Bab 4. Manusia dengan segala warna hidupnya
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Lintang
Ia mengutuk dirinya sendiri karena secara nyata dia menolak hal itu, namun tubuhnya justru menyambut. Apa sebutannya? Munafik begitu? Oh tidak, jelas itu bukan keinginannya. Sungguh itu diluar kendalinya.
" Tolong hentikan!" Ia masih bisa berucap dengan memohon saat benda itu terus menghujam dirinya tanpa ampun. Sesak dan memenuhi liangnya yang sempit.
Ia benar-benar tak bisa lepas lagi kali ini, ia tak mau memandang wajah pria brengsek yang memaksanya itu. Apa namanya kalau sudah begini, bukankah sama saja dia telah di perkosa?
" Tatap aku!" Ucap pria itu memaksa. Namun Lintang masih enggan menurut.
" Tatap aku!" Pinta Jodhi menaikkan suaranya dengan osisi masih mengungkung wanita itu.
Ia bukan wanita suci, namun melakukan hal itu bersama suami dan dengan cara penuh kasih sayang, jelas merupakan impiannya. Bukan seperti ini.
Bagian bawahnya masih sangat perih, dalam durasi yang lama, pria itu terus menghujam dan mencabik-cabik dirinya tanpa ampun. Pedih sekaligus nyeri ia rasakan dalam waktu bersamaan.
Lintang menangis, ia bisa melihat wajah pria itu dari dekat. Wajah tak asing yang hingga detik ini belum bisa terpecahkan, siapa identitas pria itu sebenernya.
Pria itu benar-benar kuat. Hentakan demi hentakan yang di lakukan kini justru semakin menggila dan cepat. Harus ia akui, pria itu benar-benar memiliki tubuh yang bagus. Pun dengan staminanya.
Jodhi lagi-lagi mencium bibir Lintang dengan rakus dan kasar. Pria itu terlihat mengkudeta seluruh bagian tubuh Lintang, namun wanita itu sama sekali tak terlihat menikmati.
Jodhi memperkosa Lintang.
Dalam hatinya bertanya, kapan kegiatan itu akan segera berakhir. Semakin perih dan sakit saja. Lintang merasa kesakitan.
Detik ke detik dan menit ke menit, kegiatan panas semi memaksa itu terlihat mencapai puncak tertinggi dari gunung hasrat itu.
" Ahhhhh!" Jodhi memejamkan matanya kala para keroco yang bersarang di testosteronnya itu, kini berbondong- bondong untuk bermigrasi ke uterus Lintang.
Lintang menitikan air matanya saat benda besar dan panjang itu terasa berkedut dan memuntahkan lahar hangat yang begitu banyak.
" Thanks Lintang!"
" Rupanya aku yang pertama!" Ucap Jodhi dengan suara parau, sesaat sebelum pria itu mencabut penyatuan mereka.
Sejurus kemudian Jodhi terlihat merebahkan tubuh dengan simbahan keringat yang membuat ototnya mengkilat itu, di samping Lintang. Lelah betul rasanya.
Mata Lintang seketika menjadi laksana bulan purnama. Membulat sempurna. Siapa pria itu sebenarnya? Kenapa pria itu tahu nama aslinya.
" Siapa kamu sebenarnya?" Lintang masih tertegun menatap tubuh liat yang kini kembang kempis dan berangsur-angsur memejamkan matanya itu.
Siapa pria itu sebenarnya, kenapa pria itu tahu nama aslinya?
.
.
Lintang
Namanya memiliki arti sebuah bintang. Harapannya adalah kelak ia bisa bersinar seperti benda langit itu. Namun, sama seperti manusia lainnya, tiap-tiap kita tentu memiliki keadaan yang bersambut pada kenyataan.
Dan kenyataannya, hidupnya saat ini malah suram. Apalagi, hilangnya mahkota yang amat berharga itu, jelas makin memperburuk Keadaannya.
" Bisa-bisanya pria itu seketika tertidur usai mencabik-cabiku!"
Dengan pangkal paha yang terasa pedih dan sakit, ia mencoba memunguti pakaiannya yang telah berhamburan kesana kemari.
Lintang menangis.
Sesekali punggung tangannya turut mengelap cairan bening yang lolos begitu saja dari kedua netranya. Lintang merasa hancur dan berada di titik terendah dalam hidupnya.
I'm not a virgin anymore!
