Bab 2. Sepenggal kisah
.
.
.
...🌺🌺🌺...
Raka
" Papa mandi dulu , kamu sama onty sebentar ya!"
Usai menyuapi Citra, ia kini hendak membersihkan dirinya dulu. Berharap rasa lelah yang menyerang dirinya sirna bersama tetasan air yang membasuh tubuh liatnya.
Sensasi air dingin ia resapi dalam-dalam. Mengalir di tiap inci kulitnya yang terlihat bersatu dengan otot-otot tubuhnya yang keras.
Ia menyurai rambutnya yang basah. Mata yang terpejam itu kini tanpa sengaja teringat akan bayangan wajah istrinya dulu.
" Titip Citra mas!''
Kalimat itu terus saja terngiang-ngiang di dalam pikirnya. Ucapan lembut yang keluar dari bibir sang istri sewaktu wanita itu menuju tempat operasi jelang Caesar anak kedua mereka.
Perasaan bersalah, menyesal, dan marah berkecamuk dalam hati. Menyerang sanubari terdalamnya.
" Raka!"
" Ka!"
Suara Mama sukses membuat dirinya mempercepat ritual mandinya. Tangan berotot itu terlihat menyambar handuk lalu membebatkannya ke bawah pinggang. Raka terlihat segar sekali.
CEKLEK
Pintu kamar mandi terayun dan menampilkan sebagian tubuhnya yang masih basah. Menatap Mama sambil menggosok rambutnya yang masih meneteskan air.
" Astaga kamu mandi lama amat! Ya udah mama tunggu di bawah, Citra barusan Mama lihat udah tidur. Mama pingin ngobrol sama kamu!"
Raka mengembuskan napasnya pasrah. Jelas Mama akan membicarakan soal ibu sambung untuk Citra lagi. Dan dia selalu No untuk hal itu.
Haish!!!
Tapi Raka tetaplah Raka. Pria yang selalu menuruti sang Mama sedari kecil. Kelamnya rekam jejak masa lalu papanya, seolah menjadi cermin dirinya untuk tak berlaku sama. Sebagai pria sejati, menyakiti hati wanita itu merupakan hal yang harus ia hindari.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kakinya yang terdengar jelas saat menapaki anak tangga. Disana sudah terlihat Papa Abimanyu.
" Papa! Kapan datang?" Raka mencium takzim tangan Abimanyu yang rupanya sudah datang ke rumahnya.
" Barusan. Kamu masih sering lembur?'' Ucap Abimanyu yang kini melihat Raka tengah mendaratkan tubuhnya ke sofa di hadapannya.
Menatap dirinya yang jelas tak bersemangat.
Raka mengangguk " Kasihan Niko Pah. Ada anak buah yang korup di divisi keuangan!" Tutur Raka sembari menyalakan remote TV malam itu.
" Kasih tahu dia Mas. Dulu mas juga enggak begitu amat kan? Citra ini butuh peran orang tua Ka!"
Sahut Mama yang muncul dari arah belakang, terlihat membawakan beberapa cangkir berisikan teh hangat dan kudapan.
Raka mengembuskan napasnya pasrah. Itu lagi- itu lagi. Abimanyu membenarkan posisi duduknya, menghadap ke arah anaknya yang kini fokus mengganti channel TV.
" Prinsip dari assiten itu untuk memudahkan pekerjaan kita Ka. Jadi jangan semua- muanya kamu yang ngerjain. Rugi bayar orang kalau kamu masih ngoyo begitu!"
Raka tertegun sambil memperhatikan Andhira yang meletakkan cangkir ke hadapan dua pria itu. Mengabaikan siaran berita lokal yang menayangkan aksi demontrasi para mahasiswa.
" Mama kamu benar, soal Citra ini jangan kamu anggap enteng. Papa enggak mau cucu papa kenapa-kenapa!" Ucap Abimanyu terlihat serius.
" Besok Raka mau datang ke sekolahnya!" Sahutnya cepat. Berusaha membuat kedua orangtuanya tahu jika ia juga seorang papa yang responsible.
" Bukan masalah kamu datang ke sekolahnya atau enggak, bukan juga soal kamu bisa marahin semua guru bahkan anak yang nyerang anak kamu, bukan itu!" Abimanyu berusaha memberikan pengertian untuk Raka.
