bertemu dengan ayah. Pertemuan yang pada akhirnya harus membuatku kehilangan ibu untuk selamanya sebab ibu membuangku agar ayah tidak tahu bahwa ada aku, hasil hubungan mereka.
Aku merasa menjadi korban atas keegoisan ayah dan kebodohan ibu. Tetapi saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya membenci mereka hingga saat ini. Lalu apakah itu salah?
"Tapi anda juga punya kewajiban berbuat baik kepada mereka, sekalipun kedua orang tua anda bukan orang baik, tuan?"
"Tidak bisa, Yas!"
"Apakah anda tahu kenapa ibu anda membuang Anda tuan?"
"Ya apalagi alasannya kalau bukan agar mereka bisa bersenang-senang!"
"Itu kan baru dugaan anda, tuan."
"Yasmin, tolong berhenti menyalahkan ku!"
"Aku tidak menyalahkan anda tuan, aku hanya tidak ingin anda menyesal nantinya."
"Kalau begitu tolong aku, Yas,"
"Dengan cara apa?"
"Ajari aku!"
"Anda bisa cari ustadz atau guru mengaji,"
"Tidak. Aku mau kamu yang mengajariku. Lagipula kau kan sudah kehilangan pekerjaan. Apa salahnya sekarang kau jadi guruku. Kau tenang saja, aku akan menghitung setiap pekerjaanmu dengan mengurangi hutangmu. Bagaimana?"
"Tapi aku harus mengajari apa?"
"Apa saja yang membuatku tenang!"
Aku dan Yasmin sudah membuat kesepakatan, ia akan datang setiap hari ke rumahku untuk mengajariku. Sedangkan ayahnya tetap ku tahan di sini sampai aku yakin ia tidak akan membuat keonaran lagi. Aku tidak ingin lelaki itu membuat masalah baru untuk Yasmin.
***
"Kenapa harus perempuan itu, Qret?" tiba-tiba Riana masuk ke ruang kerjaku, setelah pertemuan pertamaku dengan Yasmin untuk belajar.
"Sudah berapa kali kukatakan, kalau mau masuk ketuk pintunya dulu!" aku kembali mengingatkan. "Memangnya kenapa dengan Yasmin? Dia cukup bagus kok menjadi guruku."
"Qret, jawab aku, apa kau menyukainya?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya hal itu?"
"Aku hanya ingin tahu,"
"Entah. Mungkin suka, mungkin juga belum."
"Qret!" Riana menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Kau menyakitiku!" ia keluar, pergi dengan sangat cepat sehingga aku tidak bisa mengejarnya.
Ada apa dengan Riana? Akhir-akhir ini dia berubah. Jadi lebih over protektif. Setelah Riana pergi, Deni yang sedari tadi berdiri di depan ruangan ku langsung masuk.
"Tuan, apa anda menyadari, Riana sepertinya menyukai anda." ungkap Deni.
"Kau bicara apa?" aku hampir tergelak mendengar analisis Deni. Bagaimana mungkin Riana menyukaiku. Kami sudah seperti saudara. Antara aku dan dia sudah tidak ada basa-basi lagi.
"Tuan, apa anda tahu, perempuan kalau sedang jatuh cinta sikapnya akan aneh."
"Kau cemburu? Makanya mengatakan semua ini? Kau tidak harus seperti itu. Aku dan Riana hanyalah saudara. Kami sudah menghabiskan waktu bersama. Kami saling sayang sebagai saudara. Aku sudah menganggap ia dan paman Rudi seperti saudara sendiri."
"Tapi Tuan,"
"Sudahlah. Pergilah. Aku ingin bicara dengan Jack." aku berlalu menuju ruang tamu dimana ada Jack dan beberapa anak buahnya yang sudah menungguku. Jack menyampaikan kabar tentang perkembangan urusan dengan Wijaya.
Entah kenapa selama berbicara dengan Jack, pikiranku tertuju pada Riana. Apakah benar ia menyukaiku? Tapi kenapa? Kami kan saudara? Anak itu benar-benar membuatku merasa bersalah.
***
Wijaya, sebentar lagi kau akan tamat! Aku ingin tertawa puas usai mendengarkan penjelasan Jack dan teman-temannya tentang kondisi musuhku itu sekarang. Sudah tidak sabar melihatnya jatuh hancur.
Tetapi tiba-tiba muncul bayangan wajah Yasmin. "Tuan, apakah anda mau berbakti pada orang tua anda?"
Apa anda tahu, berbakti pada orang tua hukumnya wajib meskipun mereka tidak pernah berbuat baik pada anak-anaknya. Mereka berhak mendapatkan bakti kita. Mereka harus dimuliakan meskipun mereka buruk.
Orang tua adalah pintu surga untuk anak-anaknya. Jangan sampai terlambat tuan. Jangan sampai anda menyesal. Harusnya anda bersyukur tuan, masih punya mereka. Berbaktilah.
Begitulah yang dituturkan Yasmin tadi.
Ahhhh, aku langsung terduduk di kursi. Susah payah ku elakkan bayangan wajah Yasmin, tetapi tetap tidak bisa.
Perasaan itu semakin kacau. Segera aku melaju menuju rumahnya. Ada banyak tanya yang harus kuutarakan. Yasmin harus menjawabnya. Ia harus membantuku keluar dari segala kerumitan ini.
"Tuan?" Yasmin lagi-lagi dibuat terkejut dengan kehadiranku. Mungkin karena baru tadi pagi kami bertemu di rumahku.
"Kenapa harus aku yang berbuat baik kepada mereka? Tetapi mereka tidak? Kenapa? Jawab Yasmin, jawab!"
"Tuan tenanglah!" Yasmin memintaku duduk. Ia masuk sebentar untuk mengambil segelas air putih. Kemudian memberikannya padaku.
"Jawab Yasmin," pintaku lagi.
"Orang tua pun wajib berbuat baik pada anak-anaknya. Jika mereka tidak melakukannya, ada dosa juga yang mereka dapatkan. Tugas orang tua tidak hanya sebatas melahirkan anak-anak kedunia, tapi memendarkan mereka dengan baik, mendidik, membekali ilmu agama, dan banyak hal lainnya.
Sebagai balasannya, orang tua menerima bakti dari anak-anaknya.
Apakah anda pernah berfikir tuan, bagaimana perjuangan ibu anda melahirkan anda ke dunia ini? Apalagi dengan usia yang sangat dini seperti yang anda ceritakan.
Ayolah tuan, jika anda memang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanyakan pada mereka sebab aku tidak bisa menerka."
"Tapi aku tidak bisa, Yas. Sudah hampir dua puluh lima tahun aku tidak bertemu dengan perempuan itu."
"Mungkin sekarang waktunya,"
"Yas ...." air mata langsung terurai. Ini untuk kedua kalinya aku menangis di hadapan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Kustri
apa smp skrg wijaya blm tau jg klu qret anaknya...yp memanggilnya "nak"
2021-05-10
0
Siti Mariani
suka thor
2020-11-09
0
Siti Aminah
sedih deh
2020-10-29
0