Part 7

Akeno berdiri dibalik pintu kamar Gresia memanggilnya untuk pergi makan malam. "Gresia apa kau sudah siap. Kita akan makan malam sekarang."

Beberapa detik kemudian Gresia membuka pintu, gaun merah muda tanpa lengan dengan panjang sebatas lutut membalut tubuhnya dengan sempurna. Memperlihatkan sepasang kakinya yang jenjang dan mulus. Akeno menatapnya tak berkedip, tubuh dan gestur Gresia saat ini sungguh jauh dari usia tujuh belas tahun.

"Dari mana kau mendapatkan gaun seperti ini?" tanya Akeno dengan suara beratnya. Gresia termangu untuk beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Akeno.

"Dari Adrian."

Akeno berdecak kesal. "Pergi ganti bajumu yang lebih panjang. Aku tidak mau melihatmu memakai gaun seperti itu keluar dari rumah." Titahnya sembari beranjak turun kelantai bawah.

Tanpa membantah Gresia segera mengganti gaunnya dengan celana panjang dan kemeja pas badan. Lalu bergegas menyusul Akeno kelantai bawah.

Di bawah Akeno langsung disambut oleh Adrian. Melihat Adrian membuatnya ingat jawaban Gresia tadi. "Besok minta bik sumi membuang gaun mini kurang bahan dari lemari Gresia dan kau, belikan dia pakaian yang sesuai dengan usianya." titah Akeno dengan wajah kelam.

"Baik tuan."

Bersamaan dengan itu Gresia sudah berada diantara mereka. Akeno menatap Gresia dengan perasaan puas. "Ayo pergi."

Gresia mengangguk lalu mengikuti langkah Akeno menuju garasi mobil.

Akeno sudah melakukan reservasi restaurant mewah untuk mereka berdua. Begitu masuk kedalam restauran Gresia mengulir pandangannya keseluruh ruangan dengan tatapan takjub. Dia sering melihat kemewahan seperti ini melalui ponselnya tapi tak pernah menyangka dia bisa menikmatinya dengan nyata.

Akeno membawanya keruang pribadi, hanya ada mereka berdua disana. Hal ini membuat Gresia sedikit gugup dan berkeringat. Melihat itu Akeno menambah suhu dingin pada pendingin ruangan dia mengira Gresia kegerahan karena pendingin ruangan yang kurang dingin.

Tak berapa lama pelayan datang membawa hidangan makan malam mereka. Akeno sengaja memesan makanan sebelum mereka sampai agar tak lama menunggu.

Saat Akeno ikut menata hidangan di meja, Gresia melihat cincin yang terselip di jari Akeno. Dari bentuknya dia tau itu adalah cincin kawin mereka. Tak ada yang istimewa yang dia rasa saat melihat itu, dia tau Akeno memakainya karena nenek bukan karena dirinya. Dia terbiasa menganggap dirinya tidak penting bagi orang lain.

"Aku akan ada perjalanan bisnis besok. Mungkin kali ini aku pergi cukup lama, mungkin satu bulan. Kau belajarlah dengan baik, jangan terpengaruh oleh hal yang tidak penting. Kalau butuh sesuatu ada Adrian yang bisa kau andalkan," ujar Akeno membuka percakapan. Gresia dapat merasakan kelembutan pada ucapan Akeno.

"Iya." Sahutnya singkat, lalu kembali mengunyah nasi dimulutnya.

Setelahnya Akeno tidak mengatakan apapun lagi, mereka makan dengan suasana hening. Hanya suara sendok beradu dengan piring yang terdengar. Mereka memang pasangan yang serasi, keduanya lebih senang tenggelam didunia mereka sendiri ketimbang peduli dengan orang lain.

Begitu juga saat perjalanan pulang. Akeno terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Gresia menatap keluar jendela melepas angannya bersama deru angin malam.

Gresia menghempas tubuhnya diatas kasur, dia tidak melakukan apapun tapi merasa sangat lelah. Dia barusaja akan membuka layar ponselnya saat notifikasi di ponselnya berdering. Keningnya mengernyit saat melihat satu pesan masuk. Dia tidak menyimpan kontak siapaun kecuali milik Akeno.

Dengan perasaan ragu dia membuka pesan yang memang benar dari Akeno. 'Tidurlah yang nyenyak. Besok aku pergi pagi-pagi sekali' bunyi pesan Akeno.

Bola mata kelabu Gresia seketika berbinar indah, ada lengkungan tipis di bibirnya. Hatinya menghangat, ada perasaan aneh tiba-tiba menyusup kedalam hatinya, rasa yang indah, begitu indah. Seperti segerombolan kunang-kunang menerangi di gelap malam. Gresia tak berusaha menepis segala yang dia rasa dia memilih menikmatinya kemudian membalas pesan Akeno. 'Iya.'

Paginya saat Gresia bangun Akeno sudah pergi untuk waktu yang sangat lama. Pertama kalinya bagi Geresia merasa sangat sepi tanpa Akeno.

Di meja makan, Gresia sarapan tanpa semangat. Dia baru saja merasa sangat nyaman oleh kehadiran Akeno. Tetapi lelaki itu harus pergi cukup lama. Sembari makan sesekali dia melihat kursi yang biasa di tempati oleh Akeno. Terbayang olehnya tatapan tajam Akeno melihat kearahnya. Tanpa sadar senyum tipis terlihat dibibir merahnya.

Selesai sarapan Gresia langsung berangkat kesekolah diantar Adrian. Sesampainya di sekolah kedatangan Gresia langsung disambut Jeritan Ayana memanggil namanya.

"Hey! Gres."

Gresia berhenti sejenak menunggu Ayana yang berlari kearahnya dengan napas terengah.

