8.Mari Bicara

Malam hari di rumah keluarga Yildiz.

"Kita sudah cukup lama tak menghabiskan minum bersama, ayo menginap" Ujar Arthur yang duduk sambil menyilangkan kakinya di

sudut sofa dengan santai untuk merenggangkan otak dan ototnya yang seharian lumayan tegang.

"Iya uda menginap saja sekalian, ini kan sudah kelewat malam. "Sambung Irina berseri-seri tanpa menyembunyikan ketakjuban akan pesona Adam Sinaga

" Sebenarnya aku ingin sekali lebih lama di sini, tapi ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, mungkin lain kali."Jawab Adam namun ia justru menatap Aisyah bukan Arthur atau Irina yang sedang berbicara dengannya.

"Ayolah uda, menginaplah sesekali. " Ucap Aisyah Kamila Yildiz dengan lembut dan manja bahkan nadanya seperti anak balita yang sedang merengek. Ia sudah terbiasa dimanjakan oleh kakak sepupunya ini membuatnya tak sungkan bersikap seperti bocil dihadapannya.

"Hmmm.... baiklah.. " Seketika Adam mengiyakan dengan sebuah senyuman yang hanya dimengerti olehnya.

"Nah gitu dong uda memang terbaik" Sambut Kamila antusias. Lagi-lagi ia mendapatkan hadiah sebuah senyuman manis dari kakak sepupunya yang nyaris sempurna dimata Kamila. Nggak pernah nyebelin seperti abang Arthur

"Oh ya , mana Hellen kok nggak ikutan nimbrung disini" Irina mengganti topik

"Katanya kelelahan jadi dia izin untuk istirahat duluan" Jawab Kamila

"Anak itu benar-benar gila, aku tak habis pikir . Biarkan dia istrirahat. "Ucap Adam sembari mengingat bagaimana ia menemukan gadis itu " Heilen" . Ketika itu Kamila meminta seorang bodyguard kepadanya, ah tentu saja dia tak membiarkan kamila terlalu dekat dengan laki-laki lain bahkan seorang bodyguard sekalipun.

Jadi kemudian ia menanyakan kepada sahabatnya Rachel yang memiliki koneksi luas mengenai keamananan intern , apakah ada bodyguard wanita yang benar-benar tangguh. Rachel bilang ada seorang temannya yang memenuhi kriteria namun temannya tidak ingin terlihat seperti seorang bodyguard. Ia akan bekerja dengan label asisten artis untuk kamila.

Adam menyetujui dan mengirim empat bodyguard pria untuk mengetes seberapa tangguh calon penjaga Kamila itu. Keempat bodyguardnya dibuat babak belur tanpa ampun. Tidak sia-sia ia selama ini secara diam-diam mengirim gaji yang besar ke rekening Heilen, Heilen gadis misterius itu menjaga kamila dengan baik.

"Uda , ingat 20 Januari ultah Kamila. Harus pakai kostum pangeran yang bagus dan bawa pasangan. Temanya " Disney Princess" Uda".Cetus Kamila menghentak ingatan Adam

"Ukhuk.... Apa iya mesti bawa pasangan, kau tau uda seorang Jomblo sejati, hahaha... "Jawab Adam menertawakan keterkejutannya

" Kenapa harus membawa pasangan begitu.... "Desis Arthur nyaris tak terdengar

" Atau biar uda berpasangan dengan kau nanti ,uda jadi pangeranmu"Lanjut Adam sekenanya dengan mimik yang kocak

"Wah pasti cocok sekali... " Ujar Irina menimpali

"Uuh... Kemarin Kamila sudah sepakat berpasangan dengan Salim Fu'ad rekan duet Kamila uda, biar uda Adam nanti berpasangan dengan Hellen saja dan abang Arthur berpasangan dengan Irina, begitu....? " Tukas Kamila dengan polosnya

"Hei what... Abang tidak mau ada pasangan , No ... No.... "Sungut Arthur kesal dan dingin

" Hihihihi.... Gandengan sama aku sekali aja bang demi ultah kamila" Ucap Irina kemayu sembari menertawakan wajah Arthur yang beku namun selalu membuat Irina terpesona dengan ketampanannya.

