3. Bayangan

Aku berdiri tepat di depan rumah gadis itu. Mendekat ke pintunya. Lalu menghempaskan badan. Berharap beban itu segera hilang. Sungguh, saat seperti ini aku rindu sosok nenek Aini, perempuan yang sudah membesarkanku meski iapun hidup dalam keterbatasan.

"Anda?" tiba-tiba pintu dibukanya. Gadis itu terlihat kaget mendapatiku di depan rumahnya. Sepertinya ia keluar karena mendengar suara tubuhku menghantam pintunya yang sudah reot. "Tuan, aku tahu ayahku punya hutang yang sangat banyak pada anda. Aku juga masih ingat menjadi jaminan untuk hutang-hutang tersebut. Aku akan berusaha membayarnya. Tapi tolong, jangan mengikutiku terus." ia mengatupkan kedua tangannya sebagai bentuk permohonan.

"Aku hanya ...." air mata itu sudah tidak bisa tertahan lagi. Untuk pertama kalinya aku menangis di hadapan orang lain. "Biarkan aku di sini sebentar saja." pilu, aku memohon padanya.

Gadis itu masuk, tidak lama ia kembali membawa segelas air putih. "Minumlah," ia menyodorkan gelas tersebut ke hadapanku.

Segelas air putih itu telah habis kuteguk. Lega rasanya. Tetapi ada rasa tidak enak. Apalagi ia terus memperhatikanku dari dalam rumahnya.

"Maaf kalau kehadiranku membuatmu kaget," aku mencoba mencairkan suasana. "Tapi kenapa semalam ini kau belum tidur?"

"Bukankah Anda yang menyuruhku untuk bekerja keras, Tuan?"

Canggung rasanya mendengar pernyataan gadis itu. "Jadi kau mau menyalahkan ku? Yang berhutang itu siapa? Kenapa jadi menyudutkan ku?"

"Maafkan aku Tuan,"

"Minta maaf kata orang gampang. Tapi ingat, tetap bayar hutangmu." aku mendengus kesal. "Oh ya, kau memang harus bekerja keras, tapi jangan sampai lupa istirahat. Kau kan manusia, bukan robot!"

"Tuan, apakah anda sudah baik?"

"Apa maksudmu?"

"Ini sudah sangat malam. Aku tidak ingin ada warga yang melihat dan berfikiran tidak-tidak,"

"Hei, kau pikir aku ini apa?"

"Tuan, aku hanya mencoba menjalankan apa yang sudah ditetapkan syariat. Tidak boleh berduaan dengan yang bukan mahram. Apapun kondisinya. Kalau anda sedang marah, kesal atau sedih, lebih baik cari teman laki-laki untuk bercerita, atau ...."

"Hei, apa maksudmu? Siapa yang sedih? Aku hanya kesal dengan ulah ayahmu. Kapan dia akan kembali? Akan kupatahkan kakinya,"

"Tuan,"

"Apa? Kau mau marah karena aku mau mematahkan kaki ayahmu? Hei lihat, kau sampai berani melotot ke arahku."

"Ayahku memang bersalah, aku tidak akan membelanya,"

"Huh, kau yang anaknya saja pasti benci pada ayahmu. Apalagi aku!"

"Aku tidak membenci ayahku. Tapi aku juga tidak berusaha untuk membelanya. Ayahku salah dan aku mengakui itu."

"Lalu kenapa kau memelototi aku? Hah, bicara denganmu membuat suasana hatiku jadi semakin buruk. Sudah malam, kau istirahatlah. Besok bangun dan bekerja dengan giat agar hutangmu segera lunas!" aku berlaku meninggalkan rumah gadis itu.

Kini seutas senyum kembali terkembang di bibir ini. Setidaknya, sedikit laraku terobati setelah menatap matanya.

***

Teror itu mulai dilancarkan. Aku tahu, pelakunya adalah Wijaya. Tetapi sampai detik ini belum ada balasan yang bisa kulakukan. Bahkan untuk sekedar melindungi diri. Satu-persatu pelanggan bar mulai berkurang. Lama-lama aku bisa gulung tikar bila pengunjung makin sepi.

"Qret, kau tidak punya pilihan lain," ucap Paman Rudi, ayahnya Riana.

