Bab 11. Arti kehadiran keluarga

Bab 11. Arti kehadiran keluarga

.

.

.

...🌺🌺🌺...

Galuh

Ia terbangun saat matahari sudah melorot dan nyaris tenggelam di ufuk barat. Sekujur tubuhnya malah terasa semakin sakit lantaran masih memejamkan mata saat waktu sudah memasuki samar wulu ( petang).

Ia memindai sekeliling kamarnya. Tas Adipati belum ada. Itu berarti pria itu memang belum kembali dari kantor. Ia lantas beranjak meski kepalanya masih nyut-nyutan. Menujukamar mandi.

Ponselnya seharian ini juga sepi. Pria itu tak pernah sekalipun mengechat dirinya atau berkirim kabar apapun selama mereka menjalani rutinitas yang berbeda seharian.

Tubuh dengan kulit bersih itu terlihat teraliri air dingin hingga tumit. Galuh sengaja mengguyur tubuhnya agar rasa gerah di otaknya menghilang. Pun dengan kepenatan yang seolah tiada pernah sirna dalam rumah tangganya.

Ia tak berani berlama-lama mandi di jam surup seperti itu. Kata orang pamali. Ia buru-buru mengenakan pakaian ganti usai bebatan handuk dari tubuhnya telah ia lepas.

Suara mobil Adipati terdengar bersamaan dengan dirinya yang tengah menyeduh kopi susu produksi pabrik Delta Manufaktur.

Rasanya ia benar-benar lelah. Secangkir kopi mungkin bisa menjadi alternatif.

" Baru pulang mas?" Sahutnya saat Adipati baru menyembul dari balik pintu rumahnya.

" Hemmmm!" Gumam pria itu tersenyum kaku dan langsung menuju ke kamarnya. Hah, begitulah mereka.

Itu bukan suatu keanehan. Keseharian mereka memang begitu. Semua serba tidak pasti. Cenderung suram.

Pernah suatu ketika Galuh memasak banyak untuk menunggu suaminya pulang. Namun yang ia dapat justru kekecewaan. Makanan itu berkahir ke tempat sampah karena basi.

Suaminya kerap lembur dan tak pernah memberitahukan hal itu kepadanya. Parahnya, hal itu telah terjadi di enam bulan belakangan ini. Bahkan, selama masa pernikahannya itu, ia dan Adipati sanga jarang melakukan hubungan suami istri.

" Gimana hari ini?" Pesan dari Resti yang membuatnya mengalihkan atensi. Membalas pesan dari sahabatnya rupanya menjadi kegiatan yang menjeda kopinya.

" Very bad!" Balas Galuh kepada Resti. Salah satu sahabatnya yang hingga kini masih menjalin tali silaturahmi dengannya. Wanita yang berprofesi sebagai desainer itu sangat dekat dengan Galuh.

" Be patient, have you luck tomorrow!"

Ia tersenyum saat mendapat semangat dari sahabatnya. Dengan posisi masih berada di atas meja makan seorang diri ia mirip orang gila yang tersenyum kecut seorang diri.

" Kamu baru mandi, tumben?" Mas Adi terlihat turun dan duduk di sampingnya. Menarik teko kaca lalu menuangkannya ke dalam segelas air. As ussualy.

Membuatnya terperanjat.

" Hmm aku ketiduran!" Sahutnya biasa. Melirik suaminya yang kini tengah meneguk segelas air. Mas Adi masih mengenakan celana kantornya dengan atasan sebuah kaos polos warna abu-abu.

" Bahkan dia tidak menanyakan bagiamana sekolahku hari ini."

Penggambaran kehidupan rumah tangga mereka cukup nyeleneh. Mereka tidak hangat namun juga tidak dingin, semua terasa hambar dan abu-abu. Cenderung tak jelas.

" Minggu depan Ibu datang. Jadi kamu kalau bisa jangan kerja dulu!" Tutur Adipati sambil mencomot dimsum buatan Yu Sul. Wanita yang jika pagi membersihkan rumah Galuh.

