Eps 17. Dari Balik Tembok

"K-kamu siapa? Bagaimana bisa—"

"Hai, Airin. Apa kabar?"

Suara Airin tiba-tiba menghilang saat sosok berhoodie hitam lengkap dengan topi yang menutupi kepala itu menoleh sembari menyapanya.

"R-Rival?"

Nafas Airin serasa tercekat, menyaksikan seseorang dari masa lalu–yang tak diinginkan–muncul begitu saja di hadapannya.

Lelaki yang sudah menampakkan seluruh wajahnya yang sekarang berdiri di depan pintu itu tak lain ialah sepupunya, anak dari bibi Maya.

Sambil menyeringai penuh arti, Rival melangkah ke depan, merangsek masuk ke dalam rumah. Airin otomatis bergerak mundur, masih dengan ekspresi terkejut.

Rival melewati Airin begitu saja. Lalu duduk di atas sofa dengan santainya.

"Apa yang kamu inginkan? Bagaimana bisa tahu aku tinggal di sini? Dari mana kau mendapatkan alamat rumahku?" Serentetan pertanyaan keluar begitu saja dari mulut Airin.

Matanya tak lepas menatap Rival dengan pandangan tidak suka. Airin paham betul dengan sifat licik sepupunya itu. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, bukan?

"Wow, satu-satu pertanyaannya, Sayang."

Airin malah bergidik ngeri dengan panggilan sayang yang baru saja terucap.

"Cepat katakan keinginanmu, atau pergilah!" tawar Airin yang tangannya sudah mempersilahkan Rival untuk keluar. Seolah instingnya menangkap radar bahaya.

"Kau mengusirku? Bahkan sepupuku yang manis ini belum menyuguhiku minuman. Ck." Rival sudah menghampiri Airin.

Membuat wanita itu semakin cemas, takut sepupunya berbuat yang iya-iya seperti yang sebelumnya pernah terjadi.

Brugh!

"Awhh!"

Airin merasakan punggungnya yang sakit saat menyapa lantai karena dorongan dari lelaki barbar itu.

"Akh! L-lepas. Kumohon... Apa maumu?" Airin kesulitan bernafas karena tangan kekar Rival kini sudah mencengkeram erat lehernya.

"Kematianmu."

Mata Airin seketika membola. Nafasnya tersengal dengan dada bergemuruh. Berusaha melepaskan diri dengan mencakari tangan Rival, namun sialnya hal itu tidak mempan sama sekali.

Dengan seringai penuh kemenangan, lelaki itu mulai mendekatkan wajahnya hendak meraih bibir Airin.

Tentu saja Airin tak tinggal diam. Dengan segenap tenaga ia mencoba mempertahankan dirinya. Tidak akan membiarkan kejadian di masa lalu terulang lagi.

Terlintas sekilas kejadian saat Keano berhasil menembus dinding pertahanannya dulu...

"Keano, jangan ... Kumohon. Aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi," pinta Airin yang sudah tak berdaya saat itu.

"Tolong lepaskan aku ... "

"Hentikan ... Hiks ... "

Telinga Keano seolah tuli, matanya seakan buta dengan semua rengekan dan protes yang dilakukan Airin untuk mempertahankan aset berharga milik gadis itu yang selama ini turut ia jaga.

Hingga jerit pilu berubah menjadi erangan dan rintihan tertahan. Tidak ada lagi perlawanan yang menyusahkan penyatuan malam itu. Hanya ada isak tangis yang sesekali terdengar lirih.

Keano memandangi punggung Airin yang polos. Gadis itu bahkan enggan menghadap ke arahnya. Diusap dahi Airin yang masih basah oleh keringat, menempatkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah ke belakang telinga. Lalu mengecup singkat pundak mulus di depannya.

Sebelum aroma khas itu kembali menguasai pikirannya. Keano segera menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil yang baru saja selesai bergulat dengannya.

Lelaki dengan dada bidang yang terbuka itu bangkit dari ranjang, seraya mengenakan pakaiannya.

Keano mengambil pakaian basah milik Airin yang berceceran di atas lantai. Kemudian memasukkannya ke dalam keranjang bersama pakaian kotor lain.

"Pakai bajumu!" titah Keano dengan lembut, sembari meletakkan baju tidur di samping Airin yang sudah menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut.

Tak ada tanggapan. Bahkan tidak ada pergerakan dari gadis itu.

"Ya, sudah. Terserah," Keano beranjak dari sana dengan wajah dingin tak bersalah.

Blam!