"Aku juga sudah mengatakan padanya untuk mundur, tapi Qret tidak mendengarkan ku!" Riana mulai mengomel.

"Sejak umur lima belas tahun aku bekerja keras agar bisa punya bar sendiri. Sekarang setelah semuanya terwujud, bagaimana mungkin aku menyerah. Paman, tolong beri ide lain selain menyerah," pintaku dengan penuh harap.

"Qret, Wijaya bukan lawan yang sebanding untukmu,"

"Paman tahu kan, dia siapa? Dalam tubuhku ada darahnya, Paman. Harusnya akupun bisa sekuat dia." orang bilang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Meskipun aku membencinya, kuharap kekuatannya juga menurun padaku, agar kelak aku bisa membalaskan dendam ini.

"Berurusan dengan Wijaya bukan hal yang mudah. Tapi kalau kau sudah bertekad, aku akan selalu berada di sisimu untuk memberikan sedikit masukan." kata Paman Rudi.

"Ayah, kenapa membiarkan Qret dalam masalah!" Riana langsung protes.

"Kau diamlah. Ini urusan laki-laki. Sebaiknya kembali ke rumah. Jangan mengganggu Qret terus." Paman Rudi mengusir putrinya. Sebelum pergi, Riana terus saja mengomel. Tidak terima dengan keputusan ayahnya.

Keberadaan Riana memang agak mengganggu. Aku butuh ketenangan untuk menemukan jalan membalas Wijaya. Saat ini ia boleh merasa di atas awan, tapi sebentar lagi akulah yang akan memenangkan permainan ini.

***

Panas rasanya hati ini saat melihat foto keluarga Wijaya. Ia duduk di kursi bersama istrinya. Sementara di kiri dan kanan berdiri dua orang anak laki-laki. Satu orang berseragam polisi, seorang lagi memakai jas hitam.

"Bagaimana mungkin ia bermain-main dengan perempuan lain, padahal sudah punya istri dan anak!" aku mengumpat berkali-kali.

Tidak lama Deni masuk. Memberitahu bahwa apa yang sudah kuperintahkan telah dilaksanakannya dengan baik. Meskipun masih was-was, tetapi aku bisa sedikit bernafas lega dengan persiapan yang sudah kurancang bersama Paman Rudi untuk menghadapi serangan Wijaya.

"Tidak ada yang mengganggu, kan?" tanyaku, memastikan bahwa kali ini ia tidak melakukan kesalahan lagi.

"Hanya Riana yang terus-menerus mencari tahu tindakan kita selanjutnya."

"Jangan beritahu apapun padanya."

Setelah memberikan laporan, Deni segera berlalu, meninggalkanku sendiri. Kini aku beralih ke laporan keuangan. Memperhatikan jumlah uang yang kumiliki. Jumlahnya tidak akan seberapa dengan harta kekayaan Wijaya. Tetapi aku tidak ingin kalah dalam pertarungan ini.

Mulai sekarang aku akan menjadi bayangan Wijaya. Aku akan menghancurkan hidupnya. Aku akan membuatnya menyesal sudah membuatku terkahir ke dunia ini.

Sakit, di hati ini. Kehidupan yang sangat rumit. Tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku harus menang.

***

"Qret, kau mau kemana?" Riana menghadang langkahku.

"Jangan mengikutiku!" aku mengancamnya.

"Qret, jangan melakukan hal bodoh,"

"Kau bicara apa? Aku hanya ingin mencari angin,"

Sebelum Riana mencecarku dengan rasa ingin tahunya, aku segera masuk ke mobil, memacunya secepat mungkin agar ia tidak bisa membuntutiku.

Jalanan pagi ini agak lengang. Aku bisa sampai tujuan dengan cepat. Mobil kuparkir di ujung jalan. Lalu menuju rumahnya. Lagi-lagi kami bertemu di depan pintu.

"Mau kemana?" tanyaku. Ini akhir pekan, harusnya ia tidak mengajar.

"Mengantar ini," ia menunjukkan bungkusan. "Pesanan jahitan."

"Kau multitalenta juga, ya. Harusnya kau kaya raya karena bisa semua hal."

