Pagi ini Gresia bangun seperti biasa, setelah olah raga lalu mandi kini dia sedang menunggu Akeno di ruang makan. Tak berapa lama Akeno keluar dari pintu kamarnya menuruni anak tangga.
Dada Gresia berdetak kencang saat Akeno menatap kearahnya. Berjalan dengan begitu Arogan menuruni anak tangga satu demi satu. Gerakan mengancingkan lengan kemeja terlihat begitu sempurana dan sangat menggoda dimata Gresia. Akeno terlihat begitu tampan dan berkilau dimatanya pagi ini. Walau hatinya tak karuan tapi Gresia berusaha bersikap setenang mungkin, menyembunyikan perasaan gugup dari tatapan tajam Akeno.
"Setelah sarapan kita akan pergi mengunjungi nenek." ujar Akeno sembari mengisi piring kosong didepannya, mengisinya dengan sarapan pagi.
"Baik." sahut Gresia patuh. Seperrinya akhir pekan ini Akeno tak pergi kekantornya. Pantas dia hanya mengenakan kemeja putih. Kemeja yang mencetak tubuh ramping tapi terukir dengan sempurna. Memperlihatkan otot-otot yang terpahat dengan porsi yang pas dengan bentuk tubuhnya. Sangat seksi.
"Ada yang salah dengan kemejaku?" tanya Akeno dengan suara berat. Gresia terjingkat kaget. Akeno memergoki tingkahnya, ini sungguh membuatnya malu. Pipinya seketika bersemu merah.
Akeno yang melihat semburat merah dipipi istrinya, mengumpat dalam hati. Sebab hatinya tiba berdebar kencang seperti deburan ombak ditepi pantai.
Tak bisa dipungkiri, Gresia gadis dengan sejuta pesona. Segala yang melekat ditubuhnya adalah sempurna. Andai usianya bukan tujuh belas tahun.
Selesai sarapan, Akeno dan Gresia mengunjungi nenek di Vilanya. Kedatangan Akeno beserta istrinya tentu saja disambut suka cita oleh nenek.
Gresia duduk disamping nenek dengan manja. Tinggal beberap bulan dengan nenek Akeno, membuat hubungan mereka cukup dekat. Nenek Akeno adalah orang pertama yang memberikan dia kasih sayang. Gresia tak mungkin lupa rasa itu. Perasaan hangat dan begitu damai saat bersama dengan nenek.
"Apa Akeno memperlakukanmu dengan baik Gresia." tanya nenek menyelidik, netranya menyipit menatap Gresia.
"Iya nek, dia pria yang baik." sahut Gresia dengan lembut, jemari mungilnya menyentuh jemari nenek, mengusapnya lembut.
Nenek kini beralih pada Akeno, matanya melebar saat melihat jemari Akeno yang kosong melompong.
"Sudah menikah tapi tidak memakai cincin kawin! Apa kau berharap mendapat wanita lain diluar sana?!" bentak nenek dengan sorot mata tajam.
Akeno repleks menatap jarinya lalu mendesah ringan. "Gresia masih sekolah nek. Kalau dia memakai cincin kawin akan membuat gosip dilingkungan sekolah. Dia harus focus belajar tanpa harus diganggu oleh gosip-gosip seperti itu." jelas Akeno panjang lebar.
"Aku tau itu yang aku bahas bukan Gresia, tapi kau Akeno. Apa kau menganggap pernikahan ini cuma lelucon. Kau mau memperlakukan istrimu seperti cerita disinetron-sinetron. Menikahi dia karena terpaksa lalu menceraikan dia setelah aku mati? Kalau memang seperti itu yang ada dibenakmu. Arwahku akan mengutukmu setelah aku mati." cecar nenek dengan ekspresi marah.
Akeno tercekat, sekilas dia melirik Gresia yang juga mengalami perubahan pada air mukanya. Niat itu sudah terlanjur terucapkan didepan Gresia saat dia pertamakali masuk kerumahnya, ucapan nenek tentu saja membuat Akeno tak enak hati.
"Aku tidak seperti itu nek." sahut Akeno dengan suara pelan. Mendengar itu Gresia melirik Akeno, menatap diam-diam wajah oriental suaminya.
Neneh mendesah berat, dia sudah sangat tua dan sakit sakitan. Dia tak mau setelah dia mati nanti Akeno malah menyia nyiakan Gresia. "Jangan kecewakan nenek Akeno. Kau adalah putra dari pria terhormat. Ayahmu disegani semua orang karena sifatnya yang mulia. Jadi jangan nodai kemuliaan ayahmu dengan keegoisanmu. Nenek sudah tua, tapi nenek belum buta sampai tidak bisa menilai sifat pribadi orang. Gresia sudah melalui tahap itu, aku harap kau paham." ucap nenek dengan lembut penuh kasih sayang.
