Keano POV
Setelah berpisah dengannya lagi, hatiku rasanya sepi. Seperti ada sesuatu yang hilang.
Damn it!
Wanita itu selalu berhasil mencuri sesuatu dariku. Rasanya seperti ada bagian dari diriku yang berhasil dia ambil saat penyatuan hari itu. Hingga membuatku menyumpahi kebodohan yang sudah aku lakukan di masa lalu.
"Akh! Bodoh! Kenapa aku dulu melepaskan Airin demi ayah?" keluhku, kesal pada diriku sendiri.
"Eh, apa itu?"
Ekor mataku tak sengaja melihat sesuatu yang mencolok di dekat kaki. Segera kupungut benda itu karena penasaran.
"Dompet?"
Aku tak ingat pernah membeli dompet berwarna biru seperti ini. Bahkan bentuknya mirip seperti dompet milik emak-emak komplek yang doyan bergosip saat membeli sayur itu. Mana mungkin salah satu dompet yang biasa para emak-emak sematkan di ketiak itu nyasar di mobilku.
Segera kubuka benda biru itu, karena penasaran. Siapa tahu aku bisa menemukan petunjuk tentang siapa pemilik dompet nyasar ini.
'Astaga!' batinku, terkejut.
Mataku dengan jeli memperhatikan KTP yang terselip di dalamnya. Di sana terpampang wajah yang sangat aku rindukan selama ini. Bahkan setelah pertemuan singkat tadi, aku masih merindukannya.
"Airin ... Belum kawin?!"
Aku semakin terkejut ketika membaca data pada kartu itu dengan seksama.
Lalu yang dia panggil sayang waktu ditelepon tadi berarti bukan suaminya. Lantas siapa dia? Apakah kekasihnya?
Entahlah, tiba-tiba saja aku seperti mendapat angin segar setelah mengetahui kenyataan ini. Airin belum menjadi istri siapapun. Mungkin aku masih memiliki peluang.
Haruskah aku senang atau malah bersedih? Karena aku yakin, bukan pria sepertiku lah yang menjadi kriteria suami yang ia inginkan.
Segera kututup dompet itu, lalu menaruhnya di bangku penumpang bekas Airin duduk tadi. Mungkin aku tidak akan mencuci mobilku untuk beberapa bulan ke depan. Bahkan aroma khas Airin masih tertinggal sana.
Suatu gagasan terus mengusik pikiran. Apakah ini rencana Tuhan untuk menyatukanku dengan Airin lagi?
Apakah Airin masih belum move on sehingga ia masih betah melajang hingga saat ini?
Aku harus menemui Airin untuk mengetahui jawabannya. Aku harus putar balik. Persetan dengan kata selamat tinggal. Kisah kita belum berakhir.
Aku mencari jalan untuk menikung. Setelah itu, segera tancap gas menuju hotel tempatku menurunkan Airin tadi. Itu dia, jika jalan lurus tidak bisa diambil, tikungan pun jadi. Selama janur kuning belum melengkung, apapun bisa terjadi.
Kalaupun janur itu sudah melengkung, maka tinggal aku patahkan saja janurnya, lalu membawa Airin pergi. Tak masalah jika perjuanganku ini terlambat, daripada tidak sama sekali. Aku menginginkannya kembali.
Tapi semua keputusan tetap ada di tangan Airin. Hal itu tidak akan mematahkan semangatku. Apa salahnya mencoba?
"Maaf , Mbak, saya cari perempuan pemilik KTP ini. Nomor kamarnya berapa, ya?" tanyaku tanpa basa basi, pada salah satu resepsionis saat sudah sampai di lobi hotel, sambil menyerahkan KTP milik Airin.
Wanita yang tampak lebih muda dariku itu mulai berkutat dengan komputer di depannya, mencari data orang yang kucari. Tak butuh waktu lama, ia pun mendongak menatapku.
"Maaf, Pak. Tapi orang yang Bapak cari sudah check-out, baru saja."
Meski resepsionis itu berkata dengan sopan, namun aku merasa tersinggung dengan panggilan 'bapak' yang disematkannya padaku. Memangnya aku terlihat setua itu? Bahkan aku belum menjadi seorang ayah.
