Part 12

Akeno bisa merasakan tubuh Gresia bergetar halus, juga debaran jantungnya yang sangat keras. Disaat seperti ini Gresia mampu bersikap sangat tenang. Membuat Akeno salut akan pengendalian diri istrinya, padahal usianya baru tujuh belas tahun. Itu membuatnya penasaran bagaimana dia menjalani hidup bersama keluarganya dan bagaimana keluarganya memperlakukan Gresia.

"Besok Adrian akan mengantarmu pulang, sudah berapa bulan kau disini tapi belum sekalipun kau pulang mengabari keluargamu." bisik Akeno di antara rasa kantuknya. Hangatnya hembusan napas Akeno juga suara yang begitu lembut seketika meremangkan bulu roma Gresia.

"Hemm." sahut Gresia hanya dengan bergumam. Dia kehabisan kata dan darahnya serasa membeku ditubunya. Dekapan Akeno membuat sekujur tubuhnya menegang.

Seiring dengan rasa nyaman dan glenyar lembut yang mengelitik hatinya, Gresia pun terlelap dalam mimpi indahnya. Begitu juga Akeno.

Pagi sekali Akeno bangun, bergerak perlahan meningalkan tubuh hangat Gresia diatas ranjang.

Akeno mengguyur tubuh rampingnya dengan air dingin, menekan hasratnya yang mendadak timbul pagi ini. Berada dipelukan Gresia membuat kebutuhan paginya tak mampu ditahan lagi. Entah sampai kapan dia mampu menahan segala hasrat terhadap istrinya. Alih-alih menjauh, mendekap tubuhnya saja sudah berasa seperti candu.

Setelah sarapan Akeno meminta Adrian menemani istrinya kerumah orang tuanya. Semenjak neneknya menjemput Gresia dari rumah orang tuanya dia tak pernah pulang. Terakhir bertemu saat di KUA saat akad nikah. Itupun hanya dengan Ayahnya yang lain tak sudi datang.

Mobil yang dikemudikan Adrian berhenti di sebuah rumah berukuran cukup besar dengan halaman cukup luas. Rumah terdengar ramai karena hari ini hari libur.

Maria dan Jenifer juga sepertinya di rumah suaranya yang cempreng terdengar hingga halaman rumah. Mereka memang selalu terlihat rukun saat bersama walau di belakang saling menikam.

Ayahnya memiliki tiga anak dari Della. Satu laki-laki dan dua perempuan. Anak laki-lakinya jarang dirumah karena sudah bekerja di luar kota hanya sesekali dia pulang itupun hanya sebentar.

Gresia menekan bel dan menunggu untuk dibukakan pintu. Tak berapa lama bik Inah pembantu dirumah ini, juga teman Gresia saat dia tinggal disini. Tergopoh membuka pintu, dia tertegun menatap Gresia yang terlihat berbeda.

"Gresia?" tebaknya dengan mata menyipit. Gresia mengangguk sembari tersenyum. Bik Inah memandang takjub perubahan Gresia, dia bukan gadis lusuh seperti saat tinggal dirumah ini dulu. Auranya begitu kentara bak Kilau cahaya.

"Siapa bik!" seru Della dari ruang tengah menggema keseluruh ruangan.

"Nona Gresia nyonya." Sahut bik Inah.

Mendadak rumah menjadi sunyi, di ruang tengah mereka saling pandang.

"Suruh masuk." suara berat Raharja terdengar memerintah.

Gresia masuk bersama Adrian di belakangnya. Dengan santun dan sangat tenang Gresia duduk diantara keluarganya sememtara Adrian memilih duduk sedikit menjauh.

"Apa kabarmu Gres?" Tanya lelaki paruh baya itu sembari menatap lekat Gresia. Dia melihat banyak perubahan dari putrinya. Dia terlihat bersinar dan berkilau bak dewi.

"Baik ayah." sahut Gresia siangkat.

"Dia suamimu?" tanya Jenifer sembari menatap Adrian dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Adrian membungkukan sedikit tubuhnya, lalu memperkenalkan dirinya pada seluruh keluarga. "Saya Adrian nona. Asisten pribadi nyonya Gresia." jelas Adrian dengan sikap ramah.

Jenifer dan Maria membelalakkan matanya lebar-lebar. Gresia memiliki asisten setampan ini, lalu suaminya setampan apa?

"Pantas saja tak ingat pulang. Hidupmu sudah enak sangat sekarang ya. Tapi bisakah kau jadi kacang yang tak lupa pada kulitnya!" Cibir Maria dengan wajah sinis.