Tak lama pintu tertutup. Membuat ruangan yang tadinya di penuhi dengan erangan halus menjadi sunyi senyap. Sepersekian detik isak tangis kembali terdengar.

"Keano jahat. Hiks ... "

Tak terasa air mata Airin lolos begitu saja dari sudut matanya, mengingat kejadian malam kelam di masa lalu.

Tidak.

Aku tak boleh menyerah. Tidak lagi.

Bugh!

Airin menendang perut Rival dengan lututnya. Wajah mereka yang tadi hanya berjarak beberapa mili saja, kini sudah saling berjauhan.

Rival terduduk sambil memegangi perutnya.

"Wanita sialan! Tak tahu diuntung. Kau pikir siapa yang merawatmu saat orang tuamu mati, huh?!"

Tak memperdulikan umpatan Rival, Airin segera bangkit bergerak hendak mengambil sapu di ujung ruangan. Dengan gesit lelaki itu segera meraih tangan Airin dan menghempaskan ke tembok sebelum menguasainya dalam kungkungan.

Airin mendongak. Menatap mata penuh dendam dengan tubuh bergetar.

"Aku memberimu pilihan. Mau menjemput ajal sekarang, atau tandatangani surat wasiatmu. Berpura-puralah sudah mati agar seluruh harta warisan orang tuamu jatuh ke tangan keluargaku. Bagaimana?"

"A-aku sudah merelakan rumahku demi kalian tinggali. Apa itu masih belum cukup? Tidak sudi aku menyerahkan harta yang didapat dengan susah payah pada lintah darat seperti kalian. Lebih baik aku memberikannya pada—"

Ucapan Airin menggantung. Ia teringat jika keluarga bibinya tidak ada yang tau tentang keberadaan Zia. Jika mereka tahu, Airin tidak berani menjamin keselamatan anak semata wayangnya itu.

Diam-diam Airin berharap Zia tidak mendengar keributan ini, sehingga membuat gadis kecil itu terbangun, lalu muncul di saat yang tidak tepat.

Namun sepertinya takdir berkata lain. Dari balik tembok sana, Zia sedang bersembunyi. Sesekali mengintip kegiatan dua orang dewasa di ruang tamu itu.

Ia berdiri dengan tubuh bergetar hebat. Takut dengan orang asing yang sedang menyerang bundanya. Tak tahu dengan apa yang terjadi. Zia pun berlari menuju kamar, guna mencari ponsel milik Airin, berniat menghubungi seseorang untuk mencari bala bantuan.

"Sialan! Jangan membuatku melakukan hal keji padamu. Aku tidak akan tanggung-tanggung."

Rival menahan kedua kaki Airin dengan lututnya. Kedua dengan jemarinya yang besar ia mematri kedua tangan Airin ke tembok.

"Berikan tandatanganmu, atau.... "

Netra Rival bergerak turun melihat tubuh Airin yang sudah gemetaran, degup jantung yang tak beraturan dapat didengar Rival dengan sangat jelas. Membuat senyum lebar tercetak di wajahnya, sambil menaikturunkan alis penuh arti.

"Tatap aku!" bentaknya.

Airin hanya mampu tertunduk tanpa berani beradu tatap dengan lawan yang tak sepadan itu. Hanya bisa meringis kesakitan saat cengkeraman tangan Rival semakin menyakiti pergelangan tangannya.

"S-sakit .... " keluh Airin dengan suara serak.

"Tandatangani surat itu. Aku akan melepaskanmu jika kau setuju. Bekerjasamalah agar kau tak menyusahkanku."

"Tidak akan."

"Baiklah, kau yang minta. Jangan suruh aku berhenti."

Rival langsung menyambar ceruk leher Airin. Membuatnya mau tak mau menengadah sambil mengigit bibir bawahnya.

Isakan lirih mulai terdengar. Airin hanya bisa menahan tangisnya, takut membangunkan Zia jika ia sampai meraung keras.

Namun lagi-lagi sikon tak memihak. Zia sudah mengintip kembali dari balik tembok dengan tatapan benci. Sambil menggenggam erat ponsel yang mati karena kehabisan daya.

"Tenanglah, aku akan langsung membunuhmu setelah aku menyelesaikan hasratku."

Ucapan yang sukses membuat Zia berpikir puluhan kali karena tidak paham. Tapi dari respon bundanya yang sudah berlinang air mata, Zia yakin orang asing itu berkata sesuatu yang jahat.

Zia pun memberanikan diri keluar dari persembunyian untuk menyelamatkan bundanya.

Bughh!

"Akh!"

