Part 15

Akeno membanting berkas laporan dengan perasaan marah. Beberapa data product barunya bocor ketangan lawan.

Sebenarnya itu bukan data sebenarnya. Akeno sudah mengantisipasi masalah ini dan tentu saja data asli masih tetap aman.

Akeno bukan pengusaha kemarin sore yang tak berpengalaman. Dia sudah terjun di dunia bisnis saat usianya baru menginjak delapan belas tahun. Hal seperti ini tentu saja sudah masuk dalam prediksinya, yang membuatnya marah adalah kinerja orang-orangnya yang sangat buruk hingga mampu dibobol pihak lawan. Bukan itu saja diantara mereka pasti ada penyusup yang tak diundang.

Dengan sorot mata kelam bak gelap malam Akeno menatap orang-orang yang bertanggung jawab terhadap bocornya data perusahaan.

Mereka hanya tertunduk tak berdaya dengan keringat mengucur deras. Dengan bocornya data penting ini, kerja keras rekan-rekan mereka menjadi sia-sia. Mereka tak tau data yang hilang itu adalah data palsu. Masalah ini hanya Akeno dan dua orang kepercayaannya saja yang tau.

"Aku beri waktu tiga hari. Tangkap pelakunya dan perbaiki keamanan data yang amburadul ini. Kalau dalam tiga hari masalah ini belum selesai ditangani. Kalian bisa memberikan surat pengunduran diri langsung padaku." ujar Akeno dengan suara berat dan dalam.

"Baik pak." sahut mereka serempak. Nyali mereka seketika menciut mendengar ancaman Akeno. Di pecat dari prusahaan ini perusahaan mana yang sudi mempekerjakan mereka. Bukan rahasia umum Andro Group perusahaan dengan gaji paling tinggi dan bonus paling besar. Tapi di pecat dari perusahaan ini jangan berharap bisa berdiri tegak dengan harga diri.

Akeno meninggalkan ruang rapat dengan Aura kemarahan yang masih mendominasi. Dua bulan ini ketenangannya terusik oleh tindakan nakal musuhnya. Ini bukan pertama kalinya terjadi pada rentang waktu dua bulan ini. Tapi ini yang terbesar karena langsung menyerang pusat yang di kuasai Akeno.

Dengan gerakan kasar dia menghempas tubuhnya keatas sofa. Sementara Samy sekretaris pribadinya duduk di depannya. Samy adalah teman sekaligus asisten pribadinya.

"Kita bisa langsung menggulung pelakunya tapi kenapa kau seperti sengaja memberinya ruang." ujar Samy membuka percakapan.

Akeno membuka matanya yang terpejam erat, menatap Samy dengan tatapan lekat. "Dia hanya cecunguk yang aku butuhkan adalah dalangnya.." desah Akeno.

"Aku kira kita punya cukup bukti menyeret dalangnya keluar dan bertanggung jawab.Atau kau sedang memberi dia pengampunan, atau sebaliknya kau berniat menghancurkannya." ujar Samy lagi.

Akeno menatap Samy lalu berdecak kesal. "Aku tidak berniat mengali lubang untuk menguburnya, tapi lelaki bodoh itu mendorongku kearah itu. Aku sudah memberi dia kesempatan untuk merenungi kesalahannya mengingat hubungan darah yang kami punya. Tapi dia terlalu bodoh untuk melihat kekuatan lawan dan memaksa untuk terus menyerang. Aku tidak memiliki banyak kesabaran untuk mentolerir tindakannya yang mebuatku mengalami banyak kerugian. Dia terlalu bernyali membuatku ingin mencabut pohon hingga keakar-akarnya." sahut Akeno.

Samy melihat aura membunuh itu dengan sangat Jelas dan dia tak meragukan kekejaman Akeno pada lawannya. Di usianya yang masih muda dia mampu membuat lawan bisnisnya tak berani menunjukkan taring didepannya.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Gresia tampak tertera dilayar. Melihat nama itu terlihat gurat senyum dibibirnya walaupun samar. Membuat Samy mengerutkan kening dia tak pernah melihat Akeno tersenyum saat membaca pesan atau menerima panggilan.

"Ada apa?" tanyanya berubah dingin.

"Temanku ingin berkunjung kerumah, kami punya tugas kelompok disekolah. Tapi aku menolaknya, jadi akulah yang harus kerumahnya untuk tugas itu." terdengar suara disebelang sana memberi penjelasan.

Akeno tak merespon, dia diam saja tak menyahuti. Di sebrang telpon kembali suara Gresia terdengar. "Baiklah diammu kuanggap sebagai persetujuan."

Akeno berdecak kesal. "Ini hanya alasanmu saja kan? Agar kau bisa keluar dengan teman-temanmu." tuduhnya dengan suara datar.

Gresia tak menyahut suasana hening sesaat lalu terdengar sambungan telpon terputus. Akeno tampak kaget sembari menatap ponselnya dengan kening berkerut.

"Berani sekali dia?!" omel Akeno.

Samy yang sedari tadi memperhatikan Akeno terkekeh geli. "Istrimu sungguh bernyali." tuturnya yang dibalas dengan pandangan tajam Akeno.

