"Qret!" panggilan itu membuatku tersadar. Riana berlari ke arahku, diikuti oleh Deni. "Qret, kenapa kau di sini?"
"Oh, aku baru menjemput Yasmin," aku menunjuk Yasmin. "Kalian belum saling kenal, kan? Ayo kenalan dulu!"
Yasmin mengulurkan tangan, tetapi Riana membiarkannya. Bahkan ia tidak mau memandang ke arah Yasmin, hingga membuat Yasmin salah tingkah.
"Riana," aku mengingatkan Riana. Sikapnya sangat tidak sopan.
"Qret, ayo kita pulang!" ajak Riana.
"Ya sudah," aku mendengus kesal. Persis seperti anak-anak yang diminta pulang oleh orang tuanya saat sedang asyik bermain. "Yas, kami pulang dulu. Ingat apa yang kukatakan tadi."
Yasmin mengangguk. Setelah pamit pada Riana, ia segera masuk. Setelah itu aku berlalu bersama Riana dan Deni.
"Qret, apa yang kau katakan pada gadis itu?" Riana mulai mengorek-ngorek. Sikapnya yang seperti ini persis ibu-ibu yang ingin tahu rahasia besar anaknya.
"Bukan urusanmu!"
"Qret!"
"Lagian kau sedang apa di sini?"
"Aku menemani Deni menjemputmu."
"Kenapa kau harus ikut? Oh, apa Deni sekarang punya asisten pribadi?" kini giliranku yang menggoda mereka.
"Bukan. Aku hanya ingin memasukan baik-baik saja." Riana langsung membantah
"Kau pikir aku kenapa? Halah, kau pikir aku tidak tahu, itu cara lama. Kau sebenarnya ingin dekat-dekat dengan Deni, kan?"
"Bukan!"
"Mengakulah Riana,"
Sementara aku menggoda Riana, Deni tampak tersenyum. Aku mengira Deni jatuh cinta pada Riana. Sikapnya terlihat berbeda. Jika itu benar, semoga Riana bisa jadi penyembuh untuk luka patah hati yang dirasakan Deni beberapa bulan lalu.
"Kau menyebalkan, Qret!" Riana memasang wajah masam.
Efek ia patah hati, aku kehilangan uang tiga milliar dan liontin sebab di curi Bimo. Padahal sudah kuingat kan ia untuk jangan terbawa perasaan secepat itu.
Selain itu, jika mereka bersatu, aku pun akan merasakan bahagia. Riana sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Meski ia sangat bawel dan suka mengatur, tetapi gadis itu baik. Ia juga bisa menjaga dirinya dengan baik, walau besar tanpa ibu dan berada di lingkungan yang tidak baik.
Sedangkan Deni, adalah pria pekerja keras dan bertanggung jawab. Jika ia jatuh cinta, benar-benar akan menjaga orang yang dicintainya dengan sepenuh hati, sehingga jika ia ditinggalkan, patah hatinya seperti orang yang kehilangan semangat hidup.
"Kalian itu sebenarnya cocok, lho," ucapku.
"Qret, kau bicara apa!" Riana langsung membentak.
"Bagaimana Deni? Apa kau mau menjaga adik semata wayangku ini?" pandanganku tertuju pada Deni, ia tidak menjawab, hanya tersenyum malu layaknya gadis yang baru dipinang. "Jawablah Deni. Jika kau mau bersabar menghadapi gadis cerewet yang suka ingin tahu urusan orang ini, aku akan bicarakan pada paman Rudi. Bagaimana?"
"Cukup Qret. Hentikan mobilnya!" Riana bicara keras. "Berhenti!"
Deni menghentikan mobilnya, lalu Riana turun. Ia tidak menghiraukan panggilanku. Berlalu kencang memasuki gang sempit hingga hilang dari pandanganku.
"Tuan, apa candaan anda tidak berlebihan? Sepertinya Riana tidak suka." Deni buka suara.
"Biarkan saja. Mungkin ia malu. Reaksi perempuan berbeda-beda saat tahu ada seorang pria yang menyukainya."
"Tapi apa saya pantas dengan Riana, tuan?"
"Kenapa tidak? Kalian berdua adalah dua orang yang berarti dihidupku. Aku mau kalian bahagia! Yang terpenting kau harus membahagiakannya. Sebab Riana adalah satu-satunya harta berharga milik paman Rudi. Dan kebahagiaan mereka penting untukku."
Mobil kembali berjalan. Aku tidak ingin mengejar Riana. Biarlah ia pergi sesaat. Mungkin ia butuh waktu untuk menyendiri sebab malu dengan apa yang kukatakan tadi.
***
Lelaki itu kini berada di hadapanku. Anak buahku yang membawanya ke sini. Ia terlihat takut. Tidak berani menatapku. Untung saja wajahnya mirip Yasmin, kalau tidak pasti sudah kuhabisi ia.
