Part 10

Di Paris, di sebuah apartemen mewah. Athalia berusaha menghubungi nomor Akeno berulang kali tapi tak ada jawaban. Tubuh langsingnya mondar mandir ditengah ruangan.

Sementara tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang lelaki berwajah tampan memperhatikan gerak geriknya dengan tarikan napas dalam.

"Berhentilah menelpon. Dia akan menerima terlonmu kalau dia mau. Atau telpon saja Adrian." ujarnya mengingatkan. Mendengar itu Athalia berdecak kesal.

"Adam diamlah! Atau kau keluar dari apartement ku!" Hardik Athalia geram. Sudah dua hari ini Gresia kehilangan jejak Akeno. Atau jangan-jangan lelaki itu sudah tidak berada di Paris?

Sementara lelaki yang dipanggil Adam cuma menggelang pelan. Adam adalah teman model Athalia juga temannya Akeno saat kulia diluar dulu.

"Besok aku pulang ke Indo, kamu tidak berminat ikut denganku? Aku yakin Akeno sudah meninggalkan Paris beberapa waktu lalu." ujar Adam memberitahukan niatnya pulang.

Athalia menatap Adam. Benar juga, menyusulnya ke Indo adalah ide bagus.

"Baiklah aku ikut saranmu." ujar Athalia sembari tersenyum miring. Adam mendesah berat, dia ikut pusing oleh tingkah kedua sahabatnya ini.

"Kalian berdua memang rumit. Yang satu begini satunya lagi begitu. Kenapa tidak menyerah saja kalian sepertinya tidak berjodoh." keluh Adam.

"Diamlah Adam! Kalau tidak mau mendukung langkahku, setidaknya diamlah." umpat Athalia kesal. Kembali Adam cuma mampu menggeleng pelan, entah pergi kemana sikap manis Athalia saat jauh dari Akeno. Didepan Akeno saja dia terlihat manja dan sangat rapuh. Tapi saat tak bersama Akeno sifat aslinya langsung keluar. Mulut kasarnya membuat orang gerah.

Adam adalah model papan atas yang lagi naik daun. Wajahnya yang tampan juga postur tubuhnya yang tinggi dan ramping sangat cocok dengan profesinya saat ini.

Adam menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, mengeluarkan dompetnya dari saku. Mengambil selembar foto yang sudah sangat usang. Foto gadis kecil yang begitu berarti untuknya, gadis kecil yang dengan berani menyelamatkan nyawanya saat tenggelam dan hampir mati.

Pulangnya kali ini tiada tujuan lain selain mencari kembali gadis kecilnya. Kali ini dia harus menemukannya, dia rindu dengan bola mata kelabu gadis itu.

"Masih belum ketemu juga gadismu?" tanya Athalia sembari duduk di depannya. Adam mengeleng pelan, matanya tak lepas melihat foto lusuh ditangannya.

"Kalau ketemu mau kau jadiin apa tuh anak?" tanya Atahalia lagi dengan dahi mengernyit.

"Dia masih bocah Athalia. Aku hanya bertetimakasih dan menhaganya selayaknya seorang kakak."

"Benarkah, aku kira kalian seumuran."

"Waktu itu dia masih sepuluh tahun. Sementara aku sudah dua puluh tahun."

"Benar-benar masih bocah." gumam Athalia.

Adam mendesah pelan lalu menyimpan foto usang itu kedalam dompetnya.

"Sudah pernah minta bantuan Akeno untuk mencarinya?" tanya Athalia. Adam menggeleng. "Belum, rencananya besok saat tiba di Indo aku minta bantuannya."

"Kalau dia turun tangan mencari gadis mu, pasti ketemu." ujar Athalia. Akeno memiliki banyak koneksi di kota A.Hanya mencari seorang gadis bukanlah hal yang sulit baginya.

****

Di ruang makan Akeno menunggu Gresia untuk sarapan, tapi gadis itu belum juga turun kebawah.

"Panggil nyonya, apa dia berniat melewatkan sarapan paginya." titahnya separuh mengerutu pada Gresia.

Belum Lagi pelayan naik tangga Gresia sudah terlihat turun dengan wajah masam. Akeno melihat wajah masam Gresia mengercitkan alisnya. "Ada apa dengan ekspresimu pagi ini. Ini kah caramu menyambut suamimu yang baru saja pulang dari perjalanan bisnis?" omel Akeno sembari menatap Gresia. Tatapannya kali terliihat sedikit lembut dari biasanya.

"Ada apa dengan ekspresi ku? Aku rasa tidak ada yang aneh." jawab Gresia terdengar ketus. Entah kenapa dia merasa kesal pada Akeno.

"Kau marah karena aku memelukmu sepanjang malam?" tanya Akeno tanpa emosi.

Gresia terbeliak kaget, dengan wajah bersemu merah dia mengulir pandangannya ke pelayan yang kebetulan ada disana. Walau dia suami istri tetap saja mengatakan hal itu didepan orang lain membuat Gresia malu.

"Atau karena berita viral di Paris kemarin?" tanya Akeno lagi. Gresia berdecak kesal, sejak kapan lelaki dingin ini jadi begitu cerewet.