Tidak ada jawaban darinya. Gadis itu terus berjalan melewati gang-gang sempit. Sementara aku mengikuti dari belakang.

"Hei, sebenarnya kita mau kemana? Mengapa harus jalan sejauh ini. Kalau tahu tadi harusnya naik kendaraan."

"Maaf Tuan, aku harus menghemat uangku agar bisa segera membayar hutang pada Anda."

"Kau menyindirku? Lagipula siapa yang menyuruhmu membuang-buang uang untuk naik kendaraan umum. Aku kan bilang naik mobilku!"

Lagi-lagi tidak ada jawaban. Ia terus saja berjalan. Tanpa mengeluh sedikitpun. Sementara aku, entah sudah berapa kali berkomentar tentang jarak yang kami tempuh.

"Tuan, aku harus masuk ke rumah pelanggan ku. Jika tidak keberatan, tunggulah di sini,"

"Ya, pergilah!"

Setelah sepuluh menit, barulah ia keluar. Yasmin terlihat senang, tanpa menyapaku, ia kembali melanjutkan perjalanan pulang. Sementara aku langsung siap mengikuti dari belakang.

"Kau kelihatan senang. Apa ia membayarmu tinggi?"

"Lumayan Tuan. Tadi ada orderan tambahan lagi."

"Pantas kau semangat sekali. Hei, tadi kau minum ya, soalnya kau terlihat lebih segar dari sebelumnya?"

"Makan biskuit juga,"

"Apa? Kau membiarkanku berpanas-panasan di luar, sementara di dalam kau minum dan makan biskuit. Sungguh kejam!"

"Aku tidak meminta Anda untuk mengikutiku,"

"Jangan pura-pura lupa. Kau itu jaminan,"

"Lalu Anda mau apalagi, Tuan?"

"Kau menantangku? Benar-benar membuatku kesal. Baiklah, kita istirahat sebentar. Ayo minum di warung itu,"

Kali ini giliran gadis itu yang mengikutiku. Kami masuk ke warung bakso. Aku memesan semangkuk bakso dan es jeruk.

"Hei, kau tidak mau makan?"

"Tidak usah,"

"Setidaknya minumlah. Tenang saja, aku yang bayar. Aku tidak suka makan sendiri, sedangkan orang yang sedang bersamaku diam seperti patung!"

"Tidak, terimakasih."

"Kau ini, sudah kurus, harusnya makan yang banyak agar kuat mencari uang. Kau mau membuatku lama menunggu?"

"Baiklah Tuan. Aku pesan semangkuk bakso dan es teh,"

Aku bisa merasakan gadis ini sangat tertekan sekali. Sepasang matanya bahkan berkaca-kaca. Makanannya pun dihabiskan dengan sangat cepat. Entah mengapa, aku menjadi iba padanya.

"Kau punya pacar?" tanyaku.

"Tidak,"

"Kalau teman?"

"Tidak juga. Tidak ada yang ingin berteman denganku,"

"Kenapa?"

"Ayahku sering membuat masalah. Orang-orang di sekitarku perlahan menjauh sebab tidak ingin ikut terlibat atau disangkut pautkan."

"Kau tidak punya keluarga lain?"

"Ibuku meninggal karena melahirkanku. Aku satu-satunya anak mereka."

"Hidupmu pasti sangat sulit. Aku kasihan padamu, tapi bukan berarti hutangmu lunas. Kau harus tetap membayarnya!"

"Aku juga tidak minta dikasihani. Aku tahu, tidak selayaknya minta pada manusia."

Usai makan, kami kembali melanjutkan perjalanan dalam diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Terpopuler

Comments

Selamat Adi

Selamat Adi

aku baru nemu kemarin, sampe bab ini aku suka😍😍😍, terus itu nama nya memang Qret ya... aku bacanya kiret, maaf ya kak kalau salah baca🙏🙏🙏,

