Bab 9. Sikap Manusiawi
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Galuh
Sepak terjangnya di dunia pendidikan sebenarnya sudah terbilang mumpuni. Ia di pindahkan ke TK Pertiwi karena ia baru saja mendapatkan rekomendasi.
Namun, ucapan arogan dari pria bertubuh tegap itu benar-benar mengoyak nuraninya. Menguliti harga dirinya di depan Bu Bening dan Bu Dhira.
Galuh merasa terluka.
" Tolong maafkan anak saya!" Ia bisa melihat raut penuh kesungkanan dari wajah Bu Dhira.
Ia masih bergeming, pun dengan Bu Bening yang terlihat gusar cenderung ketakutan. Sungguh, mereka hanya ingin memberikan solusi.
" Begini saja, nanti saya hubungi Bu guru kalau saya sudah dapat mufakat dari anak saya nanti ya. Sekali lagi tolong jangan di ambil hati ucapan anak saya Bu!"
Bu Dhira mengusap lengannya dengan lembut. Ibu yang sangat baik sekali pikirnya. Kenapa anaknya bisa begitu?
.
.
Dhira
PLAK!
Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Dhira menampar pipi Raka. Pipi pria itu kini pasti sudah berasa sangat kebas.
Dhira terlihat mengatur napasnya yang kembang kempis. Wanita itu benar-benar tersulut emosi. Ia malu sekaligus kecewa akan sikap Jodhi.
Bersamaan itu pula, datang Abimanyu ke kamar anaknya yang tanpa sengaja menyaksikan aksi Dhira saat menampar Raka.
" Ada apa ini?" Tanya suaminya yang baru saja datang tepat disaat ia baru saja menampar wajah Raka.
Namun Dhira sama sekali tak menyahuti pertanyaan suaminya. Lebih memilih mencecar anaknya dengan perkataan yang sudah sangat antre di otaknya.
" Mama enggak pernah dari kecil kasar sama kamu Ka. Supaya apa? Supaya kamu juga bisa berbuat seperti itu kepada orang lain, terlebih kepada wanita!"
Abimanyu masih tertegun demi melihat istrinya yang saat ini terlihat meluapkan emosi kepada putra sulungnya itu. Definisi dari ; Ada serigala betina dalam diri setiap wanita. Yeah!
Raka tertunduk seraya beberapa kali meneguk ludahnya sendiri. Benar-benar tak berani melawan mamanya.
" Kamu tahu enggak, dengan berkata kasar seperti tadi kepada orang yang belum tentu bersalah, itu sama aja nunjukin kalau kamu bukan pria sejati Ka!"
Lagi dan lagi, ucapan Dhira selalu berhasil menampar harga diri Raka. Meruntuhkan segala ego yang melingkupi pria itu.
" Tidak bisakah kamu melihat kesungguhan mereka dalam mendidik anak kamu? Kamu dengar tidak?"
Raka masih bergeming. Hanya Jakunnya saja yang terlihat bergerak naik turun saat mamanya mengeluarkan ocehan penuh kemarahan.
" Mereka bahkan berniat mau dan sudi datang kemari setiap hari, biar apa? Biar anak kamu tetap bisa mendapatkan pendidikan sambil mengobati psikisnya!"
Dhira berteriak. Sungguh, Raka benar-benar merasa pusing dua kali lipat saat ini. Shiit!!
" Mama ini juga sedih Ka lihat kamu begini... Cucu mama terus-menerus sakit kayak gitu!"
Mata Dhira sudah banjir dengan air mata. Tak bisa lagi membendung segala emosi yang membuncah.
" Tapi kamu mbok ya yang andap asor jadi orang!" Dhira malu karena Raka berani mengangkat suara kepada orang lain.
" Sayang sudah, tenang!" Abimanyu merengkuh istrinya kedalam pelukannya.
" Mama kecewa sama kamu Ka!" Dhira menatap kecewa ke arah putranya yang berdiri mematung.
" Udah ma udah. Kita pergi dulu. Kita bicara nanti, enggak akan selesai kalau kalian masih sama-sama emosi. Raka tutup pintu kamu!"
Abimanyu mengajak dhira pergi. Jelas ia harus mengambil tindakan sebelum tensi istrinya naik.
.
.
Raka
Ia menuruti ucapan Papa Abi untuk menutup pintu kamarnya. Pria itu sejurus kemudian duduk di tepi ranjangnya lalu memijat keningnya yang mendadak pening.
Merenungi semua yang telah ia lakukan.
Benarkah?
Salahkah?
Berkata kasar dan menyakiti perasaan orang bukanlah sifatnya. Ia sedari kecil nyaris hidup dengan sikap dan sifat budi pekerti yang luhur. Sebuah pengajaran dari mama dan Uti-nya.