Lintang merekam jelas wajah pria itu dalam ingatannya. Rasa benci dan jijik kini melingkupi jiwanya. Pria yang sama sekali tak memiliki belas kasihan. Pria yang telah merusak masa depannya.
" Pria seperti dia tidak akan pernah mau untuk bertanggungjawab. Lihat saja bagaimana dia mengataiku!" Ia terus bergumam dalam hati. Berniat untuk pergi dari tempat itu secepatnya.
" Aku harus menemukan kunci itu!"
Lintang melihat jeans mahal pria itu yang teronggok di lantai kamar hotel itu. Ia membulatkan matanya demi melihat sepucuk senjata yang turut ada di sana. Tangan Lintang gemetaran.
Apakah pria ini pria jahat? Oh astaga!
Ia terus meraba celana ini sembari menatap ke arah Jodhi yang tertidur pulas. Ia benar-benar ketakutan.
" Dapat!"
Dengan rasa was-was, dan dengan hati yang hancur berkeping-keping, ia kini mengambil card lock yang berada di saku celana pria yang kelelahan itu, berniat pergi dari sana.
Di tatapnya pria dengan wajah tampan yang memiliki tato di dada hingga punggung lebarnya itu. Kebencian benar-benar merasuk ke relung hati Lintang.
Dengan langkah tertatih sebab sisa rasa perih, ia berjalan pasti. Meninggalkan pria itu. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.
" Ah sial, kenapa aku tadi tidak melihat dompetnya agar bisa tahu siapa identitasnya!" Ia bergumam merutuki kebodohannya.
" Ah sudahlah!" Ucapnya tak mau ambil pusing. Lebih baik ia segera pergi, karena jika ia kembali, ia takut jika pria itu justru akan bangun.
No way!
.
.
Raka
" Ayah berangkat dulu ya. Citra janji gak boleh nakal sama mbak Nining ya!" Raka mengusap lembut pipi gembul Citra lalu menciumnya.
Citra mengangguk " Besok aku sekolah ya Yah, aku bosen dirumah!" Bocah itu menyuguhkan wajah murung.
Raka tersenyum " Iya, makanya hari ini harus pinter. Obatnya diminum, biar besok bisa sekolah lagi ya!"
" Janji?" Raka mengatungkan jari kelingkingnya.
Citra tersenyum " Janji!" bocah cilik itu menakutkan jari kelingkingnya yang mungil ke jari Raka yang besar. Terlihat mengharukan.
Di lantai dasar,
" Mbak Ning, Citra sudah saya izinkan. Jangan biarkan dia keluar dulu ya, saya hari ini akan pulang cepat!" Ucap Raka seraya mengancingkan benik ke lengan bajunya.
" Nggeh Den, tadi Ibuk nelpon kalau beliau belum bisa datang. Mau ada acara ke rumah Pak Wisang atau siapa gitu tadi!" Ucap Bik Nining.
Raka mengangguk paham. Mungkin acara dirumahnya Om Wisang. Begitu pikirnya.
Di kantor,
" Ko, yang kemaren sudah kamu carikan ganti?"
" Maksud saya orang barunya usah dapat?" Tanya Raka kepada Niko abdi setianya.
Niko adalah anak dari Om Devan . Pria dengan lesung pipi itu kini setia menjadi anteknya. Loyalitas tanpa batas yang di tunjukkan Om Devan semasa bekerja bersama Papa Abimanyu , membuat mereka berdua di pertemukan kembali dalam siklus yang sama di Delta Group.
Ia berharap Niko bisa seperti papanya.
" Nanti bos sendiri yang interview. Dari semua pelamar, cuma dia yang memenuhi kualifikasi. Saya enggak berani terima pegawai wanita. Bos sendiri yang bilang!" Tutur Niko tanpa mengalihkannya perhatiannya kepada laptop.
Pria itu memang cenderung lebih memiliki sikap santai. Agaknya garis gen dari Om Devan lebih mendominasi daripada Gen dari Tante Alexa.
"Baguslah!" Ia memang meminta Niko untuk tak mencari pegawai wanita. Terlalu riskan jika dia bekerja bersama wanita, tahu sendiri jika Raka sangat memuja mendiang istrinya. Bagi Raka, tak ada wanita yang baik seperti istrinya dulu.
Ya..walau pernikahan mereka karena dijodohkan oleh Papa Abimanyu. Raka yang memang memiliki sikap baik dan pengertian sedari kecil, menerima rekomendasi jodoh dari pria hebat itu. Seorang wanita yatim piatu.