" Apa?" Tentu saja ia menatap wajah suaminya heran.

" Kamu ngerti kan maksud aku?" Ucap mas Adi yang tanpa merasa bersalah. Selalu dan selalu saja seperti itu.

Pria itu jelas menginginkan dirinya untuk bersandiwara lagi sewaktu orang tua mereka atau bahkan saat orangtuanya datang. Benar-benar tak habis pikir di buatnya.

" Jadi karena ini makanya kamu mau datang dan duduk bareng aku saat ini mas?" Mata serta hidung Galuh sudah mulai memanas. Siapa meluncurkan kristal bening yang encer itu.

Mas Adi tertegun dan terlihat tak bisa menjawab. Sungguh, Galuh merasa hidupnya bagai di dalam sangkar. Walau terpelihara dengan baik, namun jiwanya tertekan.

Cinta bagai tak hadir diantara mereka. Love is Bullshit!

.

.

Kediaman Aryasatya

***

Bastian

Pasca meninggalnya Nyonya Regina beberapa tahun yang lalu, Rania dan Bastian memboyong Bu Kartika untuk tinggal di rumah mereka. Meski sempat menolak, namun akhirnya wanita tua itu mau menurut sebab kondisi kesehatannya yang kian menurun.

Membuat rumah yang berada di dekat Silasona mereka kontrakan kepada yang berminat.

Hal ini bahkan sudah melewati kajian dari Bastian. Orang tua tinggal satu, selayaknya dia sebagai anak laki-laki yang wajib mengurusnya. Toh kak Dhira juga kerap bertandang ke rumah. Begitu pikir Bastian.

" Kak Jodhi kemana sih Pa?" Tanya Rafa, bocah laki-laki yang merupakan anak kedua Rania dari papa Bastian. Bersiap akan menuju kerumah Raka malam itu karena baru tahu jika Citra sakit.

" Iya, aku pingin di ajari musik lagi pah sama kakak!" Sahut Gita, adik dari Rafa yang berjenis kelamin perempuan.

Rafandra Wiradharma dan Gita Paras Ayu, merupakan dua adik seibu, yang kini masih duduk di bangku SMP. Usia mereka hanya terpaut satu tahun.

" Anak kecil gak boleh tahu urusan orang dewasa!" Sahut Rania yang sudah bersiap. Terlihat mendorong kursi roda ibu mertuanya.

"Kalau dewasa kenapa enggak nikah kayak Kak Raka mah, hihihihi!" Sergah Gita yang memiliki sikap ceriwis persis sang mama. Terkikik geli.

" Gita..." Rania memperingati anaknya untuk tidak kebablasan dengan cara menggeleng perlahan

" Udah-udah, kok pada ngrubutin kak Jodhi. Nanti dia nyusul lah pasti. Udah yuk kita kemon. Mbak Siti tolong tutup gerbangnya ya?"

Bastian kini beralih mendorong ibunya diatas kursi roda. Wanita itu kini agak kesulitan berjalan. Semua terjadi karena faktor usia.

.

.

Citra terdiam dan sedari tadi tidak mau makan. Membuat Raka kebingungan. Bahkan Andhira dan Abimanyu juga tak bisa membujuk Citra.

Dalil yang di titahkan oleh Raka kepada Niko rupanya bocor. Papa Indra dan Mama Anggi kini datang bersama Jatayu ke kediaman Raka. Tepat disaat mereka masih gencar membujuk Citra.

Seiring berjalannya waktu, mereka semua benar-benar sudah bisa berdamai dengan masa lalu masing-masing. Semua bisa legowo dengan sikap tepa selira ( tahu diri).

Waktu memang sebaik-baiknya penyembuh segala persolaan.

" Sini biar mama coba!" Ucap Anggi meraih bubur hangat buatan Dhira dari tangan Raka.

Raka mengangguk dan mengangsurkan mangkuk berisi bubur hangat itu kepada mama Anggi.

