Bab 8. Pria arogan
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Raka
Wajahnya benar-benar keruh. Antara marah kepada pihak sekolah, dan juga kepada dirinya sendiri. Mengapa terus saja hal ini berulang kali terjadi.
Damned!
Ia kini tengah di temani Niko masuk ke ruang yang digunakan anaknya untuk berbaring. Citra sudah sadar meski terlihat masih sangat lemah.
" Ayah!" Lirih Citra yang menatap kehadirannya. Dua netra bocah kecil itu terlihat berkaca-kaca.
" Sayang!" Raka dengan raut muka yang penuh kekhawatiran , kini membingkai wajah Citra dengan kedua tangannya. Mengecup kening ciut anaknya yang terlihat lemah.
" Dokter bagaimana dengan kondisi anak saya?" Raka menatap wanita berjas putih itu dengan sorot mata yang penuh dengan kilatan keresahan.
Dokter itu tersenyum ramah.
" Tenang Pak, putri anda baik-baik saja. Lukanya tidak terlalu parah. Hanya saja, sepertinya putri anda mengalami sinkop vasovagal!"
Raka mengernyit tak mengerti, " Apa itu Dok?"
" Orang yang takut saat melihat darah bisa jadi menderita gangguan yang disebut sinkop vasovagal!" Terang sang Dokter.
"Gangguan ini sebenarnya merupakan kondisi yang umum terjadi yang bisa membuat tubuh kita lemas dan pingsan!"
Raka dan Niko terlihat saksama saat mendengarkan penuturan sang Dokter. Begitu menyimak dengan tekun.
" Sinkop vasovagal ini bisa terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena melihat darah."
" Semacam Phobia?" Ucap Raka memastikan.
Dokter itu mengangguk ramah " Benar!"
Raka kini bernapas lega. Setidaknya anak-nya tidak terluka parah. Kini ia menatap Niko dengan tatapan penuh maksud. Seperti telah mengetahui isi pikiran bosnya, pria dengan rambut yang selalu tersurai rapih itu kini undur diri dari ruangan itu.
Menunaikan hak yang wajib ia lakukan persegera.
.
.
Niko
Ia bisa dengan cepat menangkap maksud sorot mata bosnya itu. Beberapa tahun menjadi antek Raka, tentu membuat Niko paham dengan apa yang di mau Raka.
" Sebaiknya anda kembali dulu. Non Citra sudah tertangani dengan baik!" Tukas Niko dengan sopan.
Bu Bening dan Galuh saling menatap. Mereka ingin menemui dan memastikan keadaan Citra.
" Anda bisa menemui Pak Raka nanti!"
.
.
Galuh
Ia menatap nanar gerak semu yang terjadi akibat laju kendaraan yang begitu cepat. Ia kini kembali ke TK Pertiwi bersama Bu Bening usai merasa jika mungkin suasana hati Pak Raka saat ini sedang tidak bagus.
" Nanti saya dampingi sepulang sekolah Bu!"
" Kita harus sabar. Mengajar di sekolah elite yang seperti ini dukanya!"
Ia bersyukur, Bu Bening rupanya merupakan sosok yang begitu mengayomi. Di tengah-tengah kecemasannya, wanita itu mampu membuat suasana hatinya menjadi lebih tenang. meski tak menampik Jika ia resah saat mendapat tatapan bengis dari Raka.
Pria itu benar-benar dingin.
Dan benar saja. Kepala sekolah itu menepati janjinya, siang itu ia di temani Bu Bening mendatangi kediaman Citra. Sebuah rumah yang besar, dengan pilar tinggi bak colloseum.
" Kami guru TK Pertiwi, kami mau mengunjungi Citra!" Tukas Bu Bening kepada seorang satpam penjaga dengan nama dada Suyanto.
" O nggeh Bu, silahkan. Kebetulan Bapak juga sudah datang!"
Pria dengan kulit gelap itu sangat ramah. Sangat bertolakbelakang dengan majikannya. Begitu pikir Galuh. Wanita itu tidak tahu saja, jika sebenarnya Raka merupakan pribadi yang santun.
Satpam itu terlihat membukakan gerbang tinggi dan panjang itu dengan senyum yang tiada luntur.
