Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Resti
Ia merupakan sahabat Galuh sejak lama. Namun sayang seribu sayang, hingga kini ia masih Single. Ia seorang desainer baju yang lumayan terkenal di Kota J. Latar belakang orang tua yang berada, jelas membuat jalan hidupnya lumayan mulus. Meski tidak kesemuanya. Cerita cintanya salah satunya.
Kerap di selingkuhi bahkan dikira perawan tua membuat wanita manis dengan rambut bergelombang itu memilih untuk break sejenak dari urusan percintaan.
" Hah? yang bener aja Luh?" Ia terperanjat sekaligus mendesah tak percaya saat Galuh mengatakan jika ia jarang sekali berhubungan intim dengan suaminya.
" Psssst!" Galuh seketika membekap mulut sahabatnya itu kala bibir nyil-nyilan itu menjadi sumber perhatian di cafe itu.
Sialan betul si Resti!
" Duh, jangan keras-keras dong!" Galuh menggerutu. Ia benar-benar malu kala menjadi atensi banyak orang di sana.
" Gak bener elu itu. Jadi kalian nikah cuma ngapain? Balada tidur seatap gitu?" Resti menggelengkan kepalanya tak percaya. Kini wanita itu menurunkan oktaf nada bicaranya.
Galuh menunduk muram. Apa yang ia rasakan benar-benar membuat suasana hatinya tak karuan. Hidupnya tak terarah.
" Kenapa enggak bilang ke ibumu aja sih? Atau ibunya Adi!" Resti mendengus, ia kasihan kepada Galuh.
Wajah muram dari Galuh kini tersuguh" Kamu tahu sendiri, Ayahku sakit-sakitan. Gimana jadinya kalau aku ngomong ke mereka? Sementara orang tua Adi, mereka baik banget ke aku. Mereka juga taunya aku sama dia baik-baik aja" Galuh mengembuskan napas pasrah.
Benar-benar pelik.
" Aku pikir meski kita di jodohkan, kita bisa saling nerima satu sama lain Res. Seiring berjalannya waktu. Tapi... hidup enggak seperti kisah dalam novel yang sering gue baca!" Wajah muram itu semakin keruh. Galuh benar-benar di titik rendah dalam hidupnya.
" Terus rencana elu apa?" Alis Resti berengut. Menurutnya, Galuh itu tipe orang yang mudah enggak enakan sama orang lain.
Galuh menggeleng, " Mas Adi baik, dia enggak sekalipun gak ngasih gue jatah duit Res. Tapi you know lah wanita enggak melulu soal duit sama materi Res. Ada hati dan perasaan yang juga berperan disana..." Galuh menatap nanar kendaraan yang hilir mudik dijalan raya dari tempatnya duduk. Merasa hidupnya benar-benar abu-abu.
Resti menatap muram sahabatnya itu. Ia sama sekali tak memiliki pengalaman soal biduk pernikahan, membuatnya tak bisa memberikan solusi yang relevan. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah, menjadi best backrest.
Karena terkadang, bercerita tidak membuat kita selalu menemukan solusi. Tapi, dengan bercerita, hati kita pasti terasa lega.
.
.
Raka
"Hmmmmm" Ia mengangsurkan sebuah kotak berisi batang sigaret kelas Numero Uno kepada Jodhi. Ya, sepupunya itu menginap di rumahnya semalam. Berusaha menghindari investigasi dari mamanya yang menatapnya tajam bagai serigala betina.
Jodhi menggeleng, tak berminat sama sekali untuk mengepulkan asap pagi ini.
" Apa rencanamu?" Tanya Jodhi yang memilih menyesap kopi susu buatan Mbak Nining dari pada menelan nikotin.
" Gurunya Citra yang ngajar kesini!" Sahut Raka dengan suara bergumam sebab di dalam mulutnya berisikan batang rokok yang masih ia pantik dengan korek.
" Emang bisa begitu?" Tanya Jodhi heran sembari meletakkan cangkirnya.
Raka menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya sejurus kemudian. Membuat jumantara di ruangan itu seketika pekat karena kepulan asap putih yang membumbung.
" Sekolah mahal begitu katanya. Gak tua juga, Mama yang ngatur!" Raka kini tak mau ambil pusing. Lebih baik memikirkan Citra terlebih dahulu. Meski ia masih menyimpan sejumput rasa kesal kepada gurunya Citra kemarin.
" What's wrong ( ada masalah apa)?" Tanya Raka kepada adiknya yang terlihat berwajah keruh itu. Mengganti topik pembicaraan.
" Nothing ( tidak ada)!" Sahut Jodhi yang langsung berubah kusut kembali.
" Don't lie ( Jangan bohong)!" Ia bukan hanya setahun dua tahun tumbuh bersama Jodhi. Ia tahu jika sepupunya itu tengah dirundung kegalauan.
Jodhi mengembuskan napasnya pasrah. Apakah wajah susahnya terlalu kentara? Atau dia yang tak becus untuk bersikap kuat di depan kakaknya itu.
" Aku bertemu Lintang!" Ucapnya menerawang.
" What??" Raka benar-benar terkejut.
Jodhi menggeleng seraya tersenyum kecut. Merasa seperti pecundang. Ia tahu, jika ia mengatakan hal ini jelas Raka akan marah kepadanya.
Tapi dia benar-benar sedang butuh teman untuk bercerita.