" Ini soal peran kamu sendiri!"
Raka tertegun dan memilih mematikan Chanel TV yang makin membuat pikiranya semrawut saja.
" Kamu enggak bisa terus- terusan begini. Kamu masih muda, Citra juga butuh sosok wanita Ka. Pikirkan ini agar jalan kamu kembali seimbang!" Ucap Mama lagi-lagi.
Andhira menatap wajah putranya serius. Sudah sering sekali mereka berbicara serius begini. Mereka ingin Raka mau membuka hatinya untuk orang lain.
" Papa tahu kamu mencintai Visya. Tapi dalam perjalanannya, Citra membutuhkan Ibu nak!"
Sekarang Raka semakin mumet. Bukannya tidak ada yang mau dengannya, ada banyak bahkan berlomba-lomba malah. Namun, jujur posisi Visya di hatinya benar-benar telah paten.
" Jika kamu menolak rekomendasi dari papa, papa kasih kesempatan kamu untuk mencari sendiri!" Ucap papa Abimanyu. Jelas makin mengusik keteguhan hatinya.
Baru beberapa Minggu yang lalu, Papa Indra dan Mama Anggi juga memintanya mencari Ibu sambung untuk Citra. Sekarang, Papa Abimanyu dan Mama Dhira juga melakukan hal yang sama.
Oh astaga, ingin rasanya Raka menenggelamkan diri ke dasar bumi saja. Huh!
.
.
...🌺🌺🌺...
Jodhistira
" Maaf Tuan, Melati belum free. Dia penuh malam ini!" Tutur pria yang tadi ia temui. Membuatnya sedikit mendengus kecewa.
" Jadi nama malamnya Melati?"
" Berani sekali dia menolakku, aku ingin bertemu dengan manager cafe ini!" Sorot mata Jodhi begitu mengintimidasi pria itu.
" Ta.. tapi.."
" Ambil dan bawa aku kesana!" Ucap Jodhi mengeluarkan koceknya yang lumayan.
Pria itu meneguk ludahnya dengan tubuh bergetar, uang bergambar proklamator berjumlah lebih dari tujuh lembar itu jelas membuat dirinya goyah.
" Sebelah sini Tuan!"
Jodhi membuang puntung rokoknya usai hisapan terakhir sebelum ia mengikuti pria itu. Benar-benar tidak sabar untuk menemui Lintang.
Ia membuntuti pria itu melewati lorong-lorong gelap dengan suara musik yang memekakkan telinganya.
Tok
Tok
Tok
Pria itu terlihat mengetuk sebuah ruangan dengan pintu dari kaca tebal, terlihat eksklusif sekali.
" Masuk!"
Ia turut mendengar suara sahutan dari dalam. Tanpa menunggu lagi, ia kini memasukinya ruangan luas dimana ia melihat pria gemuk yang tengah memangku wanita sexy, terlihat buah dadanya menyembul keluar. Wow!
" Bos saya ma.."
" Saya ingin bicara dengan anda!" Ucap Jodhi memotong ucapan pria itu. Membuat pemilik papan nama bertuliskan Zaky itu membulatkan matanya.
" Kita lanjutkan nanti sayang!" Zaky mencium mesra bibir wanita binal itu. Benar-benar menjijikkan.
Ia hanya diam dengan wajah dingin saat wanita dan pria itu keluar. Kini, menyisakan dirinya dan seorang manager cabul dalam ruangan bercat monokrom itu.
" Aku ingin Melati malam ini juga!"
Pria itu tertawa " Melati tidak open BO, dia hanya pelayan. Kau bisa menyewa..."
KLAK
KLEK
Zaky mendelik saat Jodhi dengan gerakan cepat menarik pistol dan mengokangnya dalam waktu sepersekian detik. Sial!
Ya, Jodhi memang selalu membawa benda itu untuk melindungi dirinya.
" Jangan main-main kamu!" Zaky ketakutan, kenapa bisa ada pria kurang ajar di cafenya. Sial!
" Apa kau polisi?" Tanya Zaky dengan wajah pias.
" Apa aku terlihat bukan seperti bajingan?" Jodhi menarik senyuman licik.
Oh Shiit!
" Melati tidak open BO, sudah aku katakan. Dia hanya pelayan!"