Ponsel Akeno kembali berdenting, kali ini pesan masuk dari Gresia. Ada dua pesan masuk yang pertama berisi nomor ponsel seseorang dan yang kedua berisi penjelasan Gresia.

'Kau bisa telpon nomor wali kelasku untuk membuktikan ucapanku tadi.'

Akeno terpaku menatap ponselnya lalu tertawa sinis. "Beginikah caramu menjelaskan pada suamimu? Dasar penjahat kecil!" umpatnya.

Samy ikut tertawa melihat kelakuan Akeno, dia tak tau persis apa yang terjadi yang dia tau Akeno sudah dikalahkan oleh istrinya.

"Apa yang kau tertawakan?!" bentak Akeno melotot ke Samy.

Samy menutup mulutnya berusaha menghentikan tawanya membuat Akeno semakin kesal.

Sementara ditempat lain Gresia menatap ponselnya dengan perasaan kesal. Kesal pada tuduhan Akeno yang tak berdasar. Dia tak punya pilihan lain, wali kelasnya memberikan tugas kelompok pada semua murid. Kelompok Gresia memilih rumahnya sebagai tempat untuk mengerjakan tugas kelompok.Tentu saja Gresia menolak ide mereka. Apa jadinya kalau sampai mereka datang kerumah Akeno, tak terbayang oleh Gresia apa yang terjadi.

Ponselnya berdering nyaring dan itu panggilan sura dari Akeno.

"Apa?!" Sapa Gresia ketus.

"Begitu caramu menyapa suamimu. Sepertinya aku perlu mengajari mu etika agar tau bersikap!" bentak Akeno dengan suara meninggi.

Gresia menjauhkan ponselnya dari telinga, suara Akeno membuat telinganya sakit. Tapi kemudian wajahnya berubah takut.

"Maaf." Lirih Gresia. Entah mengapa dia memiliki keberanian terhadap Akeno, dia menyesali sikapnya barusan.

Mendengar kata maaf dari Gresia Akeno mendesah ringan. "Sudahlah lupakan. Mengenai tugas kelompok, minta Adrian mengantarmu." titah Akeno datar.

"Iya." sahut Gresia singkat lalu memutus panggilan. Dia tak ingin berintraksi terlalu lama dengan Akeno, takut rasa nyaman itu hadir kembali dilubuk hatinya setelah hilang saat Akeno menghardiknya tadi.

Gresia bersiap, menyusun buku berisi tugas yang akan mereka diskusikan nanti. Kemudian meminta Adrian mengantarnya.

Mobil melaju meninggalkan Mansion menuju ke sebuah kawasan perumahan elite. Setengah jam kemudian mobil berhenti didepan rumah mewah dengan pagar ber-cat abu-abu.

Gresia harus menelpon temannya dulu agar diizinkan masuk oleh scurity.

"Nyonya yakin teman nyonya tinggal disini?" tanya Adrian. Ada gurat khawatir di bola matanya.

"Kurang tau juga, tapi dia memberiku alamat yang kuberi padamu tadi." sahut Gresia. Netranya mengamati rumah megah didepannya.

"Ada apa?" tanya Gresia saat melihat Adrian hanya diam membisu.

"Tidak ada nyonya." sahut Adrian sembari memperhatikan pintu gerbang yang terbuka otomatis.

Adrian membawa mobil masuk kedalam lalu memarkirkannya di garasi.

"Adrian kau bisa pulang sekarang tidak usah menunggu ku." ujar Gresia saat sudah turun dari mobil.

"Tidak apa nyonya. Tuan memintaku menunggu nyonya sampai selesai." jelas Akeno.

"Ya sudah, aku hanya takut kau bosan menungguku. Ya sudah aku masuk dulu." ujar Gresia kemudian berlalu pergi.

Kedatangan Gresia disambut oleh pelayan Yuni si pemilik rumah didalam sudah menunggu temannya yang lain.

Sementara Adrian sedang duduk di bangku taman dengan ponsel di telinga.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu tentang nyonya." ujarnya dengan Akeno di sebrang telpon.

"Katakan."

"Nyonya sekarang berada dirumah tuan Adam."

"Apa? bagaiman bisa!" seru Akeno panik.

"Teman sekolahnya adalah adik tuan Adam."

"****! Bawa dia pulang. Aku tidak mau Adam melihatnya." titah Akeno panik.

"Saya tidak yakin bisa meyakinkan nyonya agar mau saya bawa pulang."

"Sial!" geram Akeno dia juga tau Gresia bukan wanita penurut. Tapi itu rumah Adam mana mungkin dia rela membiarkan Adam melihatnya.

"Tuan apa tidak sebaiknya tuan mengundang Adam untuk bertemu agar tidak bertemu nyonya. Saya yakin saat ini sedang tidak dirumah." usul Adrian.

"Kau memang sangat berguna Adrian." puji Akeno. Segera setelah itu dia menghubungi Adam.

'

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

cemburu tak habis lah tu

2024-04-28

0

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Ayana kah adik Adam?

2024-04-28

0

ira

ira

panik g atuh panik lah masa gak🤣🤣🤣

2024-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!