Bagiamanapun juga, antara dirinya, Lintang dan juga Raka merupakan teman baik. Sebelum Jodhi pernah salah paham kepada Raka karena Lintang lebih memilih Raka saat sekolah.
Benar-benar bad boys pada masanya.
Raka menatap raut wajah Jodhi dan berusaha membaca makna yang tersirat. Jelas adiknya itu tengah mengalami sesuatu.
" Tolong jangan katakan kepada siapapun setelah kau mendengar hal ini. Kau bisa berjanji?"
Raka menatap lekat mata Jodhi yang penuh misteri. Mereka berdua sama-sama tertegun selama beberapa detik. Sungguh, setelah sekian lama Raka baru melihat mata Jodhi yang mengiba. Sorot mata yang ia pernah jumpai saat pertama kali ia bertemu dengan Jodhi bertahun-tahun silam.
.
.
Jodhi
Ia sama sekali tak mengira jika Raka tak marah kepadanya kala ia mengutarakan segala keresahan hatinya. Bahkan tentang kecemburuannya kepada Raka
Benar-benar diluar dugaannya.
" Dia pasti memiliki alasan kenapa dia pergi!"
" Dan untuk hal itu, she's not my type. Don't be affraid!" Sahut Raka sambil menepuk pundak kokoh Jodhi.
Jodhi masih tertegun, womanizer kelas kakap ini rupanya bisa galau juga ya. Ia tak pernah melibatkan perasaannya saat bercinta dengan para mahluk betina yang ia bayar.
" Waktu itu aku sangat marah saat melihat dia bekerja di tempat seperti itu!" Jodhi tersenyum kecut. Mengingat betapa Lintang yang tak menyukai badboys.
" So, dia enggak tahu kalau itu kamu?" Raka menatap Jodhi tak percaya.
Jodhi mengangguk. Ia juga menyesal mengapa ia bersikap arogan kemarin. Bisa aja wanita itu kini takut kepadanya.
" Oh man!!" Raka turut membasuh wajahnya dengan kasar. Adiknya itu benar-benar tak berubah. Perusuh dan selalu arogan.
" Aku bisa gila jika begini terus!" Jodhi memijat keningnya yang terasa pusing.
" Tapi, kemana saja dia selama ini Jo? Teman-teman satu angkatan kita dulu juga bahkan tak ada yang memiliki medsos maupun contactnya!" Raka bahkan kini turut mumet.
Dua pria itu kini terlihat memijat keningnya bersamaan.
" Paman!" Calista yang kini berjalan bersama Mbak Nining tersenyum menyapa dirinya. Membuat adegan mellow itu buru-buru mereka pungkasi.
" Wah anak Paman udah wangi...sini!" Jodhi tersenyum menyambut kedatangan Citra yang baru saja mandi bersama pengasuhnya.
Citra harum dan menggemaskan.
" Paman katanya onty Gita Paman kemaren pergi ya? Jangan pergi-pergi terus. Onty ( aunty/ Tante) Gita kasihan!" Citra yang kini duduk di pangkuan Jodhi merasa perlu memberikan peringatan kepada pamannya yang nakal itu.
" Ohhh, jadi udah gak bolo ( berteman) lagi nih sama Paman?" Tanya Jodhi terkekeh sembari menoel pipi harum nan bersih milik Citra. Membuat Raka tersenyum demi melihat interaksi keduanya.
" Onty Gita kemaren enggak jadi nyanyi sama main gitar karena katanya lupa chord-nya Paman mau ngajarin tapi malah ilang..!" Ucap Citra dengan gaya lucunya yang menggemaskan. Melayangkan protes.
Jodhi tersenyum. Hatinya merasa bersalah dan mendadak teringat kepada dua adik kesayangannya itu. Memikirkan Lintang benar-benar membuat dirinya melupakan segalanya.
" Ayah? Kata Oma, Citra enggak boleh masuk sekolah dulu ya? Tapi Citra pingin sekolah!" Bocah dengan dua netra jernih itu kini menatap muram kepada ayahnya.
Wajah Citra langsung berubah murung demi menyadari jika dirinya pasti akan bosan selama beberapa hari kedepan.
" Kata siap..."
TING TONG
Jodhi, Raka dan Citra seketika Mengehentikan obrolan mereka saat dentang bel terdengar dan menginterupsi.
" Sebentar!" Sahut Mbak Las yang Sedikit tergopoh-gopoh dan berniat membukakan pintu. Takut jika itu orang tua Raka.
Praktis, kini kegiatan tiga insan itu terjeda untuk sementara waktu. Menunggu siapakah sosok yang datang di jam menjelang siang itu.
" Selamat Pa..." Mata wanita yang baru saja akan menyapa mereka terlihat membulat dan mulutnya sedikit ternganga demi melihat wajah Raka yang datar.
" Bu Guru?"
.
.
.
.
.
To be continued..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
dementor
calista atau citra ya? anaknya raka.. kok sering typo ma.. fokus... 💪💪💪
2023-05-20
0
dementor
mInta uang saja.. oh maaf minta cerai saja daripada saling menyakiti.. 🙏🙏🙏
2023-05-20
0
N Wage
citra ya.
wah apa kabar calista ya?
semoga hidupnya dan mamanya baik2 saja...terlepas dr kesalahan ibunya,aku kasihan dg nasib calista.
begitu jg dg renata dan anaknya,walaupun itu hasil yg dia tuai dr perbuatan buruknya.
2022-09-11
1