2022-01-16

0

Yuni Odih Al Oza

Yuni Odih Al Oza

Kok lucu ya kelakuan si Qret 😄😄😄

2021-05-18

0

Kustri

Kustri

kocak

2021-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pertemuan
2 2. Ancaman
3 3. Bayangan
4 4. Batas Waktu
5 5. Di kantor polisi
6 6. Pertarungan
7 7. Perasaan yang aneh
8 8. Cemburu kah?
9 9. Terbuat dari apa hatimu?
10 10. Sebuah nasihat
11 11. Kenangan Masa Kecil
12 12. Frustasi
13 13. Bertemu Kembali
14 14. Ibu, Izinkan Aku Memuliakanmu
15 15. Terimakasih Yasmin
16 16. Terbukanya Tabir Itu
17 17. Hinaan
18 18. Ibu, Tolong Doakan Aku
19 19. Ajarkan Aku Untuk Memenangkan Hatimu
20 20. Hijrah, Bisakah?
21 21. Salat Pertama
22 22. Nasihat Yasmin
23 23. Kode
24 24. Pembubaran
25 25. Tangis Riana
26 26. Mulai Dari Nol
27 27. Pekerjaan Pertama
28 28. Ibu, Engkau Tetap Mulia
29 29. Gara-gara 3M
30 30. Kalung Untuk Yasmin
31 31. Sebuah Lamaran
32 32. Kabar Gembira
33 33. Cincin Pilihan
34 34. Fitnah
35 35. Di Penjara
36 36. Ibu Pulang
37 37. Sindiran Jimmi
38 38. Dibesuk Yasmin
39 39. Yasmin Bertemu Ayah dan Ibu
40 40. Jimmi Bicara Dengan Ayah
41 41. Pertarungan Dua Pemuda
42 42. Ketahuan Kepala Polisi
43 43. Tawaran Pak Bagus
44 44. Desas-desus
45 45. Ancaman Jimmi
46 46. Kunjungan Rules
47 47. Kunjungan Heri
48 48. Waktu-waktu Bermuhasabah
49 49. Belajar Dan Belajar
50 50. Bertemu Alifa
51 51. Kiriman Makanan Dari Yasmin
52 52. Ayah Dan Ibu Kembali Datang
53 53. Kenapa Paman Rudi Tidak Kunjung Datang?
54 54. Menghubungi Pengacara
55 55. Diskusi Dengan Alifa
56 56. Hasil Penyelidikan Alifa
57 57. Kecewa
58 58. Paman Rudi Datang
59 59. Surat Dari Riana
60 60. Salat Malam
61 61. Pertemuan
62 62. Ibu Marah
63 63. Bertemu Nyonya Terhormat
64 64. Bebas
65 65. Dinanti Yasmin
66 66. Pesta Penyambutan Oleh Rules
67 67. Tangis Riana
68 68. Perjalanan Pulang
69 69. Hutang Jasa Pada Alifa
70 70. Kedai Hijrah
71 71. Kapan Kau Mau Hijrah, Riana?
72 72. Jamm Sianak Istimewa
73 73. Jimmi Marah
74 74. Penderitaan Jimmi Dan Jamm
75 75. Sama-sama Pernah Terluka
76 76. Riana Jadi Karyawan Baru
77 77. Rencana Lamaran
78 78. Hadiah Dari Riana
79 79. Persiapan Lamaran
80 80. Lamaran
81 81. Pengganggu
82 82. Pernikahan Suci
83 83. Hari Bahagia Qret Dan Yasmin
84 84. Bersiap Pulang
85 85. Pesta Penyambutan
86 86. Bagi-bagi Makanan
87 87. Meluruskan Kesalahpahaman
88 88. Salah Paham
89 89. Gagal Bunuh Diri
90 90. Kembali Berhutang Budi
91 91. Persahabatan Yasmin Dan Riana
92 92. Cerita Alifa
93 93. Rapat Berdua Dengan Yasmin
94 94. Gagal, Coba Lagi!
95 95. Berhasil
96 96. Riana Ingin Menikah
97 97. Tulang Rusuk Dan Tulang Punggung
98 98. Sebuah Pilihan
99 99. Membalas Atau Memaafkan
100 100. Yasmin Bangga
101 101. Permintaan Ibu
102 102. Mengantar Ayah Dan Ibu
103 103. Semalam Di Puncak
104 104. Gagal Kemping
105 105. Menjemput Ayah Yasmin
106 106. Makan Malam
