Is It Love? (Us Now'S Prequel)

Is It Love? (Us Now'S Prequel)

Tempat ini saksinya

“Hyeong, ppalli!(Kak{pengutara laki-laki kepada laki-laki}, cepat!)” teriak seorang anak laki-laki berjaket merah.

“Seung Hoon~a, jamkkanman!(Seung Hoon, tunggu sebentar!)” teriak anak laki-laki berjaket biru yang berlari mengejarnya.

“Ya, Lee Seung Woon!(Hei, Lee Seung Woon!)” bentak Seung Hoon yang di liputi rasa kesal sesudah menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang .

Aku tidak suka melakukan hal yang sentimental, sekalipun untuk dua Kakak perempuanku. Tetapi, pengecualian bagi seorang bernama 'Lee Seung Woon', yang tak lain adalah Kakak kembarku. Sosok yang selalu bisa menggerakkanku, walau itu adalah hal yang sangat kubenci. Seperti sekarang, dia berhasil buatku menuruni lagi jalan ini setibanya di puncak tanjakan…

“Pegang ini!” bentak Seung Hoon seraya mengulurkan tangan kanannya.

Dengan senyum manis, Seung Woon segera menyambut uluran tersebut dan kembali melangkah sambil bergandengan.

“Sudah,” ujar Seung Hoon sinis dan langsung menghempaskan tangannya setiba mereka di puncak.

Seung Woon yang tampak sangat terbiasa dengan sikap kasar itu hanya tersenyum penuh arti dan sedetik kemudian, dia berlari meninggalkan Seung Hoon yang sontak terkejut karenanya.

“Ya, Lee Seung Hoon, ppalli!(Hei, Lee Seung Hoon, cepat!) Hahahahahaha...” teriak Seung Woon sembari melambaikan tangan dan tertawa riang dari kejauhan.

“Ya!” teriak Seung Hoon yang lalu berlari mengejarnya.

Beberapa saat, keduanya tiba di Gedung Olahraga Pusat Kota Busan dan masuk setelah menyerahkan tiket pertandingan Taekwondo yang akan mereka saksikan siang itu.

“Kita beruntung dapat tempat duduk dengan zona nyaman. Di sini semuanya bisa terlihat jelas,” ucap Seung Woon riang dan duduk di salah satu kursi penonton.

“Hmm,” sahut Seung Hoon yang duduk di sampingnya dengan wajah datar.

Di antara keramaian itu, Seung Woon yang kini dalam posisi setengah berdiri pun mulai mencari sosok di tengah arena pertandingan, tanpa mempedulikan Seung Hoon yang masih duduk tenang dengan kedua tangan di saku jaketnya dan memandang datar ke arah yang sama.

“Aku rasa dia belum bertanding,” ujar Seung Woon yang masih memindai sekitarnya.

Dengan tatap dingin dari balik mata kecil yang sempat ikut memperhatikan setiap sudut arena, Seung Hoon tiba-tiba menarik kuat ujung jaket kembarannya yang seketika terduduk dengan sekali sentakan. Semua ia lakukan setelah beberapa saat memandangi sosok gadis berseragam Taekwondo yang baru saja memasuki tepi kanan arena bersama 6 pria berseragam olahraga.

“Waeyo?(Ada apa?)” tanya Seung Woon yang menatap heran padanya.

“Kau mencarinya?” ujar Seung Hoon sambil mengisyaratkan agar dia mengalihkan pandangan ke arah yang sama.

“Oh, Aeka? Itu Yoon Aeka!” seru Seung Woon ketika melihat jelas sosok gadis berkucir kuda tersebut.

Kening Seung Hoon berkerut tatkala gadis bernama 'Yoon Aeka' itu tanpa sengaja menatap tepat ke matanya. Hanya beberapa detik namun, tatapan datarnya mampu membuat dia terpaku tanpa sepengetahuan Seung Woon yang masih bertepuk senang di sisinya.

“Pertandingan babak pertama segera di mulai, Yoon Aeka akan melawan juara nasional 3 kali berturut-turut. Gadis super kebanggan Busan, Yang Han Ah.”

Suara komentator bergema hingga menyebabkan gemuruh sorakan dari seluruh penggemar Taekwondo. Tidak terkecuali, Seung Woon yang terlihat lebih bersemangat dan buat Sang Adik tersadar dari lamunannya.

“Aku akan berikan Bunga Anggrek Langka milik Ibu kalau Aeka menang!” teriak Seung Woon ketika pandangannya teralih sesaat pada Seung Hoon.

“Kau akan dibunuh masyarakat Busan jika mereka tahu kau mendukung wilayah Seoul,” sindir Seung Hoon datar.

“Eiii, masyarakat Busan tidak sejahat itu. Kita masih tinggal di negara yang sama,” cibir Seung Woon yang lalu tersenyum riang, “Yoon Aeka, semangat!” teriaknya.

