Part 9

Pagi ini seperti pagi-pagi kemarin Gresia menjalani rutinitas seperti biasa. Sudah dua puluh hari sejak kepergian Akeno.

Berita Akeno sudah ditarik dari semua media, tapi gosip masih saja beredar dikalangan masarakat. Akeno sosok yang digandrungi para gadis tentu saja membuat mereka histeris saat tau dia kembali menjalin kasih dengan kekasih lama, mereka tak rela.

Karena berita itu nenek bahkan berkunjung kemansionnya menemui Gresia. Menghibur cucu menantunya. "Aku tidak kenal siapapun gadis yang dekat dengan Akeno diluar sana, yang aku kenal hanya kamu. Cuma kamu satu-satunya yang berhak menjadi cucu menantuku. Kamu tenang saja aku akan menghukum Akeno saat pulang nanti."

kalimat itu yang nenek ucapkan saat berkunjung dan Gresia tidak berusaha mencegah nenek menghulum Akeno. Entahlah dia malah merasa puas mendengar nenek memghukumnya.

Akeno sendiri tak lagi menghubungi Gresia. Dia terlalu sibuk untuk melakukan hal itu. Dia mempercepat kepulangannya karena insiden itu. Konsekuensinya dia tak memiliki waktu luang sedikitpun.

Kantin siang ini ramai, ini pertama kalinya Gresia kekantin di jam istrahat. Biasanya dia memilih perpustakaan sebagai rempat mengisi waktu.

"Hay Gresia kan?" gadis berwajah oriental berdiri didepan Gresia, menatapnya dengan tatapan ramah. Gresia mengangguk mengiyakan.

"Aku kety." gadis cantik itu mengulurkan tangan putihnya menyalami Gresia.

"Gresia." Sahutnya singkat.

"Dimana Ayana?" tanyanya dengan mata mengerjab indah. Gresia mengalikan pandangannya ke samping. "Itu lagi antri ambil makan."

"Oh ya, kamu satu kelas ya sama Harisah?" tanya gadis itu lagi. Gresia tersenyum lalu mengangguk. "Iya."

"Bisa minta tolong gak?" pintanya dengan mimik manja. Melihatnya Gresia tak mampu menolak dia kembali mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Gadis didepannya ini benar-benar memiliki sikap mengemaskan. Siapapun takkan tega mengasarinya.

"Berikan ini pada Harisah, kalau kau tidak keberatan." Gadis itu menyodorkan amplop berwarna pink melalui bawah meja. Gresia mengambilnya lalu memasukkannya kedalam saku roknya.

"Maaf menyusahkanmu. Harisah tidak membalas satupun pesanku. Aku dengar Harisah sering membuntutimu jadi..." ucapan Kety mendadak terjeda saat sosok Harisah terlihar berjalan kearahnya. Tepat saat Ayana datang dengan dua mangkuk bakso di tangannya.

"Ini bakso mu." Ayana meletakkan dua mangkuk bakso diatas meja.

"Makasih," ucap Gresia.

Sementara Kety terlihat gugup saat Harisah benar-benar dekat dengannya. Tepatnya di belakang Gresia.

Tanpa diminta Harisah duduk diantara mereka bertiga. Di samping Kety di depan Gresia. "Tumben kamu kekantin. Biasanya langsung ke perpus." ujarnya sembari menatap Gresia lekat, tanpa perduli orang di sekitarnya. Seakan akan dikantin ini cuma ada mereka berdua.

"Laper." jawab Gresia singkat, sembari mulai menikmati bakso didepannya.

"Oh ya kenalkan dia temanku," ujar Gresia pada Harisah. Sementara Ayana yang berada disampingnya menatap heran. Sejak kapan Kety jadi temannya. Gresia yang paham akan tatapan hean Ayana menepuk pundaknya pelan sebagai isyarat agar tak bertanya, Ayana pun paham.

"Harisah." Haris mengelurkan tangannya.

"Kety." Kety juga mengulur tangannya me yambut uluran tangan Harisah dengan ekpresi malu-malu.

"Gak pesan makanan, kak Haris?" tanya Kety msnja. Haris menggeleng. "Kemari gak niat makan. Cuma mau nyari dia." sahut Haris sembari menatap Gresia lekat.

Gresia seperti tak mendengar ucapan Haris, dia tetap focus pada mangkuk bakso nya. Membuat Harisah gemas. Tiba-tiba Gresia teringat akan surat Kety yang ada di saku rok nya.

"Oh ya Haris selesai makan aku ada perlu sebentar denganmu. Bisakah kita bicara berdua?" tanya Gresia, kini mata kelabunya berpindah menatap Haris. Sejenak Haris menikmati indahnya sepasang manik kelabu Gresia. "Bisa." sahutnya dengan binar dimatanya.

Selasai makan, Ayana langsung kekelas sementara Gresia dan Harisah mencari tempat sepi.

"Haris ini buatmu," ujar Gresia tanpa basa-basi sembari mengulur tangan yang memegang amplop berwarna pink.

"Surat?" tanya Haris dengan mata berbinar. Dia memiliki nomornya, kenapa harus mengiriminya surat?

"Iya, dari Kety." Jelas Gresia. Hilang sudah binar dimata Harisah.

"Kau memintaku pergi ketempat ini demi surat dari Kety?" tanya Harisah lagi dengan perasa kecewa. Melihat rasa kecewa dimatanya Gresia merasa bersalah, dia bukan tak tau Harisah sedang mengejarnya. Tapi Gresia tidak tertarik padanya sedikitpun.