Hampir lima tahun mengikuti Kamila semenjak meniti awal karirnya sebagai penyanyi jadi dia sudah cukup banyak mendengar tentang Arthur yang alergi wanita bahkan ia percaya rumor kalau Arhtur seorang gay. Arthur hanya mendengus dingin menanggapi candaan Irina.

Sementara didalam hati Adam seperti ada semacam gejolak mendengar nama Salim Fuad namun tentu saja ia akan pandai menyembunyikannya seperti yang biasa dia lakukan.

"Oke, oke... Semua bisa diatur yang penting acaranya nanti berjalan lancar. Uda sudah perintahkan Manager Hotel untuk menghandel langsung pesta ultahmu" Balas Adam Sinaga. Iya benar, pesta ultah kamila nantinya akan diadakan di salah satu Ballroom Hotel bintang lima milik keluarga Sinaga.

"Terimakasih uda-ku sayang... Pokoknya uda terbaik deh.. " Ucap Kamila tulus dengan wajahnya yang polos seperti balita, kemudian ia bangkit dari sofa dan meraih tangan Adam Sinaga, menempelkan di keningnya. Begitulah selalu caranya berterima kasih kepada Adam Sinaga yang selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayang bak seorang kakak kandung kepadanya. Terlebih kakaknya Arthur selama ini jauh di Amerika. Hanya Adam yang selalu siap menampung keluh kesahnya.

"Hmmmm...... "

Adam hanya berdehem menahan senyum bahagia yang tak bisa ia lukiskan lagi. Wajahnya berseri-seri semakin meningkatkan derajat ketampanannya.

Malam beranjak larut. Setelah menghabiskan waktu hampir dua jam berbagi cerita mereka beranjak ke kamar masing - masing. Arthur mengantarkan Adam ke kamar yang sudah disiapkan bibik Farah untuknya.

"Gud nite brother"Ucap Adam untuk terakhir kalinya dan menutup pintu perlahan.

"Gud nite" Balas Arthur kemudian melangkah menuju kamarnya.

Sungguh sepanjang waktu sejak dari melihat video perkelahian Heilen hingga detik ini perasaannya susah payah ia kontrol. Ingin rasanya berbicara langsung dengan Heilen. Iya, aku harus menanyakan secara to the point apakah dia wanita yang sama dengan yang ditemuinya di gurun lembah panjshir Afganistan saat ia ditangkap kelompok bersenjata gelap.

Arthur membuka pintu kamar, melepas kemejanya begitu saja lalu menghempaskan tubuhnya dipembaringan. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana ia harus memulai pembicaraan dengan Heilen. Hal yang sangat mudah bagi orang lain namun adalah hal tersulit buatnya adalah berbicara dengan seorang wanita secara pribadi.

Di gurun adalah terakhir kali ia berbicara intens dengan seorang wanita, itupun dikarenakan keadaan yang sangat memaksa , mereka terjebak di sebuah gua dan dalam perjalanan menempuh badai salju selama berhari-hari.

Arthur bangkit lalu berjalan mondar-mandir. Mencoba menyusun kalimat-demi kalimat yang nanti akan dia utarakan untuk mengintrogasi Heilen. Intinya Arthur tidak mau terlihat gugup dan bodoh jadi dia harus benar-benar menguasai percakapan.

Pukul 23.00, Arthur masih tak bisa memejamkan netranya. Bayangan Heilen dengan masker dan topinya seolah-olah untuk menutupi identitasnya. 'Aku tidak akan menahan diri lagi untuk membuka penyamaranmu'. pekik Arthur dalam hati.

Pandangannya terbentur pada Aquarium disisi Kamar dengan jendela kaca, ada dua ikan Peppermint angelfish miliknya yang mungkin sedang tertidur dan bermimpi indah disana. Akhirnya ia menemukan sebuah cara yang dia pikir paling mudah untuk bisa berbicara lebih dekat dengan Heilen. Arthur meraih Smartphonenya.

'Kamila, Abang sibuk sekali mulai besok sampai beberapa hari kedepan. Tolong tugaskan lagi asistenmu Heilen untuk merawat dan memberi pakan si Jack n Jill. Aquariumnya juga sudah waktunya untuk dibersihkan'

Setelah berhasil mengirimkan pesan singkat itu ke nomor Kamila ia pun merasa tenang dan mulai menerima rasa kantuknya.