"Oh, jadi ini yang namanya Bimo," tiba-tiba Riana masuk tanpa izin. Ia benar-benar berbuat sesukanya. "Kau membuat Qret dalam masalah!" Riana hendak memukul kepala Bimo, tapi ku halangi. "Kenapa?" kini pandanganya tertuju padaku.
"Riana, ini bukan urusanmu. Sekarang sebaiknya kau keluar," aku menunjuk pintu.
"Kau kenapa Qret? Sejak kapan aku dilarang masuk ke sini?" ia.mulai histeris. Sebelum terjadi kesalahpahaman. Kuputuskan untuk membawa Bimo keluar.
"Ayo pak, kita keluar!" aku menggandeng tangannya.
"Qret, kau mau kemana?" Riana berusaha mengejar, tapi Deni sigap menghadangnya sehingga terdengar adu mulut antara Riana dan Deni.
***
"Langsung saja, mana kalungku?" aku mengulurkan tangan ke hadapan Bimo, berharap ia segera memberikan barang yang sangat berarti untukku.
"Sudah tidak ada," jawabnya.
"Hei anda ini!" aku ingin berkata keras atau sekedar memberikan sedikit pukulan padanya karena kesal, tapi urung kulakukan karena lagi-lagi bayangan wajah Yasmin muncul. "Dimana kalungku?" aku kembali bertanya.
Ia masih memilih tutup mulut. Benar-benar menguji kesabaranku. Masih banyak yang harus kulakukan, tetapi rupanya ia ingin bermain-main denganku. Andai ia bukan ayah Yasmin, sudah habis kubuat.
"Anda tau pak, putrimu sampai masuk penjara gara-gara ulahmu. Hidupnya sangat menderita. Sekarang kau puas!"
"Yasmin," menyebut nama itu, matanya langsung berkaca-kaca.
"Jangan pura-pura. Aku tahu kau tak menyayanginya. Makanya kau memberinya banyak masalah. Aku banyak melihat tipe orang tua sepertimu. Hanya mengusahakan anaknya saja. Kalau kau tidak ingin punya anak, jangan menikah. Atau jangan biarkan ia hidup. Untuk apa kau jika hanya dibuat menderita!"
"Dimana Yasmin ku?"
"Sudahlah, sekarang jawab pertanyanku. Dimana kalungku?"
"Ada," ia mengambil tas butut miliknya. Lalu berusaha merobek talinya. Di dalam busa.itu tersimpan kalungku.
Segera ku rampas kalung itu dari tangannya. Benda ini, adalah jimat untukku. Ia satu-satunya benda yang kupunya. Pemberian dari seseorang yang ingin kusayangi, namun aku juga sangat membencinya.
Berlian di kalung itu bersinar, membuatku tersadar akan bayangan ketika masih kecil. Sebelum ia membuangku.
"Urusan kita belum selesai, pak. Sekarang aku harus pergi dulu." aku memanggil salah seorang anak buah untuk mengurus Bimo. Tidak lupa kupesankan agar menjaga lelaki ini dengan baik. Bagaimana pun juga ia adalah ayah Yasmin.
***
Jack melakukan tugasnya dengan sangat baik. Ia mendatangi kantor Wijaya. Memberikan sedikit ancaman agar Wijaya tidak mengganggu dan mengganti seluruh kerugian akibat kebakaran yang dibuatnya.
Anak buah Wijaya yang membakar bar milikku pun sudah ditangkap. Kami memaksanya mengaku. Setelah dipukuku, barulah lelaki itu mengaku.
Tentu saja Wijaya tidak diam mendapati perlawanan dariku. Ia membalas sehingga terjadilah bentrok antara orang-orang ku serta orang-orang Wijaya. Perkelahian itu kami menangkan, meski banyak anak buahku yang terluka karenanya.
"Aku akan memanggik dokter," aku menyuruh Deni memanggil dokter langganan kami.
"Kalian benar-benar sangat membantuku."
"Tapi Qret, kau harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar preman yang ikut bergabung bersama kita. Aku tidak bisa mengandalkan rules sepenuhnya. Kau tahu kan, sebagian besar anggotanya tidak bisa lagi kukumpulkan. Ada yang sudah membuat geng sendiri, bergabung dengan geng kain, dan ada juga yang sudah tidak ingin terlibat dengan rules lagi." Jack menjelaskan. "Aku juga menyarankan padamu Qret, carilah kelemahan Wijaya. Kartu as nya, agar ia bertekuk kehadapanmu."
"Ya, aku juga sedang memikirkan itu."
Pertarungan besar antara kami akan segera terjadi. Aku berharap bisa memenangkannya. Wijaya harus membayar mahal untuk setiap kejahatan yang dilakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Kustri
sayangnya pertempuran tdk di jabarkan...pdhal itu yg ditunggu² biar lbh seru
2021-05-10
0
Kustri
riama itu suka ama kamu qret!
2021-05-10
0
Hendra Sukmawan
visual thor
2020-12-21
0