NB : Novel ini sedang dalam masa revisi. Jadi mohon maaf jika menemukan suatu kejanggalan (bagi yang sudah baca sebelumnya). Sekali lagi, mohon maaf atas ketidaknyamanannya 🙏🙏

Terpopuler

Comments

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Lanjut othor

2022-07-03

1

lazy

lazy

gile sih ini, tenyata ...

2022-06-21

1

Cip_13

Cip_13

ini sih iblis namanya bkn manusia😡

2022-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1. Kenyataan Pahit
2 Eps 2. Pergi Membawa Luka
3 Eps 3. Hujan dan Kenangan
4 Eps 4. Reuni
5 Eps 5. The One That Got Away
6 Eps 6. Maafkan Aku
7 Eps 7. Percikan
8 Eps 8. Never Goodbye
9 Eps 9. Hati yang Tertinggal
10 Eps 10. Kembali Pulang
11 Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12 Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13 Eps 13. Hantu Masa Lalu
14 Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15 Eps 15. Rubah Mengamuk
16 Eps 16. Turn On
17 Eps 17. Dari Balik Tembok
18 Eps 18. Kalut
19 Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20 Eps 20. Kenangan saat Hujan
21 Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22 Eps 22. Nama Kita Mirip
23 Eps 23. Ellipsism
24 Eps 24. Penuh Sesal
25 Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26 Eps 26. Drama Queen
27 Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28 Eps 28. Ayah Zia?
29 Eps 29. Orang Asing
30 Eps 30. Kemana Zia?
31 Eps 31. Dalam Bahaya
32 Eps 32. Deal!
33 Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34 Eps 34. Look At Me
35 Eps 35. Arsen
36 Eps 36. Tes DNA
37 Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38 Eps 38. Pengakuan Rain
39 Eps 39. Rain PoV
40 Eps 40. Tamu Tak Diundang
41 Eps 41. Aku Berhenti
42 Eps 42. Danau
43 Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44 Eps 44. Menyerah
45 Eps 45. Mundur Teratur
46 Eps 46. Maaf Zia
47 Eps 47. Saling Terikat
48 Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49 Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50 Eps 50. Ingkar
51 Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52 Eps 52. Rencana Rain
53 Eps 53. Morning Kiss
54 Eps 54. Api Cemburu
55 Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56 Eps 56. Goodbye, Keano
57 Eps 57. Harus Pergi Lagi
58 Eps 58. Kemana Orang Itu?
59 Eps 59. Penculikan
60 Eps 60. Alter Ego
61 Eps 61. Jauhi Airin
62 Eps 62. Tempat Tinggal Baru
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Eps 1. Kenyataan Pahit
2
Eps 2. Pergi Membawa Luka
3
Eps 3. Hujan dan Kenangan
4
Eps 4. Reuni
5
Eps 5. The One That Got Away
6
Eps 6. Maafkan Aku
7
Eps 7. Percikan
8
Eps 8. Never Goodbye
9
Eps 9. Hati yang Tertinggal
10
Eps 10. Kembali Pulang
11
Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12
Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13
Eps 13. Hantu Masa Lalu
14
Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15
Eps 15. Rubah Mengamuk
16
Eps 16. Turn On
17
Eps 17. Dari Balik Tembok
18
Eps 18. Kalut
19
Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20
Eps 20. Kenangan saat Hujan
21
Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22
Eps 22. Nama Kita Mirip
23
Eps 23. Ellipsism
24
Eps 24. Penuh Sesal
25
Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26
Eps 26. Drama Queen
27
Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28
Eps 28. Ayah Zia?
29
Eps 29. Orang Asing
30
Eps 30. Kemana Zia?
31
Eps 31. Dalam Bahaya
32
Eps 32. Deal!
33
Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34
Eps 34. Look At Me
35
Eps 35. Arsen
36
Eps 36. Tes DNA
37
Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38
Eps 38. Pengakuan Rain
39
Eps 39. Rain PoV
40
Eps 40. Tamu Tak Diundang
41
Eps 41. Aku Berhenti
42
Eps 42. Danau
43
Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44
Eps 44. Menyerah
45
Eps 45. Mundur Teratur
46
Eps 46. Maaf Zia
47
Eps 47. Saling Terikat
48
Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49
Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50
Eps 50. Ingkar
51
Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52
Eps 52. Rencana Rain
53
Eps 53. Morning Kiss
54
Eps 54. Api Cemburu
55
Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56
Eps 56. Goodbye, Keano
57
Eps 57. Harus Pergi Lagi
58
Eps 58. Kemana Orang Itu?
59
Eps 59. Penculikan
60
Eps 60. Alter Ego
61
Eps 61. Jauhi Airin
62
Eps 62. Tempat Tinggal Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!