"Airin, tunggu!"
Keano mengejar Airin yang berlari menuju pintu depan, sambil mengacak-acak rambut. Membuatnya semakin terlihat berantakan, karena merutuki kelancangannya yang sudah berbuat tak senonoh dengan istri orang lain.
Bagaimana kalau suami Airin mengetahui hasil perbuatannya nanti?
Set.
Sebelum Airin mencapai pintu, tangan Keano sudah lebih dulu menggapainya. Isak tangis terdengar menyayat hati pria itu. Entah mengapa ia merasa sangat bersalah. Namun kata maaf seolah tersangkut di tenggorokannya.
Grep!
Keano menarik Airin ke dalam dekapannya. Pikirnya, disaat kata-kata tak mampu memperbaiki keadaan, maka gestur tubuh mampu mewakili perasaannya.
Namun bukannya tenang, tangis Airin malah semakin menjadi. Tangis kedua yang Keano dengar dari tambatan hatinya. Tangis yang sama memilukannya ketika tragedi di malam itu terjadi.
Dibelainya dengan lembut, surai Airin yang nampak lebih panjang dari terakhir Keano merasakannya.
"Maaf... "
Deg!
Airin terhenyak.
Berharap telinganya tak salah dengar.
'Apa Keano baru saja mengucap kata maaf?' tanyanya dalam hati.
"Maafkan aku ... Airin ... " lirih Keano yang terdengar tulus.
Benar.
Ternyata Airin tak salah dengar.
Perlahan wajahnya yang sembab menengadah. Menyaksikan wajah teduh nan tegas dengan sorot mata menatap lembut ke arah netranya yang bergerak gelisah.
'Airin sadarlah! Semua ini salah.'
Kalbu Airin yang masih waras mulai memerintah.
Wanita itu melepas pelukan dengan perlahan, kemudian mulai menjaga jarak.
"Aku yang harusnya minta maaf. Maaf sudah sembarangan menangis di depanmu," ujar Airin, menyeka sisa-sisa air mata di pipi.
"A-aku yang—"
"Aku harus pulang," potong Airin cepat.
Sebelum dia terperdaya oleh rayuan buaya, sebaiknya ia cepat pergi dari sana.
"Biar aku antar."
Airin berniat kembali ke hotel yang disewanya untuk bermalam saat baru sampai di kota J kemarin, guna membereskan barang bawaan, lalu pulang ke kota B.
Namun berpamitan dengan Keano untuk pulang sendiri ternyata tidak semudah yang dikira. Perdebatan demi perdebatan terus saja terjadi hingga akhirnya Airin mengalah untuk diantarkan oleh si kepala batu.
Baiklah, ini terakhir kali Airin menerima bantuan darinya. Semoga.
Di sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan.
Tapi, Airin malah lebih senang jika mereka seperti ini, bagai orang asing. Dengan begitu Keano tidak akan mengusik kehidupannya lagi.
Entah mengapa pikiran Airin mulai menelisik pada fakta jika Keano sekarang adalah duda tanpa anak. Namun lagi-lagi kalbu yang masih waras tak membiarkan pikiran itu terus memenuhi otaknya.
'Jangan sampai ada niatan untuk mengorek masalah mereka berdua. Toh, tak ada manfaatnya juga buatmu.' Begitulah kalbu itu berbicara.
Ceklek.
"Terima kasih," ujar Airin yang sudah membuka pintu mobil.
Saat kakinya baru saja keluar sebelah, pria batu itu malah menahan tangannya.
'Astaga, drama apalagi ini, Tuhan ... ' gerutu Airin dalam hati.
"Apa?!" ketus Airin dengan wajah sedingin es mambo. Dingin tapi manis.
"Apa kau belum mau memaafkanku?" tanya Keano yang terdengar sendu.
"Huftt... " Airin menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya dengan lirih.
"Aku sudah memaafkanmu. Puas? Aku harap ini pertemuan terakhir kita. Jadi terima kasih, dan selamat tinggal," balas Airin datar, langsung menarik paksa tangannya dari genggaman Keano.
Dengan berkata demikian mungkin akan menghemat waktu, daripada terjadi perdebatan di antara mereka untuk yang kesekian kalinya.
"Tunggu!"
'Astaga! Perdebatan apa lagi yang makhluk itu inginkan?!' kesal Airin sambil menghentakkan kakinya.
Ia segera menoleh dengan gerakan slow motion, menatap Keano dengan tatapan membunuh.
Keano menunjuk leher lalu turun ke dadanya sendiri.
Astatang!
Airin baru ingat kalau terdapat bercak keunguan karena gigitan makhluk buas di atas dadanya. Setelah melihat pantulan diri di kaca spion, ternyata di lehernya juga terdapat beberapa.
Keano sialan!
Tangan Airin mengepal ingin melayangkan pukulan. Namun ia segera mengatur nafas kembali, tak mau mengambil resiko jika ia mengamuk di sini, maka harus siap jadi tontonan orang-orang di sekitar.
"Never mind," sahut Airin yang langsung membalik posisi tubuhnya.
Segera melangkah ke depan, tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Menoleh ke belakang hanya akan membuat kita lemah. Kita akan terus teringat masa lalu, dan akhirnya membuat kita terjebak di sana.
Setelah memastikan Airin hilang dari pandangan, Keano segera memacu mobilnya untuk kembali ke mansion.
Keano melirik bangku bekas Airin duduk, tiba-tiba perasaan bersalah menyeruak kedalam hatinya.
"Akh! Bodoh! Kenapa aku dulu melepaskan Airin demi ayah? Padahal kami sudah pernah melakukan ... Akhh!!" keluh Keano sambil meremat setirnya ketika potongan episode masa lalu itu kembali melintas.
Kepala tertunduk dalam. Menyesal pun sudah terlambat. Semua sudah terjadi.
"Kata selamat tinggal itu ... Kenapa terdengar sangat menyakitkan?"
"Aku belum siap ... "
"Tapi, aku juga tidak bisa kembali dengannya. Dia sudah memiliki kehidupan baru sekarang."
"Andai waktu bisa diputar kembali ... "
Keano terus bermonolog dengan diri sendiri–dengan tetap memusatkan fokus ke jalanan–menyesali perbuatannya di masa lalu. Yang ternyata masih membekas dan mampu membuat