Ah, sudahlah. Aku harus kembali ke tujuan awal. Mencari Airin dan mengembalikan dompetnya.
Langkah kaki menuntunku menuju mobil. Ku amati lagi KTP di dalam dompet itu. Lagi-lagi mataku terbelalak hingga hampir copot dari tempatnya, saat membaca alamat tempat tinggal Airin yang sekarang.
"Kota B?" gumamku tak percaya.
Kenapa juga dia pindah ke tempat yang begitu jauh. Apakah seniat itu dia ingin melupakan kenangan di tempat ini, hingga mencari tempat yang terlampau jauh untuk pergi.
Aku segera melesatkan Ferrari 599 GTO kesayanganku. Karena tercetus sebuah tempat dimana Airin sekarang berada. Semoga aku belum terlambat untuk mengejarnya. Tak sabar ingin bertemu dengannya lagi. Ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan.
Namun di tengah perjalanan, kemacetan malah menghambat laju mobilku. Akh! Sial!
Dug.
Dengan frustasi aku memukul setir mobil. Bodohnya aku, saat bersamanya tadi kenapa tidak meminta nomor ponselnya saja, supaya aku tidak repot-repot saat ingin bertemu dengannya.
Akhirnya kuputuskan untuk menggali informasi lebih dalam tentang Airin melalui dompetnya. Mungkin ini terlihat tidak sopan, tapi apa boleh buat. Demi mengembalikan dompet pada pemiliknya, hal ini terbilang lumrah, kan?
Aku menggeledah setiap saku dan selipan kecil yang terdapat di dompet itu. Tak ada selipan yang lolos dari pandanganku, hingga aku menemukan sebuah kartu pengenal. Di sana tertulis Rain Cafe. Ada nomor teleponnya juga, dengan nama Airin Kaila Nanda.
Gotcha!
Ini dia yang aku butuhkan. Segera kuraih ponsel dan menyalin setiap nomor yang tertera di kartu. Saat hendak memencet tombol hijau, tiba-tiba hatiku ragu.
Bagaimana jika Airin langsung mematikan sambungan saat baru mendengar suaraku?
Kenapa aku tidak menyusul ke rumahnya langsung saja?
Benar juga.
Bukankah aku punya alasan untuk bertemu dengannya sekarang? Inilah kesempatanku untuk menanyakan berbagai hal padanya, dan mencari tahu siapa orang yang dipanggil sayang ditelfon tadi.
Entah mengapa ada perasaan tidak suka saat wanita yang dulu menyematkan panggilan sayang hanya padaku, kini ia memberikan sebutan yang sama pada orang lain.
Jika ditanya apakah aku cemburu? Jawabannya adalah iya, aku cemburu.
Tapi, untuk siapa? Kita bahkan tidak memiliki hubungan apa-apa sekarang. Mungkin karena hatiku yang masih tertinggal di hatinya. Aku lupa memintanya kembali.
Tapi, tentu aku tidak akan meminta hatiku kembali. Aku akan terus membiarkan hatiku singgah di hatinya. Karena tidak ada wanita lain yang sanggup mengambil hatiku darinya. Dia, the one and only.
Tiiinn... Tiiinn...
"Hey! Cepatlah maju!!"
Teriakan dan bisingnya suara klakson membuyarkan lamunanku. Aku pun segera melajukan mobilku lalu putar balik saat sampai di tikungan.
Aku berniat menyusul Airin ke kota B. Bersiap untuk menghadapi segala kenyataan yang ada. Meski kenyataan pahit yang akan diterima, aku juga harus siap. Karena tak yakin jika Airin mau kembali ke pelukanku lagi, setelah apa yang selama ini aku perbuat padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Nurwana
baguslah keano... klu kamu sadar diri.....
2022-07-14
1
Bunda Abizzan
Kak, gimana neh. Kog kesel banget ya liat Keano. Bosa diungsikan ke dunia lain aja gak seh dianya.
2022-06-23
1
Bunda Abizzan
Kayak gini aja udah gak tau diri gitu, apalagi tau kalo anaknya itu anak dia.
2022-06-23
1