Kemarahan Ken

“Ma—maaf ayah, tadi—“

“Aku bukan ayah mu!” sentak Sony membuat nyali Naura semakin ciut.

“Ayah, jangan bicara begitu!” seru bunda Ratna membela dan langsung membentengi Naura agar tidak di tatap tajam oleh suami nya.

“Kamu yang menyuruh anak sialan ini kesini hah!” bentak nya pada bunda Ratna membuat air mata Naura langsung menetes deras, “Sudah berulang kali aku bilang, jangan pernah bawa anak sialan ini kesini kalau aku sedang di rumah!”

“Om jangaaannn!”

Plaakkk!

Tubuh Naura langsung jatuh ke lantai saat tangan Sony yang hendak memukul bunda Ratna namun mendarat di wajah Naura. Sakit, tapi tak apa, setidak nya ia bisa menahan nya asal bunda nya tidak terluka.

“Maaf kalau kedatangan saya mengganggu. Saya akan pergi sekarang, tapi saya mohon jangan sakiti bunda,” kata Naura dengan suara sedikit bergetar.

“Sayang!” seru bunda Ratna saat melihat ujung bibir Naura mengeluarkan darah segar.

Bunda Ratna hendak mengusap bibir Naura, namun dengan cepat gadis itu menggeleng dan mengatakan bahwa ia baik baik saja. Masih bisa melemparkan senyuman pada bunda Ratna, lalu ia segera pamit untuk pergi dari rumah itu. Niat awalnya tadi, ia hanya ingin menemui bunda nya, ia sangat merindukan bunda Ratna, dan ia lupa menanyakan apakah ayah Sony di rumah atau tidak. Ia langsung mengabari bunda bahwa ia akan pulang begitu saja.

"Maafin Naura, Bunda. Maafin Naura hiks hiks."

Naura berjalan menyusuri trotoar pinggir jalan dengan di sertai isak tangis. Tangan nya sesekali mengusap ujung bibir nya yang terasa sedikit perih, lalu ia segera mengambil masker yang ada di tas nya dan lekas memakai nya. Ia takut bila nanti sampai di apartemen dan di lihat oleh para sahabat nya.

Cklek!

Sesuai dugaan nya, saat ia memasuki Apartemen, semua sahabat nya sudah berkumpul. Siapa lagi kalau bukan tiga laki laki pengecut dan usil yang selalu membuat nya kesal, namun selalu setia padanya.

Clayton, Hary dan satu lagi manusia paling rusuh, yaitu Kenzo. Ketiga laki laki itu sangat suka berkumpul di apartemen bahkan tak jarang menginap di sana, namun tidak ada yang berani naik ke lantai dua di mana kamar Naura berada. Kecuali, kecuali si biang rusuh.

“Darimana lo? Jam segini baru balik? Gak tau apa kita udah pada jamuran!” celetuk Ken mendengus melihat kedatangan Naura, namun hanya sekilas dan ia kembali fokus pada game nya.

“Kalau jamuran tinggal di goreng, apalagi pake tepung, jadi crispy!” cetus nya balik sambil melepaskan sepatu, ia meletakkan di tempat biasa, lalu segera naik ke atas dan pergi ke kamar. Namun baru akan menaiki anak tangga, Ken sudah menahan tangan nya.

“Kenapa?” seolah tahu bahwa Naura sedang tidak baik baik saja, Ken segera menghampiri ya dan menanyakan keadaan nya. Tangan Ken terulur membuka masker di wajah Naura, namun Naura menahan nya.

“Gapapa, gue mau mandi!” cetus nya dengan suara yang sedikit serak.

“Jangan buat gue marah Na!” kata Ken dengan tegas, kalau Ken sudah memanggil nama Nana, itu berarti laki laki itu sedang tidak ingin di bantah.

"Gue bilang gapapa, ya gapapa!" seru Naura tak kalah tegas, "Ken!" pekik nya lagi ketika Ken menarik paksa masker di wajah nya.

“Shiittt!” umpat Ken langsung mengumpat kasar saat sudah membuka masker di wajah Naura. Tentu saja, ia sangat marah melihat masih ada bekas darah menempel di ujung bibir Naura. Clay dan Hary yang sedang bermain PS di lantai bawah pun langsung ikut menghampiri ketika mendengar suara umpatan Ken.

“Ra, are you oke?” tanya Clay langsung menyentuh tangan Naura.

“Astaga Ra,” desis Hary sampai menggigit bibir bawah nya sendiri seolah ikut merasakan perih di bibir nya.

“Jangan bilang lo balik ke sana lagi!” geram Ken mengepalkan tangan nya dengan kuat. Pasalnya, ini bukanlah kali pertama Naura mendapatkan bekas sepeti ini dari ayah angkat nya, dan itu selalu sukses membuat amarah nya memuncak.