Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu

Bukannya mengantar ke rumah, Keano justru membawa Airin ke sebuah apartemen tempatnya menginap. Pria itu tampak sedikit sumringah, karena Airin tak menolak ajakannya sama sekali.

Ceklek.

Setelah membuka pintu dengan susah payah, karena Airin masih setia berada di gendongannya, Keano segera mendudukkan Airin di atas sofa.

Wajah Airin masih dipenuhi air mata yang sedari tadi tak surut-surut. Keano segara pergi ke dapur untuk mengambilkan segelas air untuk wanita itu.

"Minum dulu, Rin," tawarnya, menyodorkan segelas air putih.

Prang!

Airin menepis gelas di hadapannya. Lalu berdiri dengan tatapan marah.

"Sudah aku bilang berapa kali. Tolong jangan usik ketenanganku. Berhentilah menghantui kehidupan yang sudah susah payah kubangun. Kau dengar?! Apa kau belum cukup puas dengan ulahmu yang sudah menghancurkanku selama ini, huh?!" tukas Airin, dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Ia terlalu kalut dengan kedatangan Keano yang tiba-tiba. Takut hal ini akan berdampak pada kehidupannya dan Zia. Sebisa mungkin ia menyingkirkan pria begajulan di depannya itu dari kota ini.

Keano yang melihat reaksi di luar harapan itu hanya bisa mematung di tempat dengan mulut menganga, namun tidak ada satu patah kata pun keluar dari bibirnya.

Airin mencoba mengatur nafasnya kembali.

Ruangan kembali senyap. Keduanya saling pandang dalam keterdiaman. Mata Airin mulai memanas, sepertinya air bening akan mengalir kembali. Bibirnya sudah mulai bergetar.

"Aku berusaha, tapi seakan-akan tangan dan hatiku ini punya pikirannya sendiri," kilah Keano, memecah keheningan.

"Apa maksudmu menyusulku kemari? Kau membuntutiku? Oh, apakah pekerjaanmu sekarang menguntit orang lain?"

"Bukan--"

"Sudahlah. Aku tidak butuh penjelasan apa pun darimu. Aku mau pulang," pamit Airin sambil berlalu.

"Oh iya .... " Airin berbalik menatap Keano.

Plak!

"Akh!"

Keano memegangi pipinya yang panas akibat tamparan keras Airin yang tiba-tiba, membuatnya tak bisa menghindar.

"Itu untuk mas Rain," imbuh Airin sebelum melangkah menuju pintu.

"Tunggu, Rin!" Tangan Keano segera menahan kepergian Airin.

"Lepas!" titah Airin tanpa berbalik.

"Ada yang ingin aku tanyakan."

"Maaf, aku tidak mau dengar. Tolong lepas!" Airin menarik-narik tangannya, namun percuma. Cengkeraman tangan Keano lebih kuat.

"Apa maumu?!" Akhirnya Airin berbalik dengan tatapan membunuh. Wajahnya sudah merah padam menahan kesal.

"Kenapa hingga sampai saat ini kau belum menikah?"

Deg.

Mata Airin terbelalak mendengar pertanyaan itu.

'Darimana Keano bisa tahu hal itu?' batin Airin terkaget.

"Apakah ... Kau masih menungguku?" tanya Keano dengan raut penuh selidik.

Airin tersenyum remeh, menyembunyikan perasaannya yang sedang panik.

"Jangan bermimpi."

"Bukankah itu mimpi kita berdua?" Keano mulai mengungkit masa lalu.

Airin tersenyum kecut.

"Ya, itu mimpi kita. Tapi dulu, sebelum kau menghancurkan semuanya."

"Airin, aku bisa jelaskan. Please, kali ini tolong dengarkan aku."

"Tapi tolong lepaskan tanganku. Ini sakit," cicit Airin sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang mulai tidak nyaman.

Bukannya cengkeraman Keano yang menyakitinya. Tapi, sentuhan itu kembali membuat jantungnya berulah. Tak bisa dipungkiri, jika bersentuhan dengan pria yang sudah merenggut kesuciannya itu, selalu bisa membangkitkan desiran aneh dalam hatinya.

Desiran halus yang menjalar hingga ke seluruh tubuh. Membuat setiap syarafnya menegang. Jantung serasa bekerja lebih keras. Hingga membuat nafasnya memburu.