107 107. Curhat Riana
108 108. Kapan Kau Akan Menikahinya?
109 109. Kado Untuk Riana.
110 110. Ayah Dan Ibu Datang
111 111. Yasmin Sakit
112 112. Anugerah Dari Allah
113 113. Yasmin Kecelakaan
114 114. Yasmin Koma
115 115. Semangat Yasmin
116 116. Sebelum Berangkat Ke Singapura
117 117. Saat Yasmin Curigaan
118 118. Tuduhan Yasmin
119 119. Hari-hari Menemani Yasmin
120 120. Operasi Terakhir
121 121. Terapi
122 122. Catatan Hutang
123 123. Penjelasan
124 124. Kesalahan Di Masa Lalu
125 125. Makan Malam Di Luar
126 126. Bertemu Jimmi
127 127. Dibesuk Alifa
128 128. Yasmin Kacau
129 129. Libatkan Tuhan Di Setiap Masalahmu
130 130. Ketika Harus Melepaskan
131 131. Kesepakatan
132 132. Tersenyumlah Yasmin
133 133. Yasmin Sakit
134 134. Kejutan
135 135. Desain Yasmin
136 136. Yasmin Gila Kerja
137 137. Diam
138 138. Tangis Penyesalan Yasmin
139 139. Pilihan Resaind
140 140. Pengakuan Yasmin
141 141. Usaha Jack
142 142. Perjalanan Ke Rumah Sakit Penuh Drama
143 143. Permintaan Riana
144 144. Permintaan Riana
145 145. Harapan Yasmin
146 146. Kerinduan Yasmin
147 147. Liburan Ke Puncak
148 148. Yasmin Sakit
149 149. Permintaan Yasmin
150 150. Gara-gara Pergi Shopping
151 151. Jangan Sampai Terulang Kedua Kali
152 152. Doa-doa Untuk Riu
153 153. Menanti Kelahiran
154 154. Putriku Jasmin
155 155. Jasmin Kuning
156 156. Duka Yang Mendalam
157 157. Tujuh Belas Tahun Kemudian
158 158. Ustad Riu Kebanggaan Ibu Yasmin
159 159. Saat Semua Orang Memuji Riu
160 160. Dua Remaja Di Balik Jendela Kamarnya
161 161. Makan Malam Perpisahan
162 162. Riu Pergi
163 163. Liburan
164 164. Panen
165 165. Mahasiswa Baru
166 166. Samsak Kemarahan Ibu
167 167. Izinkan Aku Berbakti
168 168. Bangunlah Tuan Qret!
169 169. Ayah, Bangunlah
170 170. Tuduhan
171 171. Mencari Pelakunya
172 172. Kesepakatan
173 173. Seburuk Itukah Aku?
174 174. Cerita Sedih Yasmin
175 175. Yang Terbaik
176 176. Ungkapan
177 177. Mia Bertengkar Dengan Joko
178 178. Perjuangan
179 179. Berjuang
180 180. Insiden
181 181. Insiden
182 182. Bertemu Calon Ibu Mertua
183 183. Riu Kembali
184 185. Tantangan 3 M
185 185. Kesepakatan Dua Pemuda
186 186. Setelah Enam Bulan
187 GARA-GARA 3M Season 2
188 Bagian 1
189 Bagian 2
190 Bagian 3
191 Bagian 4
192 Bagian 5
193 Bag 6
194 7. Jasmin Curhat Pada Riu
195 8. Paman Itu
196 9. Tawaran Mia Pada Riu
197 10. Mia dan Joko
198 11. Pulang Bersama Paman
199 12. Yasmin Bicara
200 13. Jimmi dan Alifa
201 14. Pernikahan Mia Dan Joko
202 15. Jimmi Dan Alifa
203 16. Izin
204 17. Pernikahan Alifa Dan Jimmi
205 18. Riu Diledek
206 19. Sandiwara Mia
207 20. Sandiwara Mia
208 21. Tangisan Mia
209 22. Menaklukkan Mia
210 23. Jasmin Diam
211 24. Jasmin Diam (2)
212 25. Jasmin Menyendiri
213 26. Jujurlah Ren
214 27. Riu Menentukan Pilihan
215 28. Hanya Satu Nama, Raisya
216 29. Bersatu
Episodes