"Maaf kak, aku baru dapat izin suamiku untuk berkunjung." ujar Gresia dengan suara datar.

"Cih! pandai kau cari alasan!" timpal Jenifer tak kalah sinis.

"Jaga ucapan kalian. Kalian tidak tau siapa suminya kah? Mana bisa dia semaunya pergi tanpa izin suaminya. Dia nyonya Akeno sekarang." ujar Raharja menengahi.

"Apa Akeno?!" Seru kedua kakak beradik itu nyaris pingsan.

"Kenapa ayah tidak cerita dia menikahi tuan muda Akeno!" seru Jenifer berang.

Gresia mengerutkan alisnya menatap Jenifer. Apa urusannya dia menikahi siapa?

"Apa urusannya aku harus lapor padamu!" bentak Raharja berang. Andai Gresia pulang sendiri dia tak kan mempermasalahkan tingkah kedua anaknya. Tapi Gresia pulang bersama Adrian orang kepercayaan Akeno. Apa dia bernyali besar hingga mampu menutup mata dengan kelakuan putrinya terhadap nyonya Akeno.

"Bagus kau sudah menjadi nyonya terkaya di kota A ini. Itu berarti aku bisa memintamu mengembalikan sedikit-demi sedikit apa yang telah aku berikan padamu dulu,bukan?" Della yang sedari tadi diam tiba-tiaba ikut bicara.

"Della lancang kau!" hardik Raharja dengan wajah memerah. Di saat seperti ini dia merasa menyesal telah memanjakan Della dan anaknya hingga menjadi bodoh tak bisa membaca situasi. Melihat wajah merah padam Adrian saja membuat nyalinya menciut.

"Tidak apa ayah. Aku memang harus mengembalikan apa yang telah kalian berikan padaku dulu. Ibu, dari mana dulu aku harus membayar?" tanya Gresia dengan suara tenang dan sorot mata tajam.

Tiba-tiba Della merasa merinding oleh tatapan anak tirinya. Tapi sikap tamaknya membuatnya tak mau berhenti. "Aku memanjakanmu apa kau lupa? Aku hanya meminta sedikit dari biaya hidup yang telah aku habiskan untuk mengurusmu sedari kecil. Akeno pasti juga setuju dengan permintaanku ini." ujar Della penuh percaya diri.

Gresia menatap Della dengan lengkung samar dibibirnya, lalu mendesah berat. "Baiklah ibu kau akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan. Pakaian bekas, makanan sisa dan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Manakah yang lebih dulu yang harus aku kembalikan padamu?" tanya Gresia dengan sorot mata tajam. Dia sungguh tak ingin mengatakan ini, tapi sisi buruknya tiba-tiba muncul dan Gresia hanya mengikuti naluriah gelapnya tak ingin menepis sama sekali.

"Kau!" Pekik tiga wanita kesayangan Raharja bersamaan dengan wajah merah padam karena terbakar amarah.

"Kenapa ada yang salah?" tanya Gresia bengong seakan tak ada yang salah dengan ucapannya.

Raharja mengepal geram, dia menyadari apa yang diucapkan Gresia adalah benar. Tapi mendengar Gresia mengungkitnya hatinya geram. Selama ini Gresia selalu patuh padanya tak pernah berani menginjak harga dirinya seperti hari ini. Kalau tidak takut pada pengaruh Akeno Raharja pasti sudah menghukum Gresia. Tapi alih-alih menghukum dia justru menenangkan Gresia.

"Sudahlah, dia baru pulang setelah beberapa bulan tak pulang. Kalian malah membuatnya bingung. Gresia ibumu hanya mengujimu saja jangan terlalu diambil hati." ujar lelaki paruh baya itu sembari melirik anak dan istrinya dengan sorot mata tajam. Seakan memberi mereka peringata. "Sudah! Cukup!" dengan tatapannya.

"Tidak apa ayah aku paham." sahut Gresia santun.

"Makan sianglah disini, kau sudah lama tidak makan masakan bik Inah." bujuk Raharja.

"Baiklah ayah." Gresia mengiyakan permintaan ayahnya. Dia rindu pada bik inah yang sudah merawatnya sedari kecil. Baginya bik Inah sudah seperti ibu baginya.

Setelah basa-basi sejenak, Gresia meninggalkan Adrian bersama keluarganya. Sementara dia menemui bik Inah didapur. Memeluk wanita tua itu penuh haru.

