BAB 9

"Tapi, Ma?"

"Tapi apa? Mama cuma pengen ketemu doang, Nay ... masa nggak bisa."

Bencana tak selamanya harus gempa bumi, tak juga mesti tsunami. Bagi Kanaya, hal semacam ini lebih mengerikan dari segala bencana.

Ya, lagi dan lagi Widya menyinggung masalah calon menantu idamannya. Niat hati ingin membuat mamanya senang justru kini menjadi beban.

Bagaimana mungkin Kanaya bisa menghadirkan pria itu lagi. Sementara sejak hari itu Ibra benar-benar tak menghubunginya sama sekali. Jangankan untuk kembali menghubungi, mengingatnya saja Kanaya malu sendiri.

"Ib-ibra sibuk, banyak kerjaan di kantor."

Alasan paling basi yang selalu diberikan jika Widya meminta sesuatu. Sibuk, tidak bisa diganggu atau banyak pekerjaan lain.

"Besok minggu, kamu jangan banyak alasan ya," tutur mamanya sangat lembut namun terdengar menusuk, jemarinya menelusuri pelipis sang putri sembari menatap penuh tuntutan.

"T-tapi, Ma ...."

"Mama hanya ingin kamu memiliki suami seperti Ibra, nampaknya hanya dia yang bisa kembali membuat batin Mama pulih, Kanaya ... buatlah Mamamu ini senang, selama ini uang yang kau habiskan tak pernah Mama minta bukan?"

Deg.

Hatinya sesakit itu, Kanaya tahu jelas kemana arah pembicaraan sang mama. Sejak dahulu pembahasan tentang uang dan uang yang telah ia habiskan sejak kecil masih menjadi topik paling utama.

Kanaya hanya diam, permintaan mamanya kenapa terasa semakin berat. Lebih berat dari sebelum dia mengenal dan mengalami kejadian gila itu bersama Ibra.

Jika sebelumnya Kanaya hanya memikirkan bagaimana cara bisa menemukan sosok yang akan ia jadikan kekasih, kini semua tak semudah itu lagi.

Bukan hanya perihal rasa malu yang menyeruak dalam batinnya, akan tetapi bayaran untuk kembali menggunakan jasa Ibra juga harus ia perhitungnkan.

Tidak, Kanaya tidak sekaya itu untuk membayar pria semacam Ibra berkali-kali. Jika hanya sekali mungkin dia baik-baik saja, tapi tidak berlaku jika hal itu sudah berulang.

BRAK

Banting pintu, jika biasanya seorang anak yang kerap melakukan hal tercela itu pada seorang ibu, lain halnya dengan Kanaya. Wanita itu bukan anak kecil lagi, namun mendengar suara pintu yang dibanting sebegitu kuatnya, batinnya kembali terluka.

Ya Tuhan, kenapa pagi ini kembali terasa menyesakkan. Kanaya berjalan keluar dengan pakaian santainya.

Kebetulan memang hari ini dia tidak bekerja, tubuhnya benar-benar tak nyaman sama sekali. Entah karena terlalu memikirkan ucapan Lorenza dan dugaan Siska, atau memang ada masalah dalam tubuhnya.

Lari pagi, meski bukan sepagi itu tapi Kanaya tetap mengatakan hal ini sebagai lari pagi. Celana ketat dan baju yang pendek sebagaimana pakaian yang biasa dikenakan para wanita untuk olahraga pada umumnya.

Melewati ruang makan yang ternyata Gibran dan Khaira baru selesai sarapan. Tubuh seksinya jelas saja dapat dilihat nyata oleh Gibran, pria itu bahkan tak menyadari jika di sebelahnya ada sang istri.

"Ehem!! Harus banget ya lewat sini?"

Khaira bertanya tanpa menatap Kanaya, dia jijik melihat mantan kekasih suaminya ini. Bukan karena alasan itu saja, akan tetapi perasaan iri dalam batin Khaira yang tak terima dengan kelebihan yang membuat Kanaya lebih menonjol darinya.

"Ngomong sama aku?" tanya Kanaya menunjuk dirinya sendiri, karena perlu dipastikan siapa yang Kbaira maksud, pikirnya.

"Menurut kamu? Memang di sini masih ada wanita tidak beradab selain kamu? Cih, sengaja menggoda Gibran kah?"

Kanaya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Apa yang diucapkan Khaira adalah fitnah paling tak terpuji. Wanita itu menghela napas perlahan, dia harus sebisa mungkin tak terlihat santai meski batinnya terkoyak dengan ucapan Khaira.

"Khaira ... kamu menyedihkan," ucap Kanaya sarkas sembari menatap rendah Khaira, wanita itu sontak berdiri dan hendak menghampiri Kanaya di sana.

"Sayang, stop!! Jangan gegabah, ingat di rumah ini bukan hanya kita," bisik Gibran sembari menahan pergelangan tangan istrinya.

"Tapi kamu lihat sendiri, Mas ... dia sengaja begitu buat goda kamu!!" sentak Khaira menghempas tangan Gibran.

"Goda apa, Khaira? Pikiran kamu terlalu jauh, Sayang ... Mas juga nggak akan tertarik sama dia," jelas Gibran berusaha membuat istrinya tenang, padahal jujur saja Gibran berdesir melihat Kanaya yang semakin hari semakin cantik di matanya.