Indra, Abimanyu serta Raka kini berdiri berjajar di samping pintu yang terbuka. Mereka lebih mirip seperti barisan algojo yang menanti perintah. Sedikit menggelikan. Sementara Andhira dan Anggi terlihat membujuk cucu mereka. Sungguh, Citra benar-benar menjadi pusat perhatian mereka saat ini.

" Ayo dong cucu nenek makan dulu. Tahu enggak, kalau makanan enggak jadi di makan, dia bisa nangis loh. Buburnya pasti sedih karena Citra enggak mau sama buburnya!" Ucap Anggi lekas membujuk. Tentu dengan caranya yang lembut dan sudah teruji sikap keibuannya.

Citra menatap neneknya itu dengan dua mata jernihnya. Itu artinya, bubur itu akan bernasib sama dengan dirinya yang sering sedih.

" Bener sayang, ayo...besok Bu guru Citra yang baru bakal datang kesini loh. Besok Citra sekolahnya dirumah!" Ucap Dhira menambahi seraya mengelus rambut berkilau Citra.

Wajah Citra kini terlihat berubah, gadis itu terlihat tersenyum. Yes! Bujukan mereka berhasil.

" Oma..nenek.. berarti Citra gak usah pergi ke sekolah lagi dong?"

Anggi dan Dhira saling memandang lalu mengangguk bersama, mengiyakan pertanyaan cucunya. Tak menyangka jika kolaborasi mereka berhasil.

" Ayo kita cerita sambil maem dulu..!"

" Aaa...!" Ucap Anggi menyodorkan satu sendok bubur ke mulut mini cucunya.

Membuat tiga pria yang menatap interaksi tiga perempuan di atas kasur itu, kini turut membuka mulutnya masing-masing kala mendengar sugesti Anggi.

Jatayu yang baru masuk seketika mengernyit heran. Kenapa papanya, kakaknya, juga Om Abimanyu melakukan gerakan mulut yang sama.

Gerakan membuka mulut saat mamanya mengatakan ; " Aaaa..." Kepada keponakannya itu.

Terkikik dalam hati.

Raka kini terdiam usai dengan latahnya mengikuti sugesti mama Anggi. Meski sebenarnya, ia masih tak suka jika wanita yang menyebabkan anaknya cindera karena lengah pengawasan itu, akan ada dirumahnya besok.

Namun, rupanya logika mengalahkan egonya. Melihat Citra yang lebih senang saat akan sekolah dirumah ,membuatnya mengalah. Citra yang terpenting bagi dirinya saat ini.

" Hey Gita jangan lari-lari!"

Suara Rania terdengar menggaung hingga ke kamar Citra yang berada di lantai dua itu. Membuat Dhira dan Anggi saling menatap.

" Bastian dan pasukannya datang tuh!" Dhira terkekeh saat mengatakan hal itu. Mengingat jika dua adik Jodhi itu sangat rempong dan rame.

" Itu Paman Rafa dan Tante Gita?" Tanya Citra antusias.

Dua grandma-nya itu mengangguk kompak.

" Wah rumah Citra rame!" Bocah itu seketika bersorak hore lantaran sangat senang karena mendadak rumahnya begitu riuh.

Yey!!!!

.

.

.

.

To be continued...

.

.

.

Terpopuler

Comments

fiendry🇵🇸

fiendry🇵🇸

semangat selalu berkarya...

2022-10-22

1

marhayati

marhayati

tunggu sakit dulu baru rame y cit...pd jenguk semua🤣🤣

2022-09-30

2

Oma Yoma

Oma Yoma

klo Raka sama Galuh, berarti nunggu jandanya dulu yaa.....kukira si duren dapat perawan lagi 😁