"Gres, kau buat aku penasaran setengah mati. Aku mau menelponmu bertanya sesuatu tapi aku tidak punya nomormu." ujar Ayana dengan napas yang masih memburu.

"Penasaran denganku?" tanya Gresia dengan mata menyipit. Ayana mengangguk tegas sembari menatapnya lekat seakan ingin menelan Gresia hidup-hidup.

Ayana menarik tubuh Gresia ketempat yang lebih sepi. "Tadi malam kau kemana?" tanya Ayana sembari menatapnya curiga. Gresia berpikir sejenak, lalu dia ingat bahwa tadi malam dia makan malam bersama Akeno.

"Kenapa kau ingin tau aku kemana?" Gresia balik bertanya.

"Aku melihatmu makan malam bersama seseorang." ujarnya masih dengan tatapan curiga.

Tebakan Gresia benar, Ayana melihatnya dengan Akeno. "Ooo itu. Aku makan malam dengan pamanku." sahut Gresia dengan sangat tenang.

Ayana menghela napas lega. "Ohh sukurlah. Aku mengenal siapa lelaki yang bersama mu, aku sudah berpikir buruk tentangmu." jelasnya jujur.

"Kau mengenal Akeno?" tanya Gresia.

"Bukan mengenal seperti itu. Dia lelaki populer dikota ini semua wanita mengenalnya begitu juga aku. Tapi dia belum tentu mengenal kami. Karena kami hanya mengenalnya melalui media sosial dan berita online." ujar Ayana. Gresia mengangguk paham.

"Ngomong-ngomong dia benar pamanmu?" tanya Ayana masih tak percaya pada ucapan Gresia. Saat di restaurant Ayana bisa melihat dengan jelas sikap Akeno terhadap Gresia. Itu terlihat bukan sikap paman pada keponakannya.

"Tentu saja, kami dekat satu sama lain." sahut Gresia.

Ayana kembali menarik napas lega. "Itu bagus, aku dengar dia banyak dekat dengan wanita. Tapi tak satupun dari mereka yang dianggap serius oleh Akeno. Aku sempat khawatir kau salah satunya. Tapi mendengar dia pamanmu membuatku lega." ujar Ayana sembari menatap Gresia. Gresia baru akan menanggapi ucapan Ayana tapi bell masuk terdengar berbunyi.

"Bell masuk tuh." ujar Gresia sembari menatik lengan Ayana berjalan kedalam kelas.

ucapan Ayana tentang Akeno mempengaruhi pikiran Gresia. Entah mengapa dia merasa kesal dengan cerita tentang Akeno. Lelaki yang memiliki banyak pacar dan hanya ingin bermain-main. Sungguh sifat yang tak terpuji.

Pikiran-pikiran itu membuat mood Gresia memburuk seharian ini. Hal ini tak luput dari perhatian Adrian. Dia tau sesuatu terjadi pada Gresia hingga membuat nyonya muram sepanjang perjalanan.

'Tuan, sepertinya nyonya mengalami hari yang buruk disekolah. Bisakah tuan menelpon untuk menghibur nyonya.' bunyi pesan Adrian yang dikirimnya pada Akeno begitu mereka tiba di mansion. Tak ada balasan dari Akeno, tapi Adrian yakin Akeno segera merespon pesannya.

Gresia menelungkupkan tubuhnya diatas kasur masih dengan seragam sekolah lengkap. Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. Hanya satu orang yang tau nomor ponselnya, apakah Akeno benar menelponnya?

"Halo."

"Sudah pulang sekolah?" suara berat Akeno terdengar diujung telpon.

"Baru saja," sahut Gresia dengan hati berdebar kencang. Suara berat Akeno seakan mengelitik daun telinganya, menimbulkan debaran aneh di sudut dihatinya.

"Apa yang terjadi disekolah? Aku dengar kau pulang dengan mood yang kurang baik," tanya Akeno.

Gresia langsung mengutuk Adrian. Lelaki itu apa harus melaporkan hal sekecil ini pada Akeno. "Tidak ada yang terjadi disekolah. Hanya saja aku kurang tidur tadi malam." kilah Gresia. Walau dalam hati dia merutuki Akeno. Karena dia Gresia kehilangan selera sepanjang hari.

"Aku pergi belum sehari, kau sudah dapat masalah." ujar Akeno yang terdengar seperti gerutuan oleh Gresia.

"Maaf." sahut Gresia cepat. Dia terbiasa mengucap maaf saat seseorang menganggapnya salah, tak perduli dia salah atau benar. Kata maaf Gresia membuat Akeno kehilangan kata. Setelah sunyi beberapa saat suara Akeno kembali terdengar.

"Pergilah makan siang, aku baru saja sampai. Aku akan beristirahat sebentar." ujar Akeno.

"Iya." sahut Gresia singkat, lalu memutus panggilan. Setelahnya dia kembali membenamkan kepala diantara tumpukan bantal.

Rasa apakah ini, hatinya berdebar dengan sangat kencang saat sura berat Akeno terasa begitu dekat ditelinganya. Suara yang begitu merdu dan sangat seksi. Dia bahkan lupa rasa gundahnya pada Akeno.

"Jangan gila kau Gresia. Kau masih tujuh belas tahun." Umpatnya untuk dirinya sendiri. Lalu terdengar ketukan halus dipintu kamarnya.

"Nyonya, makan siang sudah siap."

"Baiklah sebentar lagi aku turun."

To be continuous

Readers dukung emak please 🙏🙏🥰🥰

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

DIA cemburu lah tu

2024-04-28

0

Rosmen Saja

Rosmen Saja

uncle lope lope

2024-04-26

0

ira

ira

paman yg mn tuh🤣🤣🤣🤣

2024-04-04

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!