"Maaf .... " Keano melepas cengkeramannya.

Airin pun bisa bernafas lega. Hormon menyebalkan dalam tubuh mulai menghentikan aktivitasnya.

Drrtt... Drrttt...

Tiba-tiba ponsel Keano bergetar.

"Tunggu sebentar."

Keano memeberi isyarat agar Airin tetap berada di tempat, sementara dirinya melangkah mendekati jendela di ujung ruangan untuk mengangkat telepon.

"Huhh!"

Airin mendengus kesal sambil melipat tangannya di depan dada.

Airin menghentak-hentakkan kaki. Semakin kesal menunggu Keano yang tak kunjung menyudahi sambungan teleponnya.

'Sialan dia. Emosiku sedang menggebu-gebu, dia malah enak-enakan ngobrol di telpon,' batin Airin, kesal.

"Ke ... Aku tak punya waktu banyak. Pekerjaanku masih menunggu. Aku pamit!" teriak Airin yang sudah jenuh.

Tanpa menunggu jawaban, ia langsung keluar dari ruangan.

"Airin! Tunggu!"

Keano segera menyelesaikan panggilannya kemudian menyusul Airin.

"Tunggu, Rin," cegah Keano yang sudah mensejajarkan langkahnya.

"Maaf, aku sibuk." Airin tetap melangkah tanpa memperdulikan pria di samping yang sedang mengeluarkan jurus tatapan mautnya.

"Tak adakah kesempatan untukku, Rin? Sekali saja. Aku masih mencintaimu."

Airin menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah Keano dengan cepat.

"Lupakan cinta. Setiap kata yang keluar dari mulutmu itu semuanya sudah basi."

"Kenapa kau belum menikah? Dan siapa yang kau panggil sayang di telpon waktu itu? Apakah dia—"

"Kenapa? Apa pedulimu?!"

"Tentu saja aku peduli. Apakah kau sesayang itu padanya, hingga kau mengacuhkan perasaanku?"

"Apa kau bercanda? Tentu aku menyayanginya melebihi siapapun di dunia ini," jawab Airin tak percaya dengan yang Keano tanyakan.

Tentu saja. Karena yang menelponnya adalah Zia. Mana mungkin seorang ibu tak menyayangi darah dagingnya sendiri. Menurutnya pertanyaan Keano sangat konyol.

"Aku tak tahu jika kau bisa menyayangi seseorang sebesar itu."

Keano tersenyum miring. Membuat Airin meradang. Enak saja pria itu seenak jidat meragukan rasa sayangnya pada anak sendiri. Apa dia tidak punya cermin di rumah?

"Kau pikir siapa yang sudah membuatku kuat selama ini? Kau sudah menyakitiku teramat dalam, Ke. Kalau tidak ada dia, mungkin aku sudah hancur. Bisa-bisanya kau meragukan rasa sayangku padanya," sungut Airin yang sudah menaikan nada bicaranya satu oktaf.

Keano mendengus, seolah putus asa.

"Kupikir, aku bisa memperbaiki kesalahanku padamu ... " lirihnya.

"Tidak akan ada yang berubah, Ke. Kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Kembalilah pada kehidupanmu tanpa aku. Begitu pula biarkan aku tenang dengan hidupku yang sekarang."

"Tapi, Rin .... " Keano meraih kedua tangan Airin, menariknya agar menatap kedua monolid eyes-nya yang mulai memerah.

"Please, Ke. Lepas! Jangan seperti ini..." Airin menunduk, takut tak kuat iman, karena terhipnotis dengan ekspresi wajah Keano yang dari dulu mampu membuat hatinya luluh.

'Airin. Kau tak boleh lemah!' tekad Airin dalam hati.

"Lepaskan tangan kotormu dari Keano!" teriak seseorang yang entah datang dari mana.

Sret!

Tiba-tiba orang itu menarik kasar tangan Airin agar lepas dari genggaman Keano. Pria itupun sama terkejutnya dengan aksi makhluk tak diundang tersebut.

Keano memandangi punggung wanita yang sedang menyeret paksa Airin agar menjauh darinya.

"C-Celia .... " gumamnya, dengan raut wajah tercengang.

