Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Dewi
Di sudut ruangan gelap, seorang wanita menggerus puntung rokoknya yang masih panjang. Menandakan jika wanita itu tengah gusar.
Ia menatap nyalang hamparan lampu kemerlip milik penduduk perkotaan yang malam ini pasti tengah asik berteduh bersama keluarganya, dari atas balkon rumahnya.
Tak seperti dirinya yang sepi dan berteman sunyi. Pemandangan itu membuat kalbunya semakin nyeri.
" Apa anda ingin makan sesuatu malam ini?" Tanya pria yang telah menjadi pelayanan sekaligus bodyguard pribadinya wanita itu secara tersembunyi.
Dewi menuang kembali alkohol kedalam cawannya. Entah apa yang tengah dipikirkan wanita itu. Membuat pria itu menatap Dewi dengan tekun.
" Aku belum lapar. Kau makanlah dulu!" Ucapnya datar kepada Anom. Anak buahnya yang memiliki usia sama dengannya. Menjadi antek Dewi sebab wanita itu menolongnya saat terluka parah.
Anom menunduk hormat dan pergi meninggalkan Dewi. Ia tahu jika bos-nya itu sedang tidak mau di ganggu.
" Keluarga Aryasatya!" Gumamnya sembari meminum wine untuk kesekian kalinya.
.
.
Galuh
Telah hampir seminggu Galuh menjalankan titah dari Bu Bening. Dan besar kemungkinannya, besok adalah hari terakhir ia membersamai Citra untuk belajar dirumah.
" Bu Guru jangan pulang dulu.. Citra gak punya teman!" Bocah itu berucap dengan wajah murung saat ia sudah akan pamit untuk kembali kerumahnya siang itu.
Mbak Las dan Mbak Nining terlihat bingung demi melihat Citra yang memelas dan meminta Galuh untuk tidak pulang dulu.
" Maaf Bu Guru, jika Bu Guru tidak keberatan dan tidak ada acara, saya mohon untuk temani Non Citra dulu sampai dia tidur siang. Saya mohon!" Mbak Nining membisikkan kata-kata itu dengan wajah penuh harap.
Mereka tak tega kepada Citra.
Wanita paruh baya itu sudah membantu mengurus Citra sejak masih bayi. Tentu ia tak tahan jika melihat Citra yang bersedih. Ia tahu, jika Guru cantik itu telah berhasil membuat hari-hari Citra penuh warna belakangan ini.
Galuh terlihat menimbang permintaan pengasuh Citra itu. Baiklah, toh hanya sampai jam tidur siang saja kan? Dan itu akan sebentar lagi pikirnya.
Lagipula, selama hampir seminggu ini, ia merasa bak di dalam neraka demi melihat sikap Adipati yang berubah-ubah kepadanya. Singkat kata, ia juga malas pulang.
Semenjak kejadian tempo hari, pria itu jarang mengajaknya berbicara. Untung saja mertuanya menunda waktu kedatangannya. Membuatnya sedikit bernapas lega lantaran tak perlu bersandiwara saat hatinya tengah dilanda keterpurukan.
" Baiklah!" Galuh menyetujui dan seketika membuat Citra berjingkrak kegirangan.
.
.
Raka
Ia baru saja pulang dari kantornya siang itu. Sengaja pulang lebih awal sebab telah membuat janji dengan Dewi. Langkahnya yang hendak menuju dapur tiba-tiba terhenti demi mendengar dua orang pembantunya yang saling mengobrol.
" Saya sebenarnya senang Ning ngelihat Bu Galuh disini. Kamu tahu enggak sih, Non Citra akhir-akhir ini jadi kelihatan sumringah terus!" Tukas Mbak Las sambil terlihat menyiangi sayuran di dapur itu.
" Andai Pak Raka punya istri lagi kaya Bu Galuh ya?"
" Sama mbak, barusan saya juga lihat pas nyapu diatas, non Citra ketawa lepas banget pas sama Bu Galuh. Kita udah lama banget enggak lihat Non Citra ketawa begitu ya?
" Kasihan Ning, non Citra itu sebenarnya hanya perlu kasih sayang!"
" Ehem!!!" Raka berdehem dan membuat dua penggunjing itu seketika menutup mulutnya.
" Eh Pak Raka, sudah pulang?" Mbak Las seketika tergagap demi melihat sosok tinggi tegap yang kini menatapnya datar.
Mudah- mudahan mereka tidak dalam masalah setelah ini.
" Citra udah makan Mbak? Lagi apa dia sekarang?" Tanya pria itu datar.
Dua wanita itu kini saling menatap. Apakah Raka akan marah jika mereka mengatakan sesuatu yang bisa dikatakan lancang?
.
.
Raka rupanya tak marah maupun terkejut dengan ucapan dua maid yang bekerja di rumahnya itu.
" Anu pak, non Citra tadi tidak mau di tinggal Bu Galuh. Jadi..."
Entah mengapa hati Raka menghangat demi melihat wajah teduh anaknya yang kini tidur dan di peluk oleh Galuh yang juga terlelap siang itu.
Seulas senyum bahkan terbit dari bibirnya saat dua matanya menatap wajah Galuh yang terlihat cantik saat memejamkan matanya.
Sejurus kemudian Raka menggelengkan kepalanya agar pikiranya itu buyar. Sialan! Kenapa bisa senyum begitu saat melihat guru itu tidur. Damned!
Kini, Mbak Las dan Mbak Nining saling senggol saat melihat reaksi Raka yang tak mereka sangka.
" Biarkan saja, kalau Citra nanti bangun, bilang saya ada acara sebentar. Nanti Kalyna mau kemari sekitar jam dua!" Ucap Raka yang kemudian berlalu.