" Lagipula jadwal dia penuh malam ini!" Zaky tentu saja bingung, jelas ia akan mendapatkan masalah jika main comot wanita yang jelas sudah di order itu.
" Oh ya? Kau pikir aku percaya? Bagiamana bisa wanita dengan pakaian minim tidak open BO?"
.
.
BRAK
Lintang yang tengah sibuk menuangkan minuman kepada tamunya dibuat terkejut akan kehadiran seorang pria yang memasang wajah dingin bersama managernya.
" Apa-apaan ini?" Ucap tamu pria yang tengah di layani oleh Lintang. Terlihat tidak suka.
" Sa..saya mohon maaf Tuan. Tapi..Melati harus..!" Zaky benar-benar bingung harus memulai dari mana. Pria gila itu terus saja mengancamnya lewat tatapannya yang begitu mengintimidasi.
Lintang terlihat bingung, apa maksudnya?
Zaky melakukan gerakan kepala sebagai tanda bagi Lily untuk membawa pria itu keluar. Menyisakan Lintang yang dibuat bingung.
" Tuan, Melati hari ini saya gantikan. Mari!" Ucap Lily dengan kalimat penuh rayuan yang sukses membuat tamu itu melupakan Melati.
Kini Lintang alias Melati benar-benar dibuat tak mengerti. Ada apa ini? Mengapa Zaky main ganti begitu saja.
" Melati, layanilah Tuan ini dengan baik. Dia sudah membayar empat kali lipat!" Ucap Zaky menatap sendu wajah Lintang. Menyiratkan jika ia terpaksa.
.
.
Lintang
Sejak kematian papanya, ia menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Ibunya sedang sakit keras. Kanker payudara yang di derita ibunya kian memperburuk kondisi keuangan mereka.
Kemoterapi dan juga pengobatan pendukung yang membutuhkan dana yang tak sedikit, jelas menjadi hal yang sifatnya memaksa Lintang untuk berbuat apapun.
Kehidupannya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat, ia yang kesulitan mencari pekerjaan terpaksa bergabung menjadi pemandu lagu juga pelayan demi membiayainya diri dan juga keluarganya.
Zaky merupakan pria yang pernah di tolong Lintang. Pria itu nyaris mati saat akan di keroyok oleh preman. Beruntung, Lintang yang lewat , mampumenolong meski ia sendiri babak belur dan harus berteriak meminta pertolongan orang lain.
Dari pertemuannya itulah, ia mendapat tawaran pekerjaan. Merasa berhutang budi, Zaky kemudian memperkerjakan Lintang di cafe plus-plus miliknya.
" Tenang, saya akan memilihkan tamu yang tidak akan macam-macam sama kamu!"
" Nanti kalau kamu sudah dapat kerjaan lain, kamu bisa keluar dari sini!"
Mungkin tidak akan ada yang percaya jika Lintang masih perawan. Zaky yang baik hati memang menjaga betul wanita itu. Dari kisah sulit yang dibeberkan olehnya, Zaky merasa iba dengan jalan terjal wanita manis itu.
Namun, saat datang seorang pria kurang ajar yang berani menodongkan pistol ke arahnya, ia tak tahu akan seperti apa nasib Lintang kemudian.
Jodhistira sialan!
"Melati, layanilah Tuan ini dengan baik. Dia sudah membayar empat kali lipat!" Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Ia kini tahu siapa Jodhi. Orang yang cukup berpengaruh dan anak pemilik Dapur Isun.
Ia bisa melihat sorot mata penuh tanya dari mata pria berkepribadian ganda itu. Ia kini terlihat memandang wajah pria yang menurutnya tak asing. Pria bertinggi diatas seratus delapan puluh itu terlihat sangat familiar.
Tapi dimana mereka pernah bertemu?
.
.
.
.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Fitriana Nanaz
aku mmpir lg kak.ini lanjutan kisah dhira dan abimanyu.ini cerita anaknya,raka dn jodi kan?pasti seru nih.😘
2022-08-13
1
Syifa Altafunnisa
mampir ya Thor,,,karya u yg pertama AQ baca,,,lanjut👍😘
2022-08-10
1
Kinan Rosa
ati ati Jo jangan sampai menyesal karena egoisme
2022-08-06
1