" Ka, Mama masih dirumahnya Om Wisang sama papa. Kamu nanti kalau enggak keberatan bisa jemput Kalyna sekalian ? Nanang sedang mama kasih tugas lain!"
Pesan dari sang mama membuatnya mengalihkan atensi. Raka mengembuskan napasnya pasrah. Memiliki dua adik beda ayah dan beda ibu, yang masih duduk di bangku sekolah memang kerap merusuhi aktivitasnya.
Dan sialnya, Mama tidak percaya kepada orang lain selain dirinya.
Okelah kalau begitu!
.
.
Jodhi
Hawa dingin seolah menusuk kulit Jodhi. Lintang rupanya sengaja memaksimalkan suhu AC hingga titik terdingin sebelum wanita itu melesat pergi.
Kok sempat- sempatnya.
Jodhi merasa lebih rileks usai berganti oli. Naluri alami yang begitu nikmat. Hah, senangnya hidup. Apalagi, ia teringat jika ia menyelami kenikmatan duniawi itu bersama Lintang.
Namun, kesenangan yang ia rasakan rupanya hanya bersifat fana. Ia mendelik kala melihat dirinya yang seorang diri di kamar itu.
" Oh sial!"
" Kemana wanita itu?"
Jodhi tertegun demi melihat bercak noda diatas seprei putih kusut, dan terlihat sudah setengah mengering. Kusut karena aksinya.
Sial, darah keperawanan.
Dengan gusar dan terburu-buru Jodhi membuka pintu kamar mandi mandi namun kosong melompong.
" Brengsek!" Ia mengumpat seraya mengutuk dirinya sendiri, harusnya ia tidak tertidur. Membuatnya menyesal lantaran kini ia kehilangan Lintang.
Secepat kilat ia membersihkan dirinya lalu menelpon resepsionis melalui ekstensi pesawat telepon di kamarnya. Ia mendecak sebal kala mengetahui jika kunci kamar yang ia kantongi kemarin telah lenyap.
Wanita itu!
" Tadi malam sekitar pukul 01 jelang dini hari Pak!" Tutur pria yang kini melihat layar CCTV. Menampilkan Lintang yang berjalan keluar.
Astaga! Kenapa pria itu bisa kecolongan begini. Sejenak ia berpikir, ah tentu saja ia masih bisa menemui Lintang. Zaky, ya...pria itulah jawabannya.
Jodhi menyeringai licik.
.
.
Zaky
Ia masih ngantuk berat pagi itu saat seorang pria datang menginterupsi mimpinya. Pria gila yang semalam menodongkan senjata kepadanya itu, kini terlihat menyatroni kediamannya pagi ini. Benar-benar gila.
" Aku tidak tahu, sudah aku katakan. Kau yang membawanya semalam, kenapa kau malah mencarinya kemari?" Pria itu mendengus kesal.
Zaky dan para kancrutnya merupakan mahluk nocturnal. Alias hidup di malam hari, dan tidur saat siang hari. Persis kalong.
" Berikan aku alamat rumahnya, atau kau..." Jodhi hendak mencabut kembali senjata dari balik punggungnya. Dasar tukang ancam!
Membuat mata Zaky mendelik. Asu!
" Ok Ok stay calm!" Zaky benar-benar sebal, kesal dan tak suka dengan Jodhi yang tukang ancam. Berduit sih berduit, tapi enggak gitu juga kali.
Zaky terlihat meraih secarik kertas dan pulpen lalu menuliskan sebuah alamat. Sementara Jodhi terlihat menunggu. Benar-benar gila.
" Jangan tanyakan lagi, karena hanya itu tempat tinggal Melati yang aku tahu!" Zaky menyerahkan secarik kertas tersebut pada Jodhi. Dengan gerakan cepat dan kasar, Jodhi menyambar benda itu dengan tersenyum licik.
You must be mine!
.
.
.
.
.
To be continued....
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nina_Naina
wohooo...tdk semudaaah itu fergusooooo
2022-08-16
0
sanjana albirru
asisten kesannya lebih baik, antek ko seperti penjahat saja.
2022-08-09
0
Oma Yoma
apalagi dg yg virgin yaa. klo diluaran sana palingan kamu dapat lubang2 obralan bekas banyak orang 😠😠😠😠😠
2022-08-09
0