"Las, ini ada gurunya Non Citra. Tolong kamu antar masuk!" Yanto berteriak memanggil Sulastri yang juga menjadi ART di sana.
" Oh iya-iya. Gurunya Non Citra? Mari Bu saya antar!" Sejauh ini bisa ia simpulkan, jika dua abdi dalem Raka memang lebih ramah dari pada majikannya.
Sekilas sih.
" Besar sekali rumahnya!" Gumamnya dalam hati. Takjub akan apa yang di tangkap oleh mata telanjangnya.
" Bu, memangnya Ibunya Citra kemana ya? Tadi...saya hanya lihat Pak Raka saja waktu di rumah sakit"
Ia memberanikan diri bertanya kepada Bu Bening saat ia tengah mengekor di belakang Sulastri. Benar-benar merasa ingin tahu.
" Citra anak piatu!" Bu Bening tersenyum kepadanya. Membuat hatinya seketika mengiba kepada bocah itu.
" Kasihan sekali, saat sedang butuh-butuhnya sosok ibu, anak itu malah di tinggal pergi untuk selama-lamanya!"
" Silahkan duduk dulu Bu. Saya panggilkan Bapak dulu!" Sulastri terlihat mengangguk sopan saat pamit untuk undur diri.
Namun, belum sempat mereka duduk. Indra pendengarannya menangkap gelombang suara dari arah lain.
" Siapa Las?" Terdengar suara lembut seorang perempuan yang muncul dari arah ruang tengah rumah besar itu.
" Anu Nyonya besar, itu ada gurunya Non Citra!"
Seketika ia mengalihkan pandangannya kepada wanita dengan rambut yang sudah beruban namun terlihat sangat elegan dan cantik.
" Siapa dia?"
.
.
Andhira
Ia langsung meluncur ke kediaman Raka saat putranya itu mengabari jika cucunya kembali masuk rumah sakit. Alasan yang sama. Habis bertengkar dengan teman sekelasnya.
Astaga!
Usai meninabobokan cucunya, ia kini berniat untuk turun dan membuat sup untuk Citra. Citra suka sekali masakan Omanya itu. Katanya lezat.
Namun, suara Sulastri membuat Dhira merasa ingin tahu. Sedang berbicara dengan siapa pembantu anaknya itu.
" Silahkan duduk dulu Bu. Saya panggilkan Bapak dulu!"
" Siapa Las?" Tanyanya kepada wanita yang bekerja kepada anaknya itu.
" Anu Nyonya besar, itu ada gurunya Non Citra!" Jawab Sulastri sembari menunjuk ke arah ruang tamu.
" Oh ya?" Dhira terlihat senang dan antusias.
" Selamat siang Nyonya, saya Bening kepala sekolah Pertiwi dan ini Galuh, gurunya kelas A!" Seorang wanita berbadan tambun mengulurkan tangannya dengan posisi masih berdiri.
Ia menjabat tangan dua wanita itu secara bergantian dengan senyum yang terkembang ramah.
" Saya Andhira, saya ibunya Raka!"
" Mari silahkan duduk!"
Mereka berdua kini mendaratkan bokong ke sebuah sofa ukuran Giant yang begitu terasa empuk dan nyaman.
" Bagiamana keadaannya Citra Nyonya? Kami..tadi belum sempat tahu, karena sekretaris Pak Raka tadi meminta kami untuk kembali ke sekolah dulu!"
Bu Bening sebenarnya sungkan, namun ia harus mengatakan hal ini agar mereka tidak terkena fitnah.
Dhira tersenyum. Jelas ini pasti Raka yang memerintahkan si Niko.
" Citra barusan tidur, habis minum obat yang siang. Terimakasih Bu karena sudah repot-repot datang kemari!" Dhira senang karena gurunya benar-benar memperhatikan Citra.
" Kami benar-benar mohon maaf dan menyesalkan kejadian ini!" Bu Bening mengucapkan hal itu dengan penuh ketulusan.
" Jadi begini Bu..!" Bu Bening terlihat ragu saat akan mengutarakan sebuah kalimat.