"Berita di Paris itu benar atau tidak, bukankah itu bukan menjadi urusanku. Apalagi sampai membuatku kesal. Kau bilang pernikahan ini bukan keinginanmu, dan masalah pribadimu bukan wewenagku untuk ikut campur. Kau masih ingat kata-kata itu bukan?" sahut Gresia hatinya terasa berdenyut sakit saat mengatakan itu. Dia bohong kalau bilang tak perduli, dia bahkan terbakar api cemburu dan tidak tidur semalaman karena berita itu.

Akeno terdiam, tatapan tak senang jelas tertuju kearah Gresia saat ini. Entak mengapa Akeno kesal mendengar Gresia mengungkit perkataannya. Sementara Gresia bersikap acuh, dia memilih menikmati makan siangnya dengan hikmad.

"Kau benar, tapi aku sudah janji pada nenek menjagamu seumur hidupku. Maka pernihakan ini menjadi penting untukku." ucap Akeno dengan suara dalam. Lalu beranjak pergi meninggalkan ruang makan. Bahkan sarapannya masih tersisa separuh dipiringnya.

Gresia menatap kepergian Akeno dengan hawatir. Benarkah dia sudah bersikap keterlaluan pada Akeno.

Bik sumi datang memberesi meja makan, sementara Gresia masih mematung di tempatnya.

"Nyonya harus sedikit sabar terhadap tuan. Pergilah bujuk tuan, dia lelah sehabis perjalanan bisnis. Demi nyonya dia mempersingkat perjalananya menjadi lebih cepat seminggu." Jelas bik Sumi sembari mengelap meja makan.

"Dia bersenang-senang dengan Thalia di Paris. Dia tidakkan lelah walau pergi selama dua bulan." sungut Gresia. Bik sumi terkekeh, dia senang melihat rona kecemburuan diwajah dan ucapan nyonya mudanya.

"Tuan bahkan mengabaikan panggilan nona Athalia sebanyak puluhan kali. Kalau tuan ada main dengannya dia tidak mungkin mengabaikan nona Thalia." ujar bik Sumi.

Gresia menatap bik Sumi dengan mata menyipit." Benarkah?" Tanyanya tak yakin.

"Dia bahkan sampai minta tolong Adrian agar Akeno mau menerima telponnya. Tapi tuan tetap mengabaikan panggilannya." imbuh bik Sumi penuh semangat.

Gresia mendesah pelan, tiba-tiba terbayang olehnya sentuhan hangat Akeno saat dia memeluknya sembari terlelap tadi malam.

"Aku naik dulu bik." ujar Gresia.

"Iya nyonya." sahutnya dengan mata berbinar.

Gresia berdiri di depan pintu kamar Akeno. Jarinya sudah ingin mengetuk pintu itu berulang kali, tapi urung dia lakukan.

"Masuklah." terdengar suara berat Akeno dari dalam. Ternyata dia menyadari kehadiran Gresia didepan pintu kamarnya.

Gresia membuka pintu kamar Akeno dengan gerakan lamban. Didalam tampak Akeno duduk diatas ranjang dengan laptop di pangkuannya. Kamar ini sangat besar dan mewah. Saat masuk Aura dingin langsung menyergap Gresia. Membuat langkahnya terhenti hanya didepan pintu.

"Kau ingin berdiri saja disana?" tanya Akeno saat melihat Gresia hanya berdiri saja didepan pintu.

Gresia melangkah mendekat dan terpaksa duduk disebelah Akeno, saat lelaki itu mengisyaratkan agar dia duduk disebelahnya.

"Ada apa?" tanya Akeno sembari menatapnya. Sejenak Gresia linglung oleh tatapan tajam Akeno. Mata elang lelaki ini selalu membuat Gresia tak berdaya.

"Aku hanya ingin minta maaf." ucapnya sembari tertunduk.

"Untuk?" tanya Akeno dengan mata menyipit.

Gresia mendesah pelan. "Untuk semua ucapan tidak pantasku tadi."

Akeno menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Ucapanmu tidak ada yang salah. Tidak perlu minta maaf. Aku hanya kesal saat kau mengungkit perkataan yang bahkan aku sudah lupa pernah mengatakannya." ujar Akeno dengan nada suara yang terdengar begitu lembut. Gresia sampai terpana, dia semakin terlihat begitu sempurna.

"Bulan depan kau sudah harus magang bukan?" tanya Akeno kembali seperti semula datar dan dingin.

"Iya."

"Sudah tau mau kemana?" tanya Akeno dengan tatapan tajamnya. Gresia mengeleng.

"Aku kan carikan nanti." Ujarnya lagi. Gresia mengangguk kecil sebagai jawaban. Setelahnya hening, membuat Gresia gugup. Berada berdua dengan suaminya didalam kamar membuatnya mendadak berkeringat.

"Itu aku susah selesai. Aku permisi dulu." ujar Gresia pamit pada Akeno. Akeno yang terlihat sibuk dengan laptopnya menatapnya sekilas sembari mengangguk.

Gresia menarik napas lega, berada dikamar Akeno napasnya seperti tercekik. Aura akeno membuatnya tak leluasa.

To be continuous

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Yang dicari Adam,Gracia kali ya

2024-04-27

2

Rosmen Saja

Rosmen Saja

adammmmmmm....gadis kecilmu dijaga arkeno

2024-04-26

0

Ani Ani

Ani Ani

pelan2 TAPI harus

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!