2022-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayah!
2 Bab 2. Sepenggal kisah
3 Bab 3. Losing Valuable Things
4 Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5 Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6 Bab 6. Seperti pernah bertemu
7 Bab 7. Hari buruk untuk semua
8 Bab 8. Pria arogan
9 Bab 9. Sikap Manusiawi
10 Bab 10. Wanita Rapuh
11 Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12 Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13 Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14 Bab 14. Mengetahui fakta
15 Bab 15. Tak sejalan
16 Bab 16. Menghujamku dengan luka
17 Bab 17. Tabir gelap
18 Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19 Bab 19. Hati yang terluka
20 Bab 20. Menyentuh kalbuku
21 Bab 21. Bertemu lagi
22 Bab 22. Dualisme
23 Bab 23. Kemustahilan
24 Bab 24. Isi Kalbu
25 Bab 25. Persimpangan ambigu
26 Bab 26. Secuil luapan isi hati
27 Bab 27. Di batas keresahan
28 Bab 28. Tak sengaja
29 Bab 29. Getaran itu
30 Bab 30. Kalah telak
31 Bab 31. Insan yang ironis
32 Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33 Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34 Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35 Bab 35. Ujian seorang pria
36 Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37 Bab 37. Merasa terancam
38 Bab 38. Macam warna hidup manusia
39 Bab 39. Ucapan menohok
40 Bab 40. Menipu diri
41 Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42 Bab 42. Mulai mengendus
43 Bab 43. Secuil sedu sedan
44 Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45 Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46 Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47 Bab 47. Mendung di hati
48 Bab 48. Aku dan perasaan ini
49 Bab 49. Fakta
50 Bab 50. Siasat
51 Bab 51. Akar pahit masa lalu
52 Bab 52. Sebuah peringatan
53 Bab 53. Puing kesedihan
54 Bab 54. Jurang yang dalam
55 Bab 55. Sebuah insiden
56 Bab 56. Kekhawatiran itu
57 Bab 57. Satu perhatian
58 Bab 58. Meniti takdir
59 Bab 59. Become a nanny?
60 Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61 Bab 61. Hari pertama
62 Bab 62. Rasa demi rasa
63 Bab 63. A Feud
64 Bab 64. Sebuah petaka
65 Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66 Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67 Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68 Bab 68. Pelukan itu
69 Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70 Bab 70. Perasaan yang berubah
71 Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72 Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73 Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74 Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75 Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76 Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77 Bab 77. Rasaku rasamu
78 Bab 78. Puncak rasa legowo
79 Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80 Bab 80. Hawa panas
81 Bab 81. Selaksa peristiwa
82 Bab 82. Akulah pelindungmu
83 Bab 83. Resmi milikku
84 Bab 84. Love you
85 Bab 85. Di Lounge
86 Bab 86. Bertemu mantan rival
87 Bab 87. Tirta membangkit sukma
88 Bab 88. Rasa titipan
89 Bab 89. Nyonya Raka
90 Bab 90. Ratu di hidupku
91 Bab 91. Selapis kebersamaan
92 Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93 Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94 Bab 94. Two-line fighter
95 Bab 95. Riuh kebahagiaan
96 Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97 Bab 97. Penggalan kisah pilu
