Gara-gara Tawuran

Jefri melajukan motor dengan kecepatan tinggi menyusul Bimo dan Daniel.

Mereka menaiki motor mereka masing-masing menuju tempat di mana Iqbal sedang di keroyok.

Mereka melajukan motor dengan kecepatan penuh, karena jalan sedang sepi dan jarak dekat dengan sekolah.

Ya maklum karena masih jam sepuluh jalanan nampak sepi, Daniel tiba di tempat Iqbal.

"Woe lepasin teman kita," perintah Daniel yang baru saja memakirkan motornya.

Salah satu teman Bimo baru berani muncul, dia dari tadi cuma berani mengawasi dari jauh perkembangan Iqbal, dia tidak berani mendekat karena bisa saja dia bernasib sama babak belur di tangan mereka semua.

"Untung kalian cepat datang, kalau tidak sudah habis tuh Iqbal. Lihat saja tuh mukanya bonyok semua," kata Haris menepuk pundak Bimo.

"Siapa kamu, enak saja main perintah," jawab orang itu sewot.

"Sikat aja," teriak orang di belakang nya.

Daniel memandang ke arah mereka dan benar saja jumlah mereka ada 8 orang sedangkan Daniel cuma berempat.

"Lepasin teman kita, kalau berani lawan aku," tantang Daniel menunjuk orang yang sedang memegang kerah seragam Iqbal.

Daniel bersiap maju memasang kuda-kuda, Daniel melempar tas nya pada Bimo.

"Bim taruh tas ku di motor," perintah Daniel.

"Oh kamu yang namanya Daniel, kenalin aku Regi tidak takut padamu," kata Regi menepuk dadanya dengan sombong, membuat Daniel berdecih malas.

"Kalian diam saja, ayo lawan mereka," teriak Regi pada temannya.

Akhirnya terjadilah perkelahian antara mereka semua. Mereka berkelahi di jalan raya yang sepi tetapi masih ada orang yang berlalu lalang di jalan itu, karena ada salah satu orang mengenali sekolah mereka dan melaporkan kejadian tersebut pada sekolah masing-masing.

Lima belas menit para guru berdatangan melerai perkelahian kedua kubu tersebut, dengan marah, kesal karena menahan malu para guru mencoba membawa muridnya masing-masing untuk di bawa ke sekolah untuk dilakukan tindakan. Ya hukuman apa yang mereka dapatkan.

Daniel mendengus kesal saat dia sedang menghajar Regi membabi buta tubuhnya di tarik dua guru, karena posisi Regi sedang di bawah dan Daniel mendudukinya dan memukulnya tanpa ampun.

Kedua guru itu kewalahan menarik Daniel karena tenaganya. yang tak sebanding dengan Daniel.

"Pak tolong bantu saya pisahkan mereka," teriak guru BK pada guru sekolah sebelah.

"Stop..... Berhenti semua," teriak guru BK pusing menghadapi tingkah mereka yang masih saja berkelahi.

"Cepat ikut kami balik ke sekolah," ucap guru sebelah menjewer telinga muridnya.

Akhirnya mereka semua berhasil di bawa kembali ke sekolah.

Sesampainya di ruangan BK.

Brakkk

"Kalian mau jadi apa ha? berantem kerjaannya," kata guru BK sambil memandang ke lima orang itu.

"Panggil Bu Diah suruh kemari bawa perlengkapan obat buat obati luka mereka," perintah Pak Beni selaku guru BK pada salah satu murid yang lewat depan ruang BK.

"Iya pak," jawabnya berlari menuju ruang UKS.

"Enaknya apa sih berantem, muka bonyok dan buat nama sekolah menjadi tercoreng?" ucap pak Beni membuat mereka semakin menunduk karena malu.

"Siapa yang mau menjelaskan masalah sebenarnya," kata pak Beni berjalan di depan kelima murid itu memandang mereka satu persatu.

"Cepat," bentaknya lagi tetapi mereka semua hanya menunduk tidak ada yang berani bicara.

"Bimo.....," Kata pak Beni menunjuk Bimo, dengan cepat Bimo maju.

"Coba jelaskan secara lengkap kenapa semua ini bisa terjadi," kata pak Beni menepuk bahu Bimo kuat membuat Bimo meringis keras seluruh tubuhnya sakit karena berantem tadi.

"Aaa pak sakit," ceplos Bimo.

"Sudah tau sakit kenapa suka berantem?" kata pak Beni menghela nafas berat.

Daniel, Yudha, Jefri maupun Haris memilih mengunci mulutnya.

Tok tok tok tok

"Silahkan masuk Bu," perintah pak Beni tegas.

"Maaf pak ada apa saya di panggil ke sini," tanya Bu Diah sopan.