Ucapan nenek membuat Akeno mengalihkan pandangannya pada Gresia. Sebenarnya tidak buruk menetapkan hatinya pada Gresia. Dia tidak menyangkal ucapan neneknya tentang kelebihan Gresia. Tapi di hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal. Bayangan masa lalu yang masih belum bisa dia lupa sepenuhnya.
"Nenek jangan khawatir, aku akan menjaga Gresia seumur hidupku." tegas Akeno. Mendengar itu nenek menarik napas lega. Dia tau Akeno lelaki yang teguh pada janjinya, seperti Almarhum ayahnya.
"Kau memang darah dagingku Akeno." desis nenek dengan mata berkaca-kaca. Sementara Gresia diam mematung mendengar janji Akeno. Entah perasaan apa yang berkecamuk di hatinya saat ini, dia tak memahaminya. Satu yang dia pahami saat ini, dia mulai menyukai kehadiran Akeno disisinya.
Setelah makan siang, Akeno membawa Gresia pulang. Mereka tak langsung pulang kerumah. Akeno membawa Gresia ketempat pusat perbelanjaan. Membeli beberapa barang keperluan dirumah juga ponsel untuk Gresia.
"Ada yang kau suka?" tanya Akeno di depan etalase toko handphone ternama di kota A. Gresia tak menyahut, netranya sibuk melihat benda pipih yang berjejer didalam etalase. Dia buta pengetahuan tentang gadjet diminta memilih tentu saja membuatnya bingung. Paham akan kesulitan Gresia Akeno neminta pelayan toko memilihnya.
"Tolong carikan ponsel terbaik untuk nona ini." titahnya pada pelayan toko.
"Baik pak."
Tak butuh waktu lama pelayan toko membawakan handphone terbaru dengan harga pantastis. "Ini yang rerbaru tuan sangat cocok dengan selera anak muda sekarang." Ujar pelayan toko sembari menyerahkan handphone ditangannya pada Gresia.
"Uji dulu lalu bungksus." ujar Akeno.
"Baik tuan." Pelayan itu menguji ponsel itu dengan teliti, setelah di kemas lalu diberikan pada Gresia.
Setelah selesai Akeno langsung membawanya pulang.
"Berikan ponselmu padaku," pinta Akeno sembari mengulurkan tangannya pada Gresia. Tanpa bicara Gresia mengangsurkan paper bags pada Akeno.
Akeno mengeluarkan ponsel yang baru dia beli tadi. Mengutak atik ponsel itu sekejap lalu menyerahkan ponsel itu kepada Gresia.
"Bawa selalu ponsel itu bersamamu. Telpon aku bila kau butuh bantuan, nomorku sudah tertera di situ." ujar Akeno. Netranya menatap wajah Gresia lekat, tepatnya pada mata kelabu milik Gresia. Mata kucing yang tampak bersinar berkilauan, sungguh mempesona.
Sementara Gresia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Hatinya tengah berperang saat ini, rusuh dan tak terkendali. Tatapan Akeno membuat jaringan syarafnya lumpuh seperti tak berpungsi. Wajah oriental dengan garis rahang yang begitu tegas sungguh mempesona. Apalagi saat tangan Akeno bersentuhan dengan kulitnya saat menyerahkan ponsel padanya, dia berasa disengat aliran listrik dengan dengan voltase rendah.
Mobil berhenti di depan mansion, Akeno turun diikuti oleh Gresia dibelakangnya.
"Istrahatlah, malam nanti kita akan keluar makan malam." ujar Akeno tanpa menoleh kebelakang. Dia terus melangkah masuk kedalam kamarnya.
Duduk ditepi ranjang sembari berdiam diri, manik hitam Akeno menatap nakas tak berkedip. Beberapa menit kemudian, dia membuka nakas dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Kotak beludru berwarna marun, Akeno membukanya perlahan. Ada sepasang cincin kawin sederhana didalamnya. Akeno mengambil salah satunya lalu menyematkan dijari manisnya. Mulai hari ini Gresia adalah tanggung jawabnya seumur hidup.
To be continuous
Hay readers emak yang udah mampir jangan lupa kasih dukungan ya 🙏🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sulas Tri
AQ suka laki2 yang bertanggung jawab
2024-08-14
2
R yuyun Saribanon
kamu laki2 akeno.. ceritanya makin menarik
2024-07-06
4
Ani Ani
semoga rumah Tanga nya berkekelan selama2 nya
2024-04-28
7