Bag.4

"maaf bos, saya tidak bisa mengorek info lebih banyak tentang Nuna, bahkan temannya pun tak tahu alasan kenapa Nuna tak pernah kesini lagi" ucap Sendi

"sepertinya dia gadis introvert" jawab Dimas sambil menyeruput capucinnonya.

"tapi bos, kenapa tiba tiba bos ingin tahu tentang Nuna?" tanya Sendi.

"kau terlalu banyak bertanya Sen" jawab Dimas kesal.

Sendi hanya mengedikkan bahunya melihat kekesalan di wajah Dimas.

🍍🍍🍍🍍🍍🍍

"Nun, besok kamu harus ikut kami ke cafe, ada cowok ganteng yang akan mentraktir kita" kata Pita dengan bersemangat..

"cowok ganteng?? pacar kamu??" tanyaku.

"bukan tapi calon pacar" kawab Pita dengan percaya diri.

"ceileehhh... pede amat lu cyiiiin" kata Lena mencibir Pita.

"hahahahaa... lalu siapa cowok ganteng yang kalian maksud?" tanyaku sambil tertawa melihat kelakuan dua sahabatku ini.

"namanya Sendi, sepertinya dia sedang mengawasi proyek perumahan di sebelah kampus kita" jawab Lena.

"apaaaa??? Sendi katamu?" kataku terkejut sambil melotot.

"iya Sendi, kenapa kamu kaget begitu? kamu kenal?" tanya Pita curiga..

"ehmm... bukan begitu, tapi sepertinya aku tak bisa ikut dengan kalian" jawabku pura pura bersikap biasa.

"aku ga mau tau, pokoknya kamu harus ikut, kalo ga, aku tak mau berbicara denganmu lagi!" kata Pita dengan tegas sambil berlalu dari kamarku.

"udah deh ikut aja daripada Pita marah, sepertinya dia terobsesi dengan Sendi" kata Lena sambil mengelus punggungku lalu keluar juga dari kamarku.

"biar aku pikirkan" jawabku lesu.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Nuna Pov.

"mau apa Sendi mendekati Lena dan Pita? sampai sampai dia mentraktir mereka?" pikirku.

"aku benar benar tak punya muka untuk bertemu dengan dimas lagi" kataku lagi.

"argghhh... aku harus bagaimana sekarang????" teriakku frustasi.

End Pov.

Sepulang dari kampus, dengan terpaksa aku ikut Lena dan Pita ke cafe, walau sebenarnya aku sangat takut bertemu dengan Dimas tapi demi Pita aku tepis rasa takutku.

"makasih yaaa Nun, sudah mau ikut kami" kata Pita senang sambil memelukku dari samping.

"yaaaaa... dasar ngambekan!" jawabku.

"dia kan memang begitu, semaunya sendiri" tambah Lena sambil terkekeh.

Berjalan sambil mengobrol, membuat jarak cafe semakin dekat saja, tak terasa kami sudah ada di depan cafe,

"Nun, ayo masuk, kamu ngapain berdiri disitu?" ajak Lena.

"i...iya...." jawabku gugup.

Dengan berat hati akhirnya aku masuk ke cafe dan duduk di tempat biasa, meja pojokan tempat favoritku.

Degh....jantungku serasa mau copot tatkala pandanganku bertemu dengan mata tajam milik Dimas, baru saja meletakkan bokongku di kursi, sudah di suguhi tatapan tajam yang mematikan.

Aku berusaha memalingkan wajahku dan bersikap biasa saja di depan Lena dan Pita.

"haiii Sen...." sapa Pita yang melihat Sendi berjalan kearah kami.

"hai Pita, hai Lena dan haiii Nuna...." sapa Sendi dengan ramah.

"lhoh, kamu kenal sama Nuna?" tanya Pita.

"oh iya, aku baru kenal dengannya beberapa hari yang lalu, benarkan Nun?" jawab Sendi sambil mengedipkan maya kearahku.

"ya...ya... benar... kami baru kenal beberapa hari yang lalu" jawabku mengikuti kebohongan Sendi.

"pantas saja kamu terlihat sangat kaget waktu aku menyebut nama Sendi, ternyata kalian sudah saling kenal" ujar Pita lagi.

"sebaiknya kalian pesan dulu, sebelum cafe ini ramai diserbu pengunjung" kata Sendi berusaha mengalihkan pembicaraan.

"okee...." seru Pita lalu segera memesan beberapa menu untuk kami bertiga.

"oke kalo begitu, kalian nikmati saja hidangannya yaa, jangan khawatir karena aku yang akan membayarnya,aku akan menemani bosku dulu untuk melihat lihat lokasi pembangunan, nanti aku kembali lagi" kata Sendi.