Sementara, Seung Hoon mulai sibuk dengan sebuah buku kecil yang ia keluarkan dari saku jaket dan sesekali pandangannya tertuju ke arena. Seung Woon yang sudah kembali dalam dunianya juga terus bersorak seperti penonton lain saat jagoan dari masing-masing kubu melakukan pukulan.

“Andweee…(Tidaaak...)”

Lama, sampai tiba-tiba gemuruh kecewa penonton, termasuk Seung Woon yang kemudian terduduk lemas dan membuat pandangan Seung Hoon yang sempat fokus mencatat seketika teralih.

“Waeyo?(Kenapa?)” tanyanya datar.

Tetapi, Seung Woon yang masih larut pada masalah di arena memilih untuk mengabaikannya dan kembali berdiri sembari berteriak kesal bersama para pendukung wilayah Seoul.

“Kalian tidak bisa melakukannya! Dia bahkan belum melakukan persiapan, itu curang!” teriak Seung Woon meluapkan semua kekesalannya.

Diselimuti rasa penasaran yang besar, Seung Hoon pun memutuskan untuk ikut berdiri karena beberapa penonton menghalangi pandangannya. Tatapnya tertuju pada dua gadis yang berdiri di tengah arena. Gadis berambut pendek itu terlihat menatap tajam Aeka yang tampak sangat letih dengan darah mengalir di sisi bibirnya.

“Yoon Aeka, dia kalah di babak pertama?” tanya Seung Hoon pelan.

Dengan rasa kesal masih menyelimuti, akhirnya pandangan Seung Woon pun teralih pada Sang Adik yang sudah menatap dia lebih dulu.

“Han Ah curang, dia menyerang sebelum Aeka sempat bersiap,” omelnya yang lalu fokus ke arena lagi, “hei, bisakah pertandingan ini jadi lebih adil! Itu curang!” teriaknya lebih keras.

Kemarahan Seung Woon yang selalu bisa terlihat jelas olehnya, otomatis buat dia memilih untuk diam, sebelum kemudian memandangi lagi dua petarung yang masih bertatapan penuh rasa benci dan seakan siap saling membunuh detik itu juga.

“Break! Hasil keputusan juri mutlak, Han Ah memenangkan babak pertama.”

Suara komentator menggema bersama seru kecewa para pendukung wilayah Seoul yang berangsur terduduk lemas dan tidak terkecuali, Seung Woon. Sedangkan, pandangan Seung Hoon tetap terarah pada Aeka yang tengah berjalan lunglai ke sisi arena sesudah ia kembali duduk.

“Aeka pasti sedih dengan keputusan juri,” tegur Seung Woon pelan.

Teguran tanpa peringatan itu buatnya yang sempat terdiam dalam lamunan pun tersentak dan lalu menatap lekat sorot iba Seung Woon yang begitu mengagumi sosok Yoon Aeka tersebut.

“Bagaimana bisa tertinggal sampai 15 poin?”

Pertanyaannya terlempar usai melihat papan skor di atas tengah gedung pun buat Seung Woon menghela napas dan ikut mengalihkan pandangan ke arah yang sama.

“Harusnya tidak sejauh itu. Han Ah jelas melakukan kecurangan,” ujar Seung Woon yang diliputi rasa kecewa seraya bersandar lemas pada kursinya.

“Apa kau sangat menyukainya?” tanya Seung Hoon datar sesudah mengalihkan pandangan padanya, “kau akan berakhir jadi pengkhianat dan tidak menyukainya lagi jika dia kalah. Apa kita harus duduk di kubu Yang Han Ah mulai sekarang?” tambahnya polos.

Sindiran itu membuat Seung Woon seketika melirik sinis, kemudian merampas buku catatan kecil Seung Hoon dan memukul keras puncak kepalanya.

“Akh!” pekik Seung Hoon seraya mengusap-usap kepalanya, “ya!” teriaknya setelah membalas tatapan Seung Woon yang lebih tajam.

“Aku hanya kecewa pada juri dan tidak pernah sekalipun ingin berkhianat pada Aeka,” omel Seung Woon sambil melototkan mata sipitnya dan lalu mengalihkan pandangan pada Aeka yang duduk di tepi arena.

Walaupun Seung Woon memiliki sorot yang lebih 'kejam' dari Seung Hoon. Namun, tatapan lembut itu terpancar jelas dari kedua matanya ketika memandang Aeka yang kini sedang menerima arahan dari Sang Pelatih.

“Sejak awal, aku sudah sangat menyukainya. Walau hanya bisa menyaksikan dari kursi penonton, aku tetap merasa bahagia,” ucap Seung Woon tulus.

“Dia bukan tipemu,” sindir Seung Hoon dengan wajah datarnya.

PLAK!

“Aargh!”