Meninggalkan Citra bersama gurunya dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.
.
.
The private Resto
" Aku seneng banget kamu mau makan siang sama aku!" Dewi tersenyum menatap Raka yang kini juga tersenyum penuh ketulusan.
" It's OK. Hari ini kebetulan aku enggak ada rapat penting atau pertemuan penting!" Sahut Raka.
" Citra gimana? Dengan guru yang ini sudah ada kemajuan belum?"
Mendengar Dewi menanyakan Citra, entah mengapa ia terbayang dengan wajah teduh Galuh yang turut ketiduran di samping anaknya tadi.
Wajah itu tak mau hilang dari ingatannya.
" Ya.. lumayan. Lusa mungkin Citra udah back to school!"
Dewi menatap Raka dengan tatapan penuh arti saat pria itu tengah sibuk memotong beef steak yang dimasak well done.
" Baguslah. Karena interaksi sosial anak-anak itu juga penting. Dunia mereka itu bermain, enggak dirumah seperti itu. Sory ka, tapi menurut aku Citra emang lebih baik sekolah normal kayak lainnya. Ya..even dia memang perlu bimbingan khusus!"
Raka mengangguk setuju. Dewi benar. Sosialisasi anak-nya akan menjadi terhambat jika terus-menerus belajar dirumah seperti itu.
" Makasih ya Wi. Kamu...lebih dari ekspektasiku!" Raka memegang punggung tangan Dewi. Membuat wanita itu kini menatap Raka dengan tersenyum.
Senyuman yang hanya bisa diartikan oleh dirinya sendiri.
.
.
Andhira
" Kok enggak dimakan?" Tanya Dhira dengan wajah putus asa kepada cucunya malam itu.
Ia tengah bersama Kalyna menginap di rumah Raka malam itu lantaran Abimanyu tengah ada acara bersama member trio Konglo yang lain.
Benar-benar definisi orang tua banyak gaya.
" Mah, ni anak kayaknya kesel deh sama mas Raka. Tadi kata mbak Las, Kakak itu mau pergi sebentar tapi enggak tahu sama siapa, taunya malah sampai malem!"
" Si Citra denger tadi pas Mbak Las bilang ke aku!" Bisik Kalyna kepada Andhira yang masih gencar membujuk cucunya itu.
" Disuapin onty ya? Sambil main game mau enggak?" Kalyna mencoba berdiplomasi dengan keponakannya itu.
Mereka berdua masih berusaha keras membujuk Citra agar mau makan.
" Ayah jahat! Pergi-pergi terus!" Sungut Citra dengan wajah sebal.
Kini Dhira dan Kalyna sama-sama saling menatap. Tuh kan bener dugaan mereka.
" Sayang...Ayah kan lagi kerja. Kan udah ada Oma sama onty disini!" Dhira menatap muram wajah cucunya. Harus bagiamana lagi ini.
Dhira sedikit kesal. Sebenarnya ada acara apa sih anaknya itu? Apalagi Sulastri tadi bilang kalau anaknya itu sempat pulang saat jelang siang hari.
" Wah!!! Lagi pada makan ya?" Suara Raka membuat dirinya menoleh ke arah depan. Dan ia sedikit terperanjat saat mendapati Raka yang datang bersama seorang wanita cantik yang belum pernah ia temui.
Siapa dia?
" Selamat malam Tante!" Sapa wanita itu kepadanya.
Dengan canggung sambil memindai tampilan wanita itu, Dhira tersenyum dengan wajah terkejut yang tak bisa ia sembunyikan.
" Mah, kenalin ini Dewi temen Raka. Wi ini mamaku, kalau itu adikku!" Raka memperkenalkan dua wanita hebat itu.
" Saya Andhira!" Ucap Dhira saat menjabat tangan Dewi.
" Salam kenal Tante, saat Dewi!"
" Kalyna!" Ucap Kalyna saat tiba gilirannya berkenalan.
" Salam kenal ya!" Balas Dewi tersenyum.
" Eh Citra, ini..Tante beliin mainan buat kamu. Coba deh..!"
BRUAAK!!!
Citra langsung menampar kotak mainan mahal yang sengaja dibeli oleh Dewi untuk bocah itu, dan membuat satu set boneka Barbie itu tercampakkan ke lantai dengan hina.
Membuat kesemua yang disana Benar-benar terkaget.
" Ayah jahat!" Citra berlari sembari menangis. Jelas bocah itu marah. Ia merasa ayahnya lebih mementingkan orang lain dan tak mempedulikannya.
" Citra!" Teriak Raka sembari mengejar anaknya.
" Citra dengerin Ayah dulu nak!" Suara Raka terdengar semakin menjauh seiring dengan langkahnya yang juga semakin jauh.
Dewi seketika menelan ludahnya. Astaga, apa ia telah melakukan sebuah kesalahan?
" Duh maaf ya mbak!" Kalyna mengambil sekotak mainan yang terlempar ke lantai itu dan merasa tak enak hati kepada Dewi.
" Maafkan Citra ya nak Dewi! Tolong maafkan!" Ucap Dhira tak enak hati.
Dewi tersenyum kaku sembari terlihat menarik napasnya. Benar-benar tak menyangka jika dia masih mendapatkan sambutan seperti itu.
Shiit!!!
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Cha Zharaa
kok jd kpikiran itu calist ya
2023-09-21
1
Nazka Aditya
hhhmmmm musuh lama telah beranak pinak......dewi ini pasti anak selingkuhanya papanya Raka.....siapa namanya ya.....🤭...lupaaaa
2023-01-10
0
Ardian Sofy
Dewi pasti anaknya gwen ,pingin blz dendam sama keluarga abi
dewi alias calita
2022-10-27
0