Namun, urusan Citra belakang ini benar-benar membuat dirinya lebih sensitif. Bahkan Mbak Nining yang menjadi pengasuh Citra juga sudah beberapa kali turut terkena getahnya.
" Mama enggak pernah dari kecil kasar sama kamu Ka. Supaya apa? Supaya kamu juga bisa berbuat seperti itu kepada orang lain, terlebih kepada wanita!"
Ia membasuh wajahnya kasar. Ia benar-benar tak bisa mengontrol dirinya tadi. Ia sudah kehilangan Visya dan calon anak kedua mereka. Tentu saja ia harus lebih serius untuk urusan Citra.
Salahkah jika dia terlalu over protective?
Ataukah, justru dialah yang tak becus dalam menguasai diri?
.
.
Abimanyu
Ia baru saja kembali dari rumah Rania saat ia tak sengaja melihat Dhira yang menampar Raka. Ini merupakan kali pertamanya ia melihat istrinya mengasari Raka.
" Mama minum dulu!" Pria itu membawa Dhira ke kamar yang biasa mereka tempati kala menginap di rumah Raka.
Dhira meraih gelas yang di angsurkan oleh suaminya lalu meneguknya separuh. Terasa begitu mendinginkan dadanya yang panas.
Dhira malu akan sikap arogan Raka.
" Ada apa sebenarnya, hm?" Abimanyu bertanya sembari meletakkan gelas bekas minum Dhira ke nakas di depannya.
Suaminya itu selalu bisa membuat dirinya tenteram. Bahkan di saat mereka sudah tak lagi muda.
Definisi dari cinta sejati itu nyata adanya.
Dhira menceritakan semua kepada Abimanyu. Semuanya dan tanpa terkecuali. Tekun dan tanpa tanggung-tanggung. Tentang sikap Raka yang kini menjadi pria yang mudah emosi, juga tentang niat baik guru sekolah Citra.
Everything.
" Nanti papa yang akan bicara sama Raka. Mama jangan marah-marah lagi, hm. Anak salah itu wajar, kita dulu juga begitu!"
Dhira masih terpekur menatap lantai mengkilat di kamarnya saat suaminya menasihati dirinya.
" Kita juga sama-sama tahu, kalau selama ini Raka selalu nurut sama kita!"
Itu telak dan pasti. Bahkan Visya juga merupakan wanita yang dinikahi Raka, atas rekomendasi dari Abimanyu.
"Jika dia salah itu manusiawi Ma!" Abimanyu mengusap lembut punggung istrinya. Memberikan ketenangan lewat sentuhannya yang selalu sarat dengan cinta kasih.
" Mama cuman ingin Raka tidak mengangkat suaranya terhadap wanita Pa. Siapapun itu!" Sebulir cairan bening meluncur begitu saja. Teringat rasanya di bentak itu tidaklah menyenangkan.
" Mama ngerasa gagal mendidik kalau Raka masih saja berani kasar kepada orang lain apalagi perempuan!"
Abimanyu mengusap air mata Dhira dengan kedua ibu jarinya. Ia tahu, Dhira ingin Raka benar-benar menjadi pria yang baik.
" Raka tengah menghadapi ujian hidupnya Ma. Dan ujian manusia itu beraneka ragam. Kita harus sama-sama sabar dalam mendukung Raka!"
Dhira mengangguk. Suaminya itu benar. Ia menghembuskan nafasnya pasrah. Sejurus kemudian ia menyenderkan kepalanya ke dada suaminya. Menghirup wangi maskulin pria yang selama menjadi belahan jiwanya itu.
" Mas ga ngasih tahu Ibuk kan tadi?" Tanya Dhira yang takut jika Bu Kartika syok mendengar cicitnya terluka.
Abimanyu menggeleng " Aku pas kesana tadi Ibuk lagi istirahat. Cuma ada Rania sama anak-anak tadi!"
" Bastian kemana mas?" Tanya Dhira kini mendongak.
" Kata Rania, dia nyari Jodhi. Soalnya dari kemaren enggak pulang dia. Anak itu benar-benar!" Abimanyu mendecak tak percaya demi memikirkan keponakannya yang masih saja kerap keluyuran tak jelas.
" Jodhi enggak pulang?" Bahkan Dhira turut menyuguhkan raut tak percaya.
Dhira terkejut, meski ia tahu jika Jodhi sedari kecil bandel bahkan hingga saat ini, namun Jodhi tak sekalipun tak pernah tak pulang kerumahnya. Kecuali saat ada urusan ke luar kota.
"Ada masalah apa?"
.
.
.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
dementor
raka atau jodhi?? mama eng.. typo lagi ya!!
2023-05-20
1
Nazka Aditya
hhmmm....maauuuu....
2023-01-09
1
Nazka Aditya
sikap raka mom....
2023-01-09
1