Updated 216 Episodes

1
1. Pertemuan
2
2. Ancaman
3
3. Bayangan
4
4. Batas Waktu
5
5. Di kantor polisi
6
6. Pertarungan
7
7. Perasaan yang aneh
8
8. Cemburu kah?
9
9. Terbuat dari apa hatimu?
10
10. Sebuah nasihat
11
11. Kenangan Masa Kecil
12
12. Frustasi
13
13. Bertemu Kembali
14
14. Ibu, Izinkan Aku Memuliakanmu
15
15. Terimakasih Yasmin
16
16. Terbukanya Tabir Itu
17
17. Hinaan
18
18. Ibu, Tolong Doakan Aku
19
19. Ajarkan Aku Untuk Memenangkan Hatimu
20
20. Hijrah, Bisakah?
21
21. Salat Pertama
22
22. Nasihat Yasmin
23
23. Kode
24
24. Pembubaran
25
25. Tangis Riana
26
26. Mulai Dari Nol
27
27. Pekerjaan Pertama
28
28. Ibu, Engkau Tetap Mulia
29
29. Gara-gara 3M
30
30. Kalung Untuk Yasmin
31
31. Sebuah Lamaran
32
32. Kabar Gembira
33
33. Cincin Pilihan
34
34. Fitnah
35
35. Di Penjara
36
36. Ibu Pulang
37
37. Sindiran Jimmi
38
38. Dibesuk Yasmin
39
39. Yasmin Bertemu Ayah dan Ibu
40
40. Jimmi Bicara Dengan Ayah
41
41. Pertarungan Dua Pemuda
42
42. Ketahuan Kepala Polisi
43
43. Tawaran Pak Bagus
44
44. Desas-desus
45
45. Ancaman Jimmi
46
46. Kunjungan Rules
47
47. Kunjungan Heri
48
48. Waktu-waktu Bermuhasabah
49
49. Belajar Dan Belajar
50
50. Bertemu Alifa
51
51. Kiriman Makanan Dari Yasmin
52
52. Ayah Dan Ibu Kembali Datang
53
53. Kenapa Paman Rudi Tidak Kunjung Datang?
54
54. Menghubungi Pengacara
55
55. Diskusi Dengan Alifa
56
56. Hasil Penyelidikan Alifa
57
57. Kecewa
58
58. Paman Rudi Datang
59
59. Surat Dari Riana
60
60. Salat Malam
61
61. Pertemuan
62
62. Ibu Marah
63
63. Bertemu Nyonya Terhormat
64
64. Bebas
65
65. Dinanti Yasmin
66
66. Pesta Penyambutan Oleh Rules
67
67. Tangis Riana
68
68. Perjalanan Pulang
69
69. Hutang Jasa Pada Alifa
70
70. Kedai Hijrah
71
71. Kapan Kau Mau Hijrah, Riana?
72
72. Jamm Sianak Istimewa
73
73. Jimmi Marah
74
74. Penderitaan Jimmi Dan Jamm
75
75. Sama-sama Pernah Terluka
76
76. Riana Jadi Karyawan Baru
77
77. Rencana Lamaran
78
78. Hadiah Dari Riana
79
79. Persiapan Lamaran
80
80. Lamaran
81
81. Pengganggu
82
82. Pernikahan Suci
83
83. Hari Bahagia Qret Dan Yasmin
84
84. Bersiap Pulang
85
85. Pesta Penyambutan
86
86. Bagi-bagi Makanan
87
87. Meluruskan Kesalahpahaman
88
88. Salah Paham
89
89. Gagal Bunuh Diri
90
90. Kembali Berhutang Budi
91
91. Persahabatan Yasmin Dan Riana
92
92. Cerita Alifa
93
93. Rapat Berdua Dengan Yasmin
94
94. Gagal, Coba Lagi!
95
95. Berhasil
96
96. Riana Ingin Menikah
97
97. Tulang Rusuk Dan Tulang Punggung
98
98. Sebuah Pilihan
99
99. Membalas Atau Memaafkan
100
100. Yasmin Bangga
101
101. Permintaan Ibu
102
102. Mengantar Ayah Dan Ibu
103
103. Semalam Di Puncak
104
104. Gagal Kemping
105
105. Menjemput Ayah Yasmin
106
106. Makan Malam
107
107. Curhat Riana
108
108. Kapan Kau Akan Menikahinya?
109
109. Kado Untuk Riana.
110