"Maaf Bu merepotkan, coba Bu Dian lihat ke sana," tunjuk pak Beni pada mereka semua membuat Bu Diah membulatkan matanya melihat para muridnya dengan muka membiru, baju acak-acakan.

"Bu Diah bisa tolong bersihkan luka mereka dan obati mereka," pinta pak Beni.

Lalu Bu Diah menyuruh mereka semua bergantian duduk di depannya untuk dilakukan pemeriksaan takut ada tulang yang retak.

"Alhamdulillah semuanya aman pak, mereka cuma memar saja," ucap Bu Diah membuat pak Beni lega.

Setelah selesai mengobati mereka Bu Diah pamit undur diri. Karena takut mereka tidak nyaman kehadirannya.

"Oh iya sampai lupa, Bimo coba jelaskan semuanya," perintah pak Beni setelah Bu Diah meninggalkan , tempat itu.

"Tadi saya berangkat bareng Iqbal, tetapi Iqbal tidak sengaja senggol murid perempuan sekolah sebelah sampai jatuh, Iqbal sudah minta maaf tetapi karena perempuan itu tidak apa-apa cuma telapak tangannya lecet. Eh kekasihnya tidak terima pak jadi dia hajar Iqbal," ucap Bimo berhenti.

"Pak boleh minta minum," pinta Bimo membuat pak Beni geleng-geleng, bagaimana tidak sedang asyik mendengarkan penjelasan dari nya tiba-tiba di minta air minum.

Pak Beni meraih air mineral kemasan gelas kecil menyodorkan pada mereka semua.

"Kalian minum dulu, kalian pasti lelah berantem," sindir pak Beni.

"He he he he tau saja pak," ceplos Yudha yang mendapat tatapan tajam dari pak Beni.

Pak Beni berkali-kali mengelus dadanya untuk bersabar menghadapi tingkah laku mereka.

"Lanjut tidak pak ceritanya," kata Bimo mereda tidak bersalah.

"Lanjut cepat, saya mau pulang," perintah pak Beni kesal kelakuan mereka.

"Pacar si perempuan tidak terima pak jadi si Iqbal di hajar sama tuh orang, noh makanya muka Iqbal paling bonyok," ceplos Bimo di akhir katanya.

"Sekarang kalian semua diam dulu, dengarkan bapak baik-baik," perintah pak Beni secara tegas.

"Kalian sudah mau lulus sekolah, kenapa masih suka berantem kalian tidak malu di lihat orang berkelahi di jalan, kalau teman, sanak saudara atau kerabat kalian lihat apa tidak malu ha," teriak pak Beni membuat mereka semua menunduk.

"Kalian tidak kasihan orang tua kalian menyekolahkan kalian supaya jadi anak pintar, baik dan membuat mereka bangga bukan berantem," kata pak Beni mencoba menasehati.

"Ini sampaikan surat ini pada orang tua kalian," kata pak Beni sambil menyodorkan surat pemanggilan untuk orang tua mereka masing-masing.

"Kalian semua cepat pulang jangan sampai saya lihat kalian masih keluyuran di sekitar sekolah," usir Pak Beni.

Setelah mereka semua meninggalkan ruangan BK, Pak Beni langsung duduk bersandar di kursinya tak lupa memijit kepalanya.

"Untung sebentar lagi mereka lulus, bisa darah tinggi saya naik kalau masih melihat kelakuan mereka yang hobi tawuran," grutu pak Beni.

****

Halaman parkir sekolah....

"Eh aku pulang duluan ya, sebelum mama ku pulang kerja aku harus sudah ada di rumah bersembunyi di dalam kamar," kata Iqbal membuat mereka penasaran ingin bertanya.

"Lha kenapa?" tanya Yudha dengan muka binggung.

"He he he he kalau mamaku tau muka ganteng ku bonyok bisa nangis sehari semalam," jawab Iqbal.

"Kalau aku bisa kena ceramah semalaman nih," ucap Jefri takut omelan sang Bunda.

"Kalau bokap ku tau bisa uang jajanku di kurangi," kata Bimo sedangkan Daniel hanya diam menyimak obrolan mereka.

"Ya sudah kita pisah di sini, besok ngumpul di rumahku kita main PS," kata Daniel.

"Siap," jawab mereka serempak.

Mereka semua meninggalkan sekolah menuju rumah masing-masing.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Mamax Garissa

Mamax Garissa

Daniel kutua gengs

2022-09-12

2

@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha

@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha

lanjut

2022-06-16

1

❀_Ayu_❀

❀_Ayu_❀

astaga Bimo... 🤣🤣🤣.
org lg ditanyain ma Guru bisa²'y mnta mnum... bengek dah... 🤣🤣🤣🤣.

siap² dengerin ceramah & ultimatum Ibu negara.. 🤭🤣🤣🤣🤣

2022-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!