____________________&&&&&&______________

Pagi hari membawa Heilen untuk memulai aktivitas rutinnya. Ia mengawali hari dengan kalut mengingat rekaman dari mini kamera tersembunyi dikamarnya yang ia putar semalam. Ia dapati Arthur sedang menggeledah kamarnya dengan teliti. Membuatnya curiga akan apa sebenarnya pekerjaan Arthur.

'Kamila bilang abangnya adalah seorang pelukis. Tapi justru ia bertindak seperti seorang agen detektif internasional. Aku harus berhati-hati dan akan ku selediki secepatnya'. Heilen membatin sambil melakun beberapa gerakan olahraga ringan di teras samping yang tak jauh dari kamar yang diberikan untuknya.

Setelah selesai dengan gerakan ringannya iapun memeriksa gawai, untuk mengecek jadwal si Bos hari ini. Namun yang ia dapati justru sebuah perintah untuk mengunjungi lagi kamar Arthur, memberi pakan dan merawat ikan peliharaan Arthur yang diberi nama Jack n Jill.

"Hmmm.... " Desisnya. 'Akhirnya aku punya celah untuk bisa menyelidiki lebih dekat tentang pria mencurigakan ini'. Pekiknya dalam hati.

Heilen menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Memilih busana dengan gaya yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Celana jeans sedikit gombrong, baju kaos putih polos dan ditambah hoodie hitam yang begitu serasi menempel ditubuhnya. Terlihat random namun tetap cantik dan unik. Tak lupa masker dan topi kesayangannya, wajib ia kenakan untuk waktu setahun belakangan ini. Rambutnya yang dulu pirang sengaja ia warnai full hitam untuk menambah penyamarannya.

Heilen bergegas menuju lantai dua dimana kamar Arthur berada. Di tangga ia berpapasan dengan Adam yang sudah nampak rapi dan di apit oleh dua bodyguard . Ia melihat Heilen dan menghentikan langkahnya.

"Heilen, kalau kau bertemu Arthur dan Kamila nanti tolong sampaikan salamku, aku ada urusan penting pagi ini di perusahaan sehingga tidak bisa berpamitan pada mereka, soalnya mereka belum bangun pagi ini" Ucap Adam, jelas ia sedang terburu-buru

"Ok, nanti akan aku sampaikan" Balas Heilen singkat lalu melanjutkan lagi langkahnya.

"Tunggu" Pekik Arthur tiba-tiba membuat Heilen menoleh lagi padanya

"Terimakasih atas kinerjamu. Tim pengacaraku akan menyelesaikan kasusmu dengan baik. Mulai bulan ini gajimu akan kunaikkan. " Desis Adam penuh kewibawaan.

"Oh , Thankyou" Jawab Heilen singkat lalu meninggalkan Adam yang juga melangkah menuruni tangga.

Heilen hendak mengetuk pintu kamar Arthur namun ia melihat pintu itu justru sedikit terbuka. Heilen melongokkan wajah melalu celah pintu yang terbuka. Deg. Entah kenapa dengan hatinya yang selalu terpana dengan ketampanan pria satu ini.Ketampanannya begitu berpendar-pendar bak pangeran dari negeri dongeng.

Arthur sedang terlentang dengan badan diranjang sedangkan kakinya separuh menjuntai, ia masih mengenakan bathrobe berwarna hitam, sepertinya ia baru saja selesai mandi namun belum hendak berganti pakaian.

"Ekhemm... Permisi, apakah aku boleh masuk" Lantun Heilen sok mengakrabkan diri.

"Masuklah". Arthur menjawab singkat. Dia sudah tau siapa yang datang dan barusan pun ia mendengar langkah kaki . Ia hanya berakting tidak tahu. Arhtur belum merubah posisinya , tiba-tiba saja muncul kekacauan di dalam dirinya

Heilen melangkah menuju aquarium, berlagak mengabaikan Arthur yang masih terlentang di pembaringan. Ia membungkukkan badan memperhatikan dua ikan cantik yang sedang berenang indah di dalam aquarium.