Bik Inah terisak dalam tangis bahagia. Melihat penampilan Gresia dia yakin Gresia hidup dengan baik bersama suaminya.

"Apa suamimu sayang padamu? Sepertinya dia pria yang sangat kaya." ujar bik Inah sembari menatap lekat wajah ayu Gresia. Gresia menganguk pelan.

Setelah makan siang Gresia dan Adrian berpamitan pulang. Aura permusuhan masih terasa begitu kental, tapi sampai mereka tak berani buka suara.

Sesampainya di mansion, Gresia langsung masuk kedalam kamarnya merebahkan diri di tempat tidur.

Tiba-tiba dia begitu merindukan Akeno, aroma maskulin Akeno yang tertinggal pada bantal dan seprai memberikan perasaan nyaman pada Gresia. Dia memejamkan matanya seakan berada dalam dekap hangat suaminya. Konyol tapi saat ini dia hanya memiliki Akeno untuk bersandar.

Sementara di kantornya, Akeno sedang bersama Adam. Setelah makan siang dia mengunjungi Akeno yang tengah lembur di hari libur.

Adam duduk disofa di depan Akeno yang tengah sibuk menakan keyboard laptopnya.

"Katakan saja kau ingin apa?!" ujar Akeno dengan suara datar.

"Bantu aku cari seseorang," ujar Adam memeritahu maksudnya.

Akeno menghentikan kegiatannya, kini beralih menatap Adam. "Seseorang menyusahkanmu?"

Adam menggeleng. "Gadis kecil itu, aku belum menemukannya." ujarnya lirih.

"Penolongmu?"

"Hemmm."

"Dia menolongmu tanpa pamrih, untuk apa dicari. Atau kau berniat menjadikannya sebagai istrimu?" ujar Akeno acuh.

"Omong kosong, dia masih bocah. Aku hanya ingin menemuinya dan berterimakasih dengan semestinya. Kau tidak tau rasanya hampir mati, lalu seseorang datang menolong. Seumur hiduppun tak kan bisa menghapus memory itu." sanggah Adam.

Akeno mendesah berat. "Berikan datanya padaku."

"Ck, kalau aku memiliki data gadis itu. Aku tidak perlu bantuanmu." sungut Adam.

"Lalu, kau ingin aku mencari seseorang tanpa petunjuk apapun? Kau kira aku cenayang!" ujar Akeno berang.

Adam menarik napas dalam. Lalu mengeluarkan foto usang dari dompetnya. "Ini foto tujuh tahun lalu yang aku dapat dari dompetnya yang tertinggal." Adam menyerahkan foto lusuh itu pada Akeno.

Mata Akeno menyipit menatap foto kusam ditangannya. Didalam foto itu terlihat gadis rambut pirang sebatas tengkuk, mesang wajah muram dengan sotot mata tajam.

Rahang Akeno mengeras seketika, dia mengenali dengan jelas sosok gadis sepuluh tahun itu. Mata kelabunya serta bibir merah yang merekah, itu jelas milik Gresia.

"Dia yang kau cari?" tanya Akeno dengan sorot mata tajam.

"Iya tolong temukan dia untukku." pinta Adam sungguh-sungguh.

"Kau ingin apa dengan gadis ini?" tanya Akeno lagi, ada kilatan cemburu dimatanya.

"Untuk saat ini aku hanya ingin bertemu."

Akeno mendesah berat. "Baiklah, aku akan mencarikannya untukmu. Tapi aku tidak janji, mencari seseorang tanpa data. Sama saja dengan mencari jarum ditumpukan jerami."

"Aku tau, apapun hasilnya aku terima." sahut Adam.

"Baiklah aku akan coba cari. Sekarang kau pulanglah dulu. Aku ada janji bertemu klien sebentar lagi."

"Baiklah, aku pamit dulu." pamit Adam lalu beranjak pergi.

Akeno menatap foto yang dia yakini sebagai Gresia itu dengan perasaan kacau balau. Rasa penasaran menggelitik hatinya. Berbagai pertanyaan menghantui pikirannya. Benarkah hanya sekedar hubungan hutang budi.

"Ck! Sial!" umpatnya kesal. Kesal pada pikiran-pikiran aneh dikepalanya.

To be continuous.

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Semoga aja Adam nanti tak jatuh cinta ma Gracia.

2024-04-28

1

Ani Ani

Ani Ani

cemburu lah pulak

2024-04-28

0

Saparni HW

Saparni HW

mantap,bikin hstj dakwah dik duk krn penasaran

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!