"ashiaaappp deh, makasoh ya Sen.." jawab Pita.

Aku merasa sedikit lega melihat Dimas berjalan tanpa menoleh ke arahku, keluar ke tempat lokasi pembangunan perumahan miliknya.

Aku mulai menikmati suasana cafe yang sangat aku rindukan dua minggu terakhir.

"eh Len, bosnya Sendi ternyata cakep juga ya kalo diperhatikan" kata Pita.

"ahhh kamu mah, semua dibilang cakeeep" jawab Lena dengan malas.

Hahahaa... kami tertawa bersama saling melepas banyolan banyolan yang membuat sakit perut saking lucunya, tapi tiba tiba tawaku terhenti melihat sosok Dimas yang sudah duduk kembali ditempatnya tadi, tampak Dimas sedang memperhatikanku.

"kapan dia kembali" kataku dalam hati, pura pura tak melihatnya.

"hei, keliatannya seru sekali, kalian sedang membicarakan apa?" kata Sendi yang sudah bergabung di meja kami.

"ahhh hanya obrolan biasa" sahut Pita.

"oya kalian mahasiswa baru ya?" tanya Sendi ingin tahu.

"iya, kami baru masuk tahun ini" sahut Lena.

"dan kamu Nun, apa kamu satu angkatan dengan Lena dan Pita?" tanya Sendi yang melihatku diam saja sejak kedatangannya.

"iya kami satu angkatan tapi beda jurusan" sahutku.

"untuk kampus dan tempat kost kami bertiga sehati, tapi untuk jurusan, hanya Nuna yang mengambil jurusan manajemen akuntasi" kata Pita.

"oh jadi kalian ngekost disini? dimana?" tanya Sendi semakin ingin tahu.

"tuh di ujung jalan, ga jauh kok darisini" jawab Pita lagi.

Sendi hanya manggut manggut mendengar penjelasan dari Pita. sedang di seberang meja sana, ada mata tajam yang terus menerus menatapku dengan intens menbuatku merasa kikuk.

"sepertinya sudah mulai sore, kami harus segera kembali ke kost" kataku.

"iya nih ga terasa sudah sore aja, sebaiknya kita pulang Pit, masih banyak kerjaan menunggu di kost" tambah Lena.

"baiklah kalo begitu, tapi besok besok kita ngobrol lagi ya disini, dan kamu Nuna jangan sampai ga ikut ya..." kata Sendi.

"oya apa aku boleh minta no Wa kalian?" kata Sendi lagi.

Tanpa basa basi lagi, Pita langsung memberikan nomor Wa nya dan tentu saja lengkap dengan nomor Waku dan Lena.

Aku tetap menundukkan kepala ketika keluar dari cafe, aku benar benar tak ingin bertemu pandang dengan Dimas, aku masih tahu diri kalau Dimas merasa terganggu denganku beberapa minggu yang lalu dan itu sangat memalukan.

Dimas Pov.

"kenapa dia hanya menunduk ketika aku menatapnya?? apa wajahku begitu menyeramkan sampai dia enggan menatapku lagi seperti yang dilakukannya beberapa minggu yang lalu?" batinku.

"arghhh... kenapa aku jadi makin penasaran dengannya!" seruku kesal sendiri.

End Pov.

"lama sekali kamu ngobrol dengan mereka?" kataku kesal setelah Sendi kembali duduk di hadapanku.

"maaf bos, aku sengaja berlama lama untuk mengorek info lebih banyak lagi tentang Nuna" jawab Sendi.

"untuk apa?" tanyaku.

"yaaa untuk bos ketahui lah" sahut Sendi dengan santainya.

"buat apa aku tau tentang dia?" tanyaku lagi.

"karena beberapa hari belakangan ini bos selalu bertanya tentang Nuna dan aku tak bisa menjawabnya jadi aku harus mengorek info dari teman temannya" jelas Sendi.

"aku bertanya bukan berarti ingin tau lebih banyak!!!" jawabku dengan ketus.

" ya sudah kalo begitu bos.. aku tak akan mencari tahu lagi tentang Nuna, lagian aku sudah punya nomor Wanya" kata Sendi berusaha menggodaku.

"cihhh.... bisa bisanya dia memberikanmu nomornya dengan begitu mudahnya, dasar wanita murahan!" kataku kesal.

"bukan dia yang memberikannya bos, tapi temannya! bahkan Nuna tak banyak bicara saat aku disana, dia lebih irit bicara dibanding dengan kedua temannya itu" jawab Sendi.

Terpopuler

Comments

Eka Supriyani

Eka Supriyani

bagus

2020-12-13

2

tesya

tesya

cakep ceritanya..

2020-11-12

1

Asniladimu

Asniladimu

bagus ceritanya

2020-09-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!