Heilen hendak melambaikan jemarinya bermaksud menyapa terlebih dahulu kedua ikan cantik itu. Namun ia dapati tangannya sudah tergenggam sebuah tangan yang cukup kuat , menariknya. Karena terkejut Heilen dengan refleks melakukan gerakan balasan memutar tangan tersebut sepenuh energy, lalu berusaha melakukan gerakan mematahkan lengan yang masih terbalut bathrobe hitam itu.

"Heilen , hentikan. Kita harus bicara. " Arthur berseru sambil menahan kesakitannya akibat gerakan Heilen.

Seketika Heilen menghentikan gerakannya hendak melepaskan tangan mereka yang berpaut.

Namun Arthur tetap menggenggamkan jemarinya dengan kuat dan kembali menarik Heilen ke sisi tembok disebelah jendela kaca. Punggung Heilen terbentur tembok dibelakangnya sementara tubuh Arthur sudah terlalu dekat , bahkan wajah Heilen bisa merasakan sapuan nafas segar pria tampan dan tinggi dihadapannya.

Tangan mereka yang berpaut ditempelkan ke tembok tepat diatas kepala Heilen oleh Arthur. Seolah-olah Arthur sedang mabuk dan tak bisa mengontrol apa yang dilakukannya. Sedangkan Heilen hanya terpana dan terpana seolah menikmati apa yang terjadi meskipun ia tak mengerti. Ia bisa saja mendorong Arthur namun sisi hatinya yang lain melarangnya.

Untuk sesaat waktu seakan terhenti bagi Heilen. Menatap seseorang yang bisa membuatnya terpana dengan jarak hanya beberapa senti.

Slap. Slap

Begitu cepat tangan kiri Arthur menarik masker dan topi Heilen.Tampaklah seluruh wajah yang berkilau dengan kecantikan natural tiada tara. Kulit yang bening dan lembut, mata yang indah namun sayang tertutup kontak lensa jadi ia tak bisa melihat warna aslinya, hidung mancung dan bangir khas gadis cantik Eropa, Netra Arthur tak bisa menyembunyikan kilau kekaguman.

Hatinya yang tadi kacau kini ditambah lagi dengan otaknya yang blank. Sesungguhnya ia hanya ingin bertanya 'Apakah kamu gadis Navy Seal Athena 1609 yang pernah bertugas di Afganistan dan terjebak denganku di gurun? 'Namun tak ada yang bisa terucap sepatah katapun dari bibir Arthur.

Pun Heilen makin berdebar-debar dengan perlakuan Arthur itu, ditambah dengan melihat bagian dada bidang putih bersih dengan bulu-bulu halus yang mengintip dari balik bathrobe-nya. Namun Heilen memiliki kontrol yang terlatih di atas rata-rata. Ia tak mudah ditaklukkan suasana

"Katakan apa yang ingin kamu bicarakan, aku kesini untuk memberi pakan jack 'n jill, aku tak punya banyak waktu" Ucap Heilen sembari perasaannya tak karuan. Antara marah, penasaran dan kekaguman.

"Ok . sudah, sudah, Keluarlah. Biar aku yang melakukannya" Desis Arthur dengan suara beratnya yang seksi. Tiba-tiba ia malah mundur dari Heilen lalu mengusap usap wajahnya sendiri dengan gusar. Ia tak bisa menyembunyikan kekacauan di dalam dirinya dan membuat Heilen bingung.

"Apa kau tidak keberatan. Bukankah kau sedang sedang sibuk. Biar aku melakukannya, karena sebelumnya juga ini adalah tugasku. " Jawab Heilen mulai tenang

"Dan kalau kau ingin mengatakan sesuatu katakanlah tidak perlu ragu. Aku memang salah atas kejadian kemarin. Tapi posisi kami benar-benar terdesak dan harus membela diri. Aku minta maaf kalau aku merepotkan kalian" Lanjut Heilen merasa bersalah mengira sikap Arthur tadi karena marah atas keributan kemarin.

"Heilen, keluarlah. Aku ingin sendiri". Ucap Arthur lagi, sangat lirih dan membuat Heilen merasa aneh. Ia tak mengerti dengan ekspresi Arthur yang berubah-ubah cepat.

" Baiklah kalau begitu. "Ucap Heilen tetap dalam kebingungannya lalu beranjak meninggalkan kamar itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***