" Ya Bu, bagaimana?" Dhira menatap kedua guru itu secara bergantian. Seperti bisa menangkap keresahan yang dialami oleh dua guru itu.
" Sebaiknya Citra tidak usah masuk dulu. Biar kami yang mengajar Citra dirumah selama beberapa waktu!"
Dhira mengernyit tak mengerti.
" Maksudnya gimana ya Bu?"
Galuh bahkan juga tidak mengerti dengan ucapan Bu Bening. Mengajar dirumah?
" Bu Galuh ini guru baru di Pertiwi yang sebenarnya baru mengajar perdana hari ini!" Bu Bening menepuk paha Galuh pelan.
" Bu Galuh akan mengajar Citra secara mandiri dirumah untuk sementara waktu. Artinya, Bu Galuh setiap hari akan datang kemari khusus untuk mengajar Citra Bu!" Terang Bu Bening sangat jelas.
" Tidak perlu. Saya tidak setuju!"
Suara bass pria mengejutkan tiga wanita yang larut dalam obrolan itu. Membuat mereka memalingkan atensi ke arah samping.
" Raka?"
.
.
Raka
Ia baru saja selesai menelpon seseorang saat ia tak sengaja mendengar penjelasan dari Bu Bening.
"Bu Galuh ini guru baru di Pertiwi yang sebenarnya baru mengajar perdana hari ini!"
"Bu Galuh akan mengajar Citra secara mandiri dirumah untuk sementara waktu. Artinya, Bu Galuh setiap hari akan datang kemari khusus untuk mengajar Citra Bu!"
" Tidak perlu. Saya tidak setuju!"
Ia langsung mengatakan hal itu lantaran nama Galuh terang-terangan nyasar ke telinganya. Galuh pasti nama guru tak becus itu kan?
" Raka?" Mama berucap menunjukkan raut tak senang karena ia main sahut ucapan.
Ia kini berjalan mendekat ke arah tiga perempuan lintas generasi itu. Sama sekali tak mempedulikan tatapan tak senang Mama. Menatap sengit ke arah Galuh.
" Anda guru tak becus!" Tukas Raka menunjuk ke arah Galuh. Membuat Mama dan Bu Bening terperanjat.
" Raka!" Sanggah Mama yang sama sekali masih tidak ia dengar.
" Bagiamana bisa anda tidak bisa melerai anak-anak yang berkelahi di kelas. Apa saja yang anda lakukan sehingga tak bisa memonitor anak-anak?" Ia bahkan menunjuk ke arah Wanita yang matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca itu.
" Raka jaga ucapan kamu!" Mama mulai tak suka dengan dirinya yang mulai tersulut emosi.
" Pak Raka, tolong denger dulu. Anak-anak itu sensitif. Citra memerlukan pendekatan khusus dalam hal ini pendampingan. Maka dari itu, ijinkan kami menebus kesalahan dengan mengajari Citra untuk sementara belajar dirumah!" Bu Bening terlihat berusaha meyakinkan Raka.
Sementara ia memandang ke arah Galuh yang terus saja tertunduk. Sama sekali tak menghiraukan penjelasan Bu Bening yang sebenarnya sudah sangat merendahkan diri.
" Tidak berguna!" Raka melesat pergi dengan rahang mengeras usai mengatakan hal itu. Benar-benar kecewa dengan kedua guru itu.
" Raka!"
" Raka!"
Ia bisa mendengar suara mama yang mulai meninggi saat ia tanpa basa-basi meninggalkan dua guru itu. Definisi dari rasa kecewanya atas semua yang di alami oleh putrinya.
Shiit!!!
.
.
.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
fiendry🇵🇸
Raka, seharusnya introspeksi diri
2022-10-22
1
yenni rahmad
seharusnya jgn di campur biar fokus bacanya...
jdi bningung sendiri....
2022-08-06
3
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
aduh piye ya,,, gak kono gak kene mesti do delok sampule sek, ojo delok sampule, ngko koyo aku seng terkecoh karo sampule mommy seng iki, aku delok sampule tak kiro dudu ceritone raka jodhi, pas tak bukak sinopsise ladalah jebule wes keri adoh aku hihihi
maaf ya my hihihih
2022-06-03
2