98 Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99 Bab 99. Berkalang tanah
100 Bab 100. Danuja Pradipta
101 Bab 101. Kejang
102 Bab 102. Wajah yang meresahkan
103 Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104 Bab 104. Is that you? My star?
105 Bab 105. Anak haram
106 Bab 106. Dia?
107 Bab 107. Menemukanmu
108 Bab 108. Naluri anak
109 Bab 109. Sesal menggelayut
110 Bab 110. Api kecemburuan
111 Bab 111. Di titik emosional
112 Bab 112. Pria dan sebuah logika
113 Bab 113. Pencabut hatiku
114 Bab 114 . Long time no see
115 Bab 115. Ungkapan hati
116 Bab 116. Sebuah dukungan
117 Bab 117. Anakku
118 Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119 Bab 119. Perjuangan Jodhi
120 Bab 120. Sebuah penegasan
121 Bab 121. Tantrum
122 Bab 122. Di sudut malam
123 Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124 Bab 124. Inspeksi mendadak
125 Bab 125. Pingsan
126 Bab 126. Belatung nangka!
127 Bab 127. Kamu cemburu?
128 Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129 Bab 129. Mempertimbangkan
130 Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131 Bab 131. Ayah Danuja
132 Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133 Bab 133. Secuil titik terang
134 Bab 134. Akhir dari penantian
135 Bab 135. Travel plans to the west
136 Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137 Bab 137. Danuja's Grandma
138 Bab 138. Anak Ayah!
139 Bab 139. Bertiga bersama kalian
140 Bab 140. See you again
141 Bab 141. Kota J, aku kembali
142 Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143 Bab 143. Aku sayang padamu
144 Bab 144. Rahasia semesta
145 Bab 145. Karma
146 Bab 146. Jelang pernikahan
147 Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148 Bab 148. Perusuh
149 Bab 149. Resah di tengah sukacita
150 Bab 150. Sisipan kisah
151 Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152 Bab 152. Oh God!
153 Bab 153. Dibatas logika
154 Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155 Bab 155. From Author with love
156 Bab 156. Present New creation
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ayah!
2
Bab 2. Sepenggal kisah
3
Bab 3. Losing Valuable Things
4
Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
5
Bab 5. Bersembunyi dari kejaran
6
Bab 6. Seperti pernah bertemu
7
Bab 7. Hari buruk untuk semua
8
Bab 8. Pria arogan
9
Bab 9. Sikap Manusiawi
10
Bab 10. Wanita Rapuh
11
Bab 11. Arti kehadiran keluarga
12
Bab 12. Merasa asing dalam rumah sendiri
13
Bab 13. Manusia dengan segala persoalannya
14
Bab 14. Mengetahui fakta
15
Bab 15. Tak sejalan
16
Bab 16. Menghujamku dengan luka
17
Bab 17. Tabir gelap
18
Bab 18. Kau menyakitiku Ayah!
19
Bab 19. Hati yang terluka
20
Bab 20. Menyentuh kalbuku
21
Bab 21. Bertemu lagi
22
Bab 22. Dualisme
23
Bab 23. Kemustahilan
24
Bab 24. Isi Kalbu
25
Bab 25. Persimpangan ambigu
26
Bab 26. Secuil luapan isi hati
27
Bab 27. Di batas keresahan
28
Bab 28. Tak sengaja
29
Bab 29. Getaran itu
30
Bab 30. Kalah telak
31
Bab 31. Insan yang ironis
32
Bab 32. Aku dan segala kesedihanku
33
Bab 33. Mengoyak paksa nurani
34
Bab 34. Petunjuk dari nirwana
35
Bab 35. Ujian seorang pria
36
Bab 36. Bertemu rival sebenarnya
37
Bab 37. Merasa terancam
38
Bab 38. Macam warna hidup manusia
39
Bab 39. Ucapan menohok
40
Bab 40. Menipu diri
41
Bab 41. Arti sebuah kecemburuan
42
Bab 42. Mulai mengendus
43
Bab 43. Secuil sedu sedan
44
Bab 44. Titik terendah dalam hidup
45
Bab 45. Menyingkap tabir gelap
46