110. Ayah Dan Ibu Datang
111
111. Yasmin Sakit
112
112. Anugerah Dari Allah
113
113. Yasmin Kecelakaan
114
114. Yasmin Koma
115
115. Semangat Yasmin
116
116. Sebelum Berangkat Ke Singapura
117
117. Saat Yasmin Curigaan
118
118. Tuduhan Yasmin
119
119. Hari-hari Menemani Yasmin
120
120. Operasi Terakhir
121
121. Terapi
122
122. Catatan Hutang
123
123. Penjelasan
124
124. Kesalahan Di Masa Lalu
125
125. Makan Malam Di Luar
126
126. Bertemu Jimmi
127
127. Dibesuk Alifa
128
128. Yasmin Kacau
129
129. Libatkan Tuhan Di Setiap Masalahmu
130
130. Ketika Harus Melepaskan
131
131. Kesepakatan
132
132. Tersenyumlah Yasmin
133
133. Yasmin Sakit
134
134. Kejutan
135
135. Desain Yasmin
136
136. Yasmin Gila Kerja
137
137. Diam
138
138. Tangis Penyesalan Yasmin
139
139. Pilihan Resaind
140
140. Pengakuan Yasmin
141
141. Usaha Jack
142
142. Perjalanan Ke Rumah Sakit Penuh Drama
143
143. Permintaan Riana
144
144. Permintaan Riana
145
145. Harapan Yasmin
146
146. Kerinduan Yasmin
147
147. Liburan Ke Puncak
148
148. Yasmin Sakit
149
149. Permintaan Yasmin
150
150. Gara-gara Pergi Shopping
151
151. Jangan Sampai Terulang Kedua Kali
152
152. Doa-doa Untuk Riu
153
153. Menanti Kelahiran
154
154. Putriku Jasmin
155
155. Jasmin Kuning
156
156. Duka Yang Mendalam
157
157. Tujuh Belas Tahun Kemudian
158
158. Ustad Riu Kebanggaan Ibu Yasmin
159
159. Saat Semua Orang Memuji Riu
160
160. Dua Remaja Di Balik Jendela Kamarnya
161
161. Makan Malam Perpisahan
162
162. Riu Pergi
163
163. Liburan
164
164. Panen
165
165. Mahasiswa Baru
166
166. Samsak Kemarahan Ibu
167
167. Izinkan Aku Berbakti
168
168. Bangunlah Tuan Qret!
169
169. Ayah, Bangunlah
170
170. Tuduhan
171
171. Mencari Pelakunya
172
172. Kesepakatan
173
173. Seburuk Itukah Aku?
174
174. Cerita Sedih Yasmin
175
175. Yang Terbaik
176
176. Ungkapan
177
177. Mia Bertengkar Dengan Joko
178
178. Perjuangan
179
179. Berjuang
180
180. Insiden
181
181. Insiden
182
182. Bertemu Calon Ibu Mertua
183
183. Riu Kembali
184
185. Tantangan 3 M
185
185. Kesepakatan Dua Pemuda
186
186. Setelah Enam Bulan
187
GARA-GARA 3M Season 2
188
Bagian 1
189
Bagian 2
190
Bagian 3
191
Bagian 4
192
Bagian 5
193
Bag 6
194
7. Jasmin Curhat Pada Riu
195
8. Paman Itu
196
9. Tawaran Mia Pada Riu
197
10. Mia dan Joko
198
11. Pulang Bersama Paman
199
12. Yasmin Bicara
200
13. Jimmi dan Alifa
201
14. Pernikahan Mia Dan Joko
202
15. Jimmi Dan Alifa
203
16. Izin
204
17. Pernikahan Alifa Dan Jimmi
205
18. Riu Diledek
206
19. Sandiwara Mia
207
20. Sandiwara Mia
208
21. Tangisan Mia
209
22. Menaklukkan Mia
210
23. Jasmin Diam
211
24. Jasmin Diam (2)
212
25. Jasmin Menyendiri
213
26. Jujurlah Ren
214
27. Riu Menentukan Pilihan
215
28. Hanya Satu Nama, Raisya
216
29. Bersatu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!