Bab 7. Hari buruk untuk semua
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Raka
Ia mengendikkan bahunya saat merasa otaknya tak mampu memecahkan teka-teki terkait dimana ia pernah bertemu wanita itu. Atau, mungkin saja wajahnya hanya mirip seseorang.
Entahlah.
Sejurus kemudian pria itu memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan tempat itu menuju kantornya.
Tanpa ia ketahui, seseorang yang bersembunyi di balik pohon palm besar itu terlihat menyunggingkan senyum licik saat melihat Raka pergi.
Entah apa yang direncanakan manusia dengan senyum yang benar-benar menyeringai jahat itu.
Di kantor,
" Bos, tadi ada yang kirim paket" Ucap Niko sesaat setelah Raka memasuki meja kerjanya. Singgasana yang dahulu di duduki oleh Abimanyu.
" Dari siapa?" Tanya Raka kepada Niko.
Ya, mereka berdua cenderung terlihat seperti sahabat daripada seroang atasan dan bawahan.
Niko mengendikkan bahunya tanda tak mengerti. Pria itu memilih melanjutkan kesibukannya yang tiada akhir itu.
" Tadi waktu saya datang, si Neta yang ngasih itu ke saya!" Ucap Niko masih tanpa mengalihkan pandangan.
Raka menekuni sebuah kotak warna biru dengan pita merah yang tersemat di atasnya itu. Ia tidak ulang tahun hari ini. Apa salah kirim?
...Besi menajamkan besi, Manusia menajamkan sesamanya...
...D...
Raka langsung tersenyum demi melihat tulisan tangan yang ia kenali, dengan inisial 'D' yang tersemat disana. Dengan penuh semangat Raka membuka bungkusan biru itu dan mengambil sebuah benda yang tersimpan di dalamnya.
" Sumringah banget bos? Dari siapa?" Niko menatap Raka penuh selidik kala melihat wajah Raka yang berubah cerah.
" Someone!" Sahut Raka dengan senyum yang masih merekah.
Niko langsung meninggalkan meja kerjanya detik itu juga. Dan kini, pria berkulit kuning langsat itu terlihat menghampiri meja Raka yang berada beberapa meter di depannya.
Menjadi kepowers dadakan.
" Wih dasinya keren banget, mahal ini bos. Jangan-jangan!" Niko menyipitkan matanya saat menatap Raka dengan tatapan penuh tuduhan.
" Jangan-jangan apa? Jangan ngaco kamu! Ini dari Dewi, temen aku waktu kuliah dulu. Tapi..kenapa dia enggak nunggu aku datang. Apa kabar dia?" Raka tersenyum kala mengingat wanita yang ia duga telah mengirimkan hadiah untuknya itu.
Wanita yang menjadi teman baiknya sewaktu kuliah dulu.
Niko hanya menyebikkan bibirnya demi menanggapi ucapan Raka.
Iya kah?
.
.
Citra
Ia berjanji untuk tidak meladeni temannya yang usil. Ini janjinya kepada Ayah. Meski, ia tahu jika dalam hatinya kerap merindukan Ibunya.
Sama seperti biasanya, Citra selalu menyendiri. Duduk di bangku deretan paling belakang karena ia selalu tak bersemangat.
" Bu guru datang- Bu guru datang!" Ucap Alfian temannya yang paling bengal.
Bangku di kelas itu berjumlah 20, ada empat baris dan tiap barisnya terisi 5 buah meja yang membujur ke belakang. Artinya, tiap siswa menduduki satu kursi.
Citra masih tekun mengarsir gambarannya. Gadis cilik itu menggambar sebuah wajah wanita, yang ia tulisi Ibuku In Heaven.
Hal yang selalu ia lakukan saat menunggu Bu guru datang untuk mengajar. Ia ingat perkataan onty Kalyna yang mengatakan, jika ibunya sedang pergi ke surga.
Suasana yang senyap membuat ia turut melirik ke kanan dan ke kiri, ia juga melirik ke arah depan saat seorang wanita asing datang ke kelasnya. Wanita lain, bukan guru yang biasa mengajar di kelasnya.
" Guru baru!" Kupingnya mendengar kasak-kusuk dari bibir teman di depan bangkunya.
Ia tak peduli, ia terus mengarsir saat wanita itu terdengar mulai berucap memperkenalkan diri. Citra masih tidak mau tahu akan hal itu. Entahlah, rasa dan perhatiannya seolah telah mati.
Dalam durasi yang lama, dia tidak mengikuti dan tidak menyimak apa saja yang di ucapkan oleh wanita berkuncir satu itu.
" Haloo!"
" Yang mejanya warna kuning!" Ia mendongak karena mejanya kebetulan berwarna kuning.
" Nah sekarang giliran kamu!" Ia menatap guru baru itu dengan terperanjat. Jadi sedari tadi Bu guru itu memanggilnya?
Apa? Apa yang terjadi?
" Buk, Citra enggak mendengarkan!" Ucap Alfian sang profokator. Mengajukan banding kepada Bu guru baru.
" Kalau enggak mau ngomong pulang aja! Citra cengeng! Citra cengeng!" Alfian langsung memprovokasi teman-teman yang lainnya untuk bertepuk tangan dan melagukan ucapannya itu.