Bab 46. Lentera kehidupan yang meredup
47
Bab 47. Mendung di hati
48
Bab 48. Aku dan perasaan ini
49
Bab 49. Fakta
50
Bab 50. Siasat
51
Bab 51. Akar pahit masa lalu
52
Bab 52. Sebuah peringatan
53
Bab 53. Puing kesedihan
54
Bab 54. Jurang yang dalam
55
Bab 55. Sebuah insiden
56
Bab 56. Kekhawatiran itu
57
Bab 57. Satu perhatian
58
Bab 58. Meniti takdir
59
Bab 59. Become a nanny?
60
Bab 60. Seraut wajah yang tak asing
61
Bab 61. Hari pertama
62
Bab 62. Rasa demi rasa
63
Bab 63. A Feud
64
Bab 64. Sebuah petaka
65
Bab 65. Di titik rendah kehidupan
66
Bab 66. Cikal bakal kejahatan
67
Bab 67. Angin sakal sebuah keluarga
68
Bab 68. Pelukan itu
69
Bab 69. Siapa dia sebenarnya?
70
Bab 70. Perasaan yang berubah
71
Bab 71. Menyelamatkan Citra part1
72
Bab 72. Menyelamatkan Citra part2
73
Bab 73. Menyelamatkan Citra part3
74
Bab 74. Dendam hanya membuatmu berteman dengan kerugian
75
Bab 75. Sebuah Cinta yang datang terlambat
76
Bab 76. Akhir dari Kepanikan
77
Bab 77. Rasaku rasamu
78
Bab 78. Puncak rasa legowo
79
Bab 79. Insan dalam amuk asmara
80
Bab 80. Hawa panas
81
Bab 81. Selaksa peristiwa
82
Bab 82. Akulah pelindungmu
83
Bab 83. Resmi milikku
84
Bab 84. Love you
85
Bab 85. Di Lounge
86
Bab 86. Bertemu mantan rival
87
Bab 87. Tirta membangkit sukma
88
Bab 88. Rasa titipan
89
Bab 89. Nyonya Raka
90
Bab 90. Ratu di hidupku
91
Bab 91. Selapis kebersamaan
92
Bab 92. Kebenaran tetap harus di kabarkan
93
Bab 93. Di kesunyian hati Jodhi
94
Bab 94. Two-line fighter
95
Bab 95. Riuh kebahagiaan
96
Bab 96. Wanita berwajah kuyu
97
Bab 97. Penggalan kisah pilu
98
Bab 98. Pertolongan dari wanita dekil
99
Bab 99. Berkalang tanah
100
Bab 100. Danuja Pradipta
101
Bab 101. Kejang
102
Bab 102. Wajah yang meresahkan
103
Bab 103. Sometimes love doesn't need a reason
104
Bab 104. Is that you? My star?
105
Bab 105. Anak haram
106
Bab 106. Dia?
107
Bab 107. Menemukanmu
108
Bab 108. Naluri anak
109
Bab 109. Sesal menggelayut
110
Bab 110. Api kecemburuan
111
Bab 111. Di titik emosional
112
Bab 112. Pria dan sebuah logika
113
Bab 113. Pencabut hatiku
114
Bab 114 . Long time no see
115
Bab 115. Ungkapan hati
116
Bab 116. Sebuah dukungan
117
Bab 117. Anakku
118
Bab 118. Keresahan seorang Ibu
119
Bab 119. Perjuangan Jodhi
120
Bab 120. Sebuah penegasan
121
Bab 121. Tantrum
122
Bab 122. Di sudut malam
123
Bab 123. Kala anak menjadi alasan
124
Bab 124. Inspeksi mendadak
125
Bab 125. Pingsan
126
Bab 126. Belatung nangka!
127
Bab 127. Kamu cemburu?
128
Bab 128. Membuat sebuah kesepakatan
129
Bab 129. Mempertimbangkan
130
Bab 130. Keadaan selalu punya kenyataan
131
Bab 131. Ayah Danuja
132
Bab 132. Potret nyata sebuah kehidupan
133
Bab 133. Secuil titik terang
134
Bab 134. Akhir dari penantian
135
Bab 135. Travel plans to the west
136
Bab 136. Kebijaksanaan para orang tua
137
Bab 137. Danuja's Grandma
138
Bab 138. Anak Ayah!
139
Bab 139. Bertiga bersama kalian
140
Bab 140. See you again
141
Bab 141. Kota J, aku kembali
142
Bab 142. Terimakasih sudah mau menerimaku
143
Bab 143. Aku sayang padamu
144
Bab 144. Rahasia semesta
145
Bab 145. Karma
146
Bab 146. Jelang pernikahan
147
Bab 147. Saya terima nikah dan kawinnya...
148
Bab 148. Perusuh
149
Bab 149. Resah di tengah sukacita
150
Bab 150. Sisipan kisah
151
Bab 151. Arti sebuah kesabaran
152
Bab 152. Oh God!
153
Bab 153. Dibatas logika
154
Bab 154. Akhir kisah bahagia ( The End)
155
Bab 155. From Author with love
156
Bab 156. Present New creation

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!