Tanpa peringatan kali ini, buku kecil yang masih di pegang Seung Woon pun kembali terhempas lebih keras dari sebelumnya dan buat dia sontak memekik sambil mengusap-usap dahinya yang memerah.

Dan karena merasa sudah di siksa tanpa ampun oleh Sang Kakak, Seung Hoon yang merasa sangat kesal pun ingin membalas dan segera melayangkan pukulan. Tapi, tanpa perlu mengalihkan pandangan dari sosok Aeka, Seung Woon yang lebih sigap langsung menangkap pergelangan tangannya.

“Jangan coba-coba memukulku kalau kau belum bisa berenang dengan baik. Apa kau ingin kulempar ke Laut Haeundae sekarang juga?” ancam Seung Woon setelah menatap tajam Adiknya.

“Y, ya!” teriak Seung Hoon yang sempat merasa takut karena tindakannya.

“Kau takut?” tanya Seung Woon sembari menahan senyum geli, “hahahaha…” tawanya pecah bersamaan dengan genggaman yang melemah dan buat Seung Hoon langsung menghempaskan tangannya.

“Babak kedua akan kita mulai, para penonton dimohon tenang dan kepada kedua petarung dipersilahkan kembali memasuki arena.”

Tawa Seung Woon seketika mereda saat terdengar gema komentator dan kali ini, Seung Hoon pun ikut menyaksikan jalannya pertandingan.

“Seung Woon?” tegur Seung Hoon tanpa mengalihkan pandangan dari tengah arena.

“Hmm?” sahut Seung Woon yang juga tidak mengalihkan pandangan.

“Kita taruhan, siapa yang bisa mendapatkan Aeka harus mentraktir daging sapi korea. Taruhannya dengan tabungan kita. Jadi, jangan sampai ketahuan Ayah, Ibu juga Kak Saran dan Kak Soul,” ujar Seung Hoon sambil menyaksikan pertandingan yang telah di mulai.

Seung Woon yang bingung, akhirnya terpaksa mengalihkan pandangan pada Adiknya.

“Taruhan? Maksudmu jadi pacar?” tanya Seung Woon dengan kening berkerut.

Senyum sinis mengembang di wajah Seung Hoon usai mendengar pertanyaan Sang Kakak, sebelum kemudian membalas tatapnya penuh arti dan mengangguk dengan sangat bersemangat.

“Siapapun yang bisa menjadi pacarnya harus mentraktir daging sapi korea,” ujarnya.

“Jadi, maksudmu kita berdua harus mendekatinya?” tanya Seung Woon lagi.

“Binggo!" seru Seung Hoon, “tapi, taruhannya akan lebih seru kalau...”

“Kalau apa?” tanya Seung Woon yang kembali mengerutkan keningnya.

“Taruhannya akan lebih seru kalau dia tidak tahu tentang kita. Dengan kata lain, kita adakan undian untuk menentukan siapa yang lebih dulu menemuinya. Dan karena aku ingin permainan ini juga adil untukmu yang sangat menyukainya jadi, kita gunakan saja namamu. Bagaimana?” jelas Seung Hoon dengan wajah semringah yang belum sekalipun ia tunjukkan selama mereka bersama hari itu.

“Aku pikir bukan ide buruk, setidaknya itu akan membantuku agar bisa dekat dengannya,” ujar Seung Woon setelah terdiam sejenak untuk mencerna semua penjelasan Sang Adik yang kini mengangguk-angguk pelan bersama perasaan senang menyelimuti, “tapi, bagaimana kita memutuskan pemenangnya jika yang menemui dia hanya 'Lee Seung Woon'?” tanyanya yang lagi-lagi diliputi kebingungan dan buat Seung Hoon menjentikkan jarinya penuh semangat.

“Gunakan karakter masing-masing dan cukup jadi dirimu sendiri.”

“Apa…dia tidak curiga?” tanya Seung Woon yang sekarang merasa ragu.

“Kau cerdas, Lee Seung Woon. Aku yakin, tidak terlalu sulit menangani gadis sepertinya,” ujar Seung Hoon berusaha meyakinkan.

Seung Woon yang masih ragu pun kembali terdiam beberapa saat sampai Seung Hoon menepuk bahunya dan buat dia menatap lekat sosok yang tersenyum renyah padanya.

“Eiii, aku yakin dia akan memilihmu jadi, untuk apa kau khawatirkan hal yang sudah pasti. Kita hanya ingin membuat ini jadi lebih seru sebelum masing-masing mendapatkan hadiah besar,” bujuk Seung Hoon seraya merangkulnya.

Seung Woon terdiam untuk kesekian kalinya selama beberapa detik, sebelum akhirnya dia tersenyum sipu ketika kembali memandangi Aeka yang masih bertanding di tengah arena. Dia lalu mengangguk pelan dan melakukan hi five bersama Seung Hoon.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!