Munafik sekali, ucapan Gibran dapat Kanaya dengar dengan jelas. Terserah, meski sesungguhnya Kanaya merasa terhibur dengan pemandangan pagi ini, rasanya semakin mual jika terus berada di sini.

-

.

.

.

"Aku hubungi nggak ya?"

Sudah lima belas menit, dan Kanaya masih sama. Mondar mandir persis setrikaan di sana. Dia belum pulang karena tak berniat untuk pulang, sejak tadi memilih taman sebagai tempatnya berdiam diri.

"Tapi kalau pakai dia lagi ... arrrggh 10 juta dalam sekejap rugi sekali." Resah sekali rasanya, Kanaya bingung luar biasa, menatap kolom chat yang sejak tadi belum terkirim juga.

Dia melamun, bingung harus apa karena memang batinnya tengah terguncang banyak hal. Jika dia kembali bertemu Ibra, maka artinya dia harus benar-benar menyiapkan mentalnya.

Ingin rasanya dia berteriak kuat-kuat, mempertemukan Ibra bersama mamanya ternyata jadi bencana besar. Menyesal sekali dia melakukan hal konyol itu tiga minggu lalu.

"Mba awas mba!!"

"Aaaarrrgggghh apa-apaan sih, Mas? Kenapa harus lewat sini!!" sentak Kanaya tak mampu mengendalikan diri kala seorang pria membawa sampah di hadapannya, dia yang salah cari tempat duduk atau bagaimana, pikir Kanaya.

"Mba nya juga ngapain duduk dimari, noh tempat duduk ada." Sial, pria ini sama ketusnya ternyata, Kanaya tak bisa menyanggah dan terpaksa mengalah meski hatinya dongkol nauzubillah.

"Ya Tuhan, kenapa semua orang kumat dihari yang sama." Kanaya bermonolog, menatap heran pria dengan rompi oranye itu.

Ting

Ponselnya berdering, Kanaya dengan perasaan masih kesal lantaran pria tadi menatap layar ponselnya.

+62**** : Dimana?

"Haaaaaah?!!! Mati-mati!!! Apa yang aku lakukan?!" teriak Kanaya frustasi, mungkin orang-orang di sekitarnya akan mengira Kanaya kurang waras, wanita itu bahkan meloncat-loncat sembari menjambak rambutnya sendiri.

Pesan yang tadi ia ketik nyatanya terkirim, dan bodohnya di sana Kanaya justru mengutarakan niatnya untuk bertemu secepatnya.

"Aaaaaaarrrrrggggghh!!! Sialaaan!! Semua ini gara-gara kamu" jerit Kanaya memukul angin, menatap penuh dendam pria berompi oranye yang berada di depan sana, pria itu tampak tak berdosa dan melihat Kanaya dengan tatapan anehnnya.

Kanaya ketar-ketir, jantungnya berdebar tak karuan bersamaan dengan kepalanya terasa semakin sakit. Minumnya sudah habis dan aarrgghh rasanya ingin sekali kotak sampah didepannya dia banting.

Mau bagaimana jika sudah begini, Kanaya tak berani untuk menjawab pesan dari Ibra sekarang. Pria itu masih online namun tak kembali mengirimkan pesan tambahan, apa mungkin sebenarnya dia menunggu jawaban Kanaya?

"Lagian kenapa juga harus langsung dibaca, dia benar-benar tidak ada pekerjan siang hari sepertinya."

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

apa kanaya bukan anak kandung ya, kok mamanya perhitungan sama anaknya

2024-09-14

0

Halimah

Halimah

loh....itu kan kewajiban orang tua untuk menafkahi anaknya...knp hrs diungkit?? OMG

2024-07-03

1

SasSya

SasSya

Mama kog "ngundat2" sesuatu yang jadi kewajiban orang tua 😑

2024-05-22

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 Bukan Visual Cast
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 REKOMENDASI NOVEL BY (EMMARISMA & EL PUTRI)
127 BAB 125
128 BAB 126
129 BAB 127
130 BAB 128
131 BAB 129
132 BAB 130
133 REKOMENDASI NOVEL KEREN
134 BAB 131
135 BAB 132
136 BAB 133
137 BAB 134
138 BAB 135
139 BAB 136
140 BAB 137
141 BAB 138
142 BAB 139
143 BAB 140
144 BAB 141
145 BAB 142
146 BAB 143
147 BAB 144 - Tamat
148 BONUS CHAPTER
149 BONUS CHAPTER II
150 BONUS CHAPTER III
151 BONUS CHAPTER IV
152 GAIRAH CINTA SANG PRESDIR (KARYA BARU)
Episodes

Updated 152 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
Bukan Visual Cast
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
REKOMENDASI NOVEL BY (EMMARISMA & EL PUTRI)
127
BAB 125
128
BAB 126
129
BAB 127
130
BAB 128
131
BAB 129
132
BAB 130
133
REKOMENDASI NOVEL KEREN
134
BAB 131
135
BAB 132
136
BAB 133
137
BAB 134
138
BAB 135
139
BAB 136
140
BAB 137
141
BAB 138
142
BAB 139
143
BAB 140
144
BAB 141
145
BAB 142
146
BAB 143
147
BAB 144 - Tamat
148
BONUS CHAPTER
149
BONUS CHAPTER II
150
BONUS CHAPTER III
151
BONUS CHAPTER IV
152
GAIRAH CINTA SANG PRESDIR (KARYA BARU)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!