bab 10

Citra dan Bella keluar gerbang sekolah dan berjalan menuju taman yang terletak di samping sekolah nya. tidak menggunakan mobil sebab letaknya memang tidak terlalu jauh.

setelah sampai, Bella menunjuk sebuah kursi kosong sembari menarik tangan Citra agar dia mengikuti nya.

"kita duduk disana aja Citra " ucap bella sembari menunjuk kursi yang masih kosong .

citra diam tak menjawab karena tangannya sudah di tarik terlebih dahulu oleh Bella.

setelah duduk akhirnya bella pun membuka pembicaraannya.

"Citra... "

citra menoleh "ada apa bell? "

"ada sesuatu hal yang ingin aku sampaiin ke kamu. tapi sebelum itu, kamu harus janji dulu sama aku kalau kamu gak bakalan marah sama aku "

"hmm, ada apa sih bell, kenapa harus pakai janji segala cobak. emangnya kamu mau ngomong apa? tanya Citra

"kamu janji dulu, baru aku ngomong tujuan ku ngajak kamu datang kesini " ucap Bella.

"oke oke, iyadeh janji ga bakalan marah. yaudah kamu mau ngomongin apa sih sampai ngajakin aku kesini segala. ?" tanya Citra kembali.

"emm citra... " bella ragu ragu ingin mengatakan tujuannya mengajak Citra ke taman.

"iya bell, aku disini. kamu mau ngomong apa? jangan bikin orang semakin penasaran dong " sahut Citra.

Bella dengan ragu ragu mengutarakan maksud ia membawa Citra ke taman.

"menikahlah dengan daddy ku citra. jadilah istri untuk nya dan ibu untuk ku citra. " akhirnya Bella mengutarakan maksud nya kepada Citra.

Deg

citra yang mendengar permintaan sahabatnya itupun syok bukan main. tidak pernah terfikirkan untuk citra menikah muda, apalagi menikah dengan seorang duda. sungguh citra tak pernah membayangkan sebelum ini.

sebelum citra mengangkat bicara, bella menyahut kembali ucapannya.

"aku tahu kamu pasti syok dengan permintaan ku ini, tapi aku benar benar ingin kamu menjadi pendamping daddy ku citra, dan aku juga ingin selalu bersama kamu, aku ga mau lagi kehilangan seorang yang aku sayangi itulah sebab nya aku memintamu untuk menikah dengan daddy ku. aku tak ingin mempunyai ibu tiri kecuali ibu tiriku adalah kamu..." ucapnya terjeda. "maafkan aku jika aku egois citra. " ucap bella lirih

tes..

air bening jatuh dari pelupuk mata Bella.

Citra memandangi wajah sahabatnya yang sudah sembab karena menangis, sungguh ia tak tega melihat sahabatnya bersedih, namun di satu sisi ia juga kecewa dengan sahabatnya itu karena memintanya untuk menikah dengan daddy nya yang citra sendiri pun belum tahu seperti apa daddy bella itu.

tangan citra terulur menghapus air mata bella yang terus terusan keluar kemudian tangannya beralih ke tangan bella kemudian mengganggamnya erat.

"jangan menangis bell, kata kamu, kamu adalah wanita kuat lalu mengapa kamu bersedih. " ucap citra dengan pelan

"aku tahu kamu dari dulu menginginkan kasih sayang dari seorang ibu, tetapi aku tak tahu jika kamu menginginkan aku yang menjadi ibu sambung kamu bell. aku juga sebenarnya kecewa sama kamu, karena kamu ingin memikatku dengan seorang laki laki yang aku sendiri pun tak tahu dirinya, apalagi menikah dengan pria asing itu. sungguh aku tak pernah berfikir untuk menikah muda. apalagi dengan ayah dari sahabatku. " ucap Citra.

citra jadi teringat percakapan dirinya dengan bella di taman belakang panti beberapa minggu yang lalu selepas mereka ujian, bella yang menginginkan citra menikah dengan daddy nya. sungguh ia fikir itu hanyalah lelucon, ternyata dugaannya salah. citra bersungguh sungguh dengan ucapannya.

"bolehkah aku egois untuk satu kali ini saja citra, aku sungguh tak ingin kehilangan kamu, apalagi setelah ini kita kuliah, pasti akan sangat sulit untuk bertemu, belum suatu saat nanti kita bekerja. akan bertambah jauh jarak kita citra.

ku mohon terima kah permintaan ku ini citra, " mohon bella dengan berlinangan air mata.

yang ada di fikiran bella adalah citra harus menjadi istri daddy nya, dengan begitu mereka akan terus bersama sama. egois memang. tetapi bagi bella yang sudah pernah kehilangan dan sudah menemukan kenyamanan dari sahabatnya itupun mau tidak mau harus bersikap egois, agar sahabatnya tak jauh jauh darinya. pikir bella.