Seketika riuh rendah suara lagu Citra cengeng menggema di ruangan kelas itu.
" Eh udah-udah, stop?" Bu guru baru itu terlihat ingin menghentikan riuh rendah suara teman-temannya.
" Aku enggak cengeng!" Citra melempari wajah Alfian menggunakan pensilnya.
Ia bahkan sudah melupakan janji kepada ayahnya. Definisi dari janji tinggallah janji.
Merasa kesakitan, Alfian langsung bangkit lalu menyerang Citra dengan mendorong tubuh gadis kecil itu. Seketika suasana menjadi gaduh.
" Astaga! Anak-anak!" Galuh seketika berlari demi melerai dua bocah beda gender yang kini gelud itu.
" Rasain nih!" Alfian mendorong Citra dan membuat kepala Citra membentur sebuah lemari buku. Lemari itu seketika bergoyang dan membuat globe berukuran sedang yang ada di atasnya runtuh dan menimpa Citra.
BRAK
" Astaga!" Mata Galuh membulat saat kepala Citra mengeluarkan darah. Secepat apapun ia bergerak, agaknya dua bocah itu lebih gesit darinya.
Anak-anak yang main langsung menjerit-jerit demi melihat Citra yang berdarah.
Merasa kepalanya basah, Citra meraba kepalanya dan melihat darah di telapak tangannya.
" Darah?" Citra seketika merasa pandangannya gelap saat melihat darah di telapak tangannya. Tubuhnya lemas dan kakinya tak kuat menahan dirinya.
Citra pingsan.
.
.
Raka
Dengan rahang mengeras, ia kini menuju ke rumah sakit yang sudah di informasikan oleh Bu Bening sang kepala sekolah beberapa menit yang lalu.
Raka yang di temani Niko kini terlihat marah besar. Kenapa baru sehari anaknya masuk dan kejadian yang serupa terulang kembali. Apa semua guru disana tidak becus menjaga?
Ia berjalan melewati banyak koridor, ia terus berjalan dengan dada berdebar. Jangan sampai anaknya kenapa-kenapa.
Ia kini menuju poli anak, dan di depan sebuah kamar, ia melihat Bu Bening bersama satu orang guru wanita tengah duduk.
" Pak Raka!" Bu Bening langsung bangkit dan menyongsong kedatangannya.
" Kenapa bisa terjadi lagi Bu?" Mata Raka sudah benar-benar memerah. Sejurus kemudian ia menatap wanita yang kini menangis, wanita yang tadi ia tabrak saat mengantar putrinya.
" Jangan bilang dia tidak ada di kelas saat anak saya di serang lagi!" Mata Raka melotot, seolah hendak keluar dari tempatnya.
" Bos, tenang dulu bos?" Niko berusaha menenangkan atasannya yang berada di puncak emosinya itu.
" Maafkan saya Pak. Tapi...!" Ucapan Galuh menguap saat pintu ruangan Citra terlihat terayun.
" Urusannya belum beres, saya perlu bicara dengan anda nanti!" Raka menunjuk wajah Galuh yang sangat ketakutan. Menatap wajah wanita itu dengan napas memburu dan rahang yang mengetat.
" Awas kamu!" Ucap Raka dengan nada marah saat melewati Galuh yang tertunduk ketakutan.
" Ko, ikut aku!" Ia kini berjalan menuju tempat dimana dokter telah keluar usai memeriksa Citra.
Mengabaikan dua guru yang kini berperang dengan rasa bersalah yang sama besarnya.
.
.
Galuh
Mungkin kata sebagian orang yang mengatakan jika sedari pagi sudah sial, maka kesialan itu akan terus mengikuti hingga fajar tenggelam itu ada benarnya.
Buktinya saat ini.
Ia benar-benar tak tahu harus bagiamana. Ia baru akan mengajar, tak mengira jika hari pertamanya justru menjadi bencana bagi dirinya seperti ini.
" Sekolah mahal itu anaknya nakal- nakal Lo Luh!" Ia teringat akan ucapan Resti. Sahabatnya yang menjadi seorang bidan.
" Belum lagi orangtuanya rewel- rewel. Banyak maunya!"
" Tenang, jangan taku kalau tidak salah. Pak Raka sebenarnya orang baik. Dia mungkin bicara kasar seperti tadi karena terkejut. Nanti saya dampingi kamu pas kasih penjelasan!" Bu Bening mengusap punggungnya. Memberikan kekuatan sekaligus ketenangan.
Ia sudah lama menantikan pekerjaan ini. Hidupnya sudah penuh persolaan. Dengan bekerja, ia rasa bisa sedikit menepikan kesesakan hati yang menggelayuti jiwanya.
Namun, tidak tahunya....ia benar-benar sial di hati pertamanya.
Apa benar jika ia pembawa sial?
.
.
.
.
.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
fiendry🇵🇸
siapakah itu?
2022-10-22
1
Siti Jufrah
guru sembrono kalau liat muridnya udah gaduh cepet"relai soalnya anak laki" kan kadang kan kelewatan usilnya
alfian nakal
2022-08-13
1
MyFamily
gurunya kurang gercep
2022-08-09
1