"Maaf." Ucapnya pelan lalu berlalu pergi meninggalkan Harisah yang masih termangu di tempatnya.

Akeno terlelap cukup lama di dalam mobil yang melaju dari bandara menuju mansion.

"Tuan kita sudah sampai." Ujar supir pribadi Akeno dengan suara pelan. Akeno membuka matanya yang terlihat merah, memindai sekelilingnya.

Dengan langkah kecil Akeno masuk kedalam mansion, berjalan menuju lantai atas menuju kamarnya. Sampai dikamar Akeno mencuci muka dan berganti baju lalu kembali keluar kamar.

Langkahnya berhenti didepan kamar Gresia. Perlahan membuka handle pintu yang tidak terkunci lalu masuk dengan tenang.

Cahaya temaram di kamar Gresia, membuatnya terpaksa mendekat agar dapat melihat dengan jelas wajah istrinya.

Akeno menarik kursi kecil disamping tempat tidur lalu duduk disana. Memperhatikan dengan teliti lekuk indah wajah Gresia. Gresia memiliki alis yang terukir indah, bulu matanya juga lebat dan lentik. Hidungnya bangir khas bule, bentuk bibirnya tidak tipis tapi terukir dengan begitu sempurna. Dia benar-benar dewi dari Yunani. Dia tidak tau mengapa perasaannya bisa berkembang begitu cepat terhadap Gresia.

Padahal rasanya baru kemarin mereka masih menjadi orang asing satu sama lain. Tapi hari ini, dia begitu merindukan sosok istrinya.

Menatapnya Gresia terus menerus membuat keinginan tidur disampingnya timbul dibenak Akeno. Mungkin merasakan hangatnya mendekap tubuh Gresia bisa mengurangi rasa lelahnya yang teramat sangat. Dengan pemikiran itu, Akeno mulai naik ketempat tidur dengan sangat perlahan. Meletakkan kepalanya diatas bantal yang sama, menhirup aroma buah yang meruar dari rambutnya.

Dengan hati-hati Akeno mengankat tangannya memeluk tubuh sintal istrinya dengan lembut. Dia tak berniat melakukan sesuatu malam ini, dia hanya ingin tidur sambil memeluk tubuh hangat istrinya dan ikut terlelap dengan penuh ketenangan.

Menjelang pagi, Gresia terkejut saat bangun Akeno sudah ada disampingnya. Tertidur sangat nyenyak sembari memeluk tubuhnya. Bahkan wajah mereka berada dengan jarak yang sangat dekat. Saat napas hangat Akeno menyentuh wajahnya darahnya seperti membeku membuatnya sesak napas, ya tuhan Akeno benar-benar tampan.

Gresia mengerjapkan kelopak matanya berulang kali, memandang wajah tampan Akeno dengan hati bergemuruh tak menentu. Dia memang baru tujuh belas tahun, tapi reaksi tubuhnya sudah melampaui usia itu. Tubuh yang menyatu, kulit yang saling bersentuhan. Bukankah wajar bila dia bereaksi oleh semua itu.

Bahkan rasa ingin melabukan bibirnya kebibir Akeno sempat melintas dibenaknya. Tapi keinginan itu buyar seketika bersama datangnya bayangan dia di Paris bersama Athalia.

Tiba-tiba hatinya berdenyut sakit, rasa cemburu membakar hatinya. Bayangan kemesraan yang mampu mereka lakukan disana membakar hatinya. Lalu mengingat bahwa Athalia wanita istimewa bagi Akeno membuat hatinya semakin berdenyut sakit. Sadar akan siapa dirinya disamping Akeno membuat perasaan yang tadi merajai hatinya hilang perlahan.

Kini Gresia berada diruang olah raga, meninggalkan Akeno seorang diri dikamarnya.

Karena ini akhir pekan Gresia tak perlu terburu-buru pergi kesekolah dia bisa berolah raga dengan santai, memanfaatkan alat-alat yang ada diruangan ini.

Selesai olah raga dia kembali kekamar, saat tiba disana Akeno sudah tidak ada ditempat tidurnya. Melihat tempat tidurnya kosong Gresia kecewa dia berharap masih bisa melihat sosok Akeno disana.

Sungguh plin plan, sebentar marah sebentar rindu.

Dia mendesah ringan, menyambar handuk lalu pergi kekamar mandi.

"Aaaa.." Gresia berteriak sembari menutup kedua matanya dengan handuk.

"Biasakan mengetuk pintu sebelum masuk." terdengar suara datar Akeno dari dalam kamar mandi.

"Ini salahmu, kenapa kau ada di kamar mandiku!" hardik Gresia tanpa membuka matanya.

"Aku malas kekamarku, jadi aku pakai kamar mandimu." jelas Akeno santai. Kemudian beranjak keluar kamar mandi melewati Gresia yang masih menutup matanya dengan handuk.

To be continuous

Mohon maaf karena signal emang yang hilang timbul menyebabkan kesalahan teknis pada bab yang di unggah 🤭🤭🙏🙏

To be continuous.

Terpopuler

Comments

Rosmen Saja

Rosmen Saja

hahahaha....cinta dlm hati....siapa yg tau...hanya author yg tau,iya kan thor

2024-04-26

3

Ani Ani

Ani Ani

pelan 2 meraka Akan bersatu nanti

2024-04-28

0

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Cie ciee yng mulai jatuh cinta 😘

2024-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!