Terpopuler

Comments

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Tolong Keano, kamu cuma bawa masalah utk Airin, jadi please pergi jauh-jauh

2022-06-26

1

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Semangat kak author 💪🤗

2022-06-22

2

Nona_Sulung

Nona_Sulung

dassar kepedean

2022-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1. Kenyataan Pahit
2 Eps 2. Pergi Membawa Luka
3 Eps 3. Hujan dan Kenangan
4 Eps 4. Reuni
5 Eps 5. The One That Got Away
6 Eps 6. Maafkan Aku
7 Eps 7. Percikan
8 Eps 8. Never Goodbye
9 Eps 9. Hati yang Tertinggal
10 Eps 10. Kembali Pulang
11 Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12 Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13 Eps 13. Hantu Masa Lalu
14 Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15 Eps 15. Rubah Mengamuk
16 Eps 16. Turn On
17 Eps 17. Dari Balik Tembok
18 Eps 18. Kalut
19 Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20 Eps 20. Kenangan saat Hujan
21 Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22 Eps 22. Nama Kita Mirip
23 Eps 23. Ellipsism
24 Eps 24. Penuh Sesal
25 Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26 Eps 26. Drama Queen
27 Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28 Eps 28. Ayah Zia?
29 Eps 29. Orang Asing
30 Eps 30. Kemana Zia?
31 Eps 31. Dalam Bahaya
32 Eps 32. Deal!
33 Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34 Eps 34. Look At Me
35 Eps 35. Arsen
36 Eps 36. Tes DNA
37 Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38 Eps 38. Pengakuan Rain
39 Eps 39. Rain PoV
40 Eps 40. Tamu Tak Diundang
41 Eps 41. Aku Berhenti
42 Eps 42. Danau
43 Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44 Eps 44. Menyerah
45 Eps 45. Mundur Teratur
46 Eps 46. Maaf Zia
47 Eps 47. Saling Terikat
48 Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49 Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50 Eps 50. Ingkar
51 Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52 Eps 52. Rencana Rain
53 Eps 53. Morning Kiss
54 Eps 54. Api Cemburu
55 Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56 Eps 56. Goodbye, Keano
57 Eps 57. Harus Pergi Lagi
58 Eps 58. Kemana Orang Itu?
59 Eps 59. Penculikan
60 Eps 60. Alter Ego
61 Eps 61. Jauhi Airin
62 Eps 62. Tempat Tinggal Baru
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Eps 1. Kenyataan Pahit
2
Eps 2. Pergi Membawa Luka
3
Eps 3. Hujan dan Kenangan
4
Eps 4. Reuni
5
Eps 5. The One That Got Away
6
Eps 6. Maafkan Aku
7
Eps 7. Percikan
8
Eps 8. Never Goodbye
9
Eps 9. Hati yang Tertinggal
10
Eps 10. Kembali Pulang
11
Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12
Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13
Eps 13. Hantu Masa Lalu
14
Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15
Eps 15. Rubah Mengamuk
16
Eps 16. Turn On
17
Eps 17. Dari Balik Tembok
18
Eps 18. Kalut
19
Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20
Eps 20. Kenangan saat Hujan
21
Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22
Eps 22. Nama Kita Mirip
23
Eps 23. Ellipsism
24
Eps 24. Penuh Sesal
25
Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26
Eps 26. Drama Queen
27
Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28
Eps 28. Ayah Zia?
29
Eps 29. Orang Asing
30
Eps 30. Kemana Zia?
31
Eps 31. Dalam Bahaya
32
Eps 32. Deal!
33
Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34
Eps 34. Look At Me
35
Eps 35. Arsen
36
Eps 36. Tes DNA
37
Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38
Eps 38. Pengakuan Rain
39
Eps 39. Rain PoV
40
Eps 40. Tamu Tak Diundang
41
Eps 41. Aku Berhenti
42
Eps 42. Danau
43
Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44
Eps 44. Menyerah
45
Eps 45. Mundur Teratur
46
Eps 46. Maaf Zia
47
Eps 47. Saling Terikat
48
Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49
Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50
Eps 50. Ingkar
51
Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52
Eps 52. Rencana Rain
53
Eps 53. Morning Kiss
54
Eps 54. Api Cemburu
55
Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56
Eps 56. Goodbye, Keano
57
Eps 57. Harus Pergi Lagi
58
Eps 58. Kemana Orang Itu?
59
Eps 59. Penculikan
60
Eps 60. Alter Ego
61
Eps 61. Jauhi Airin
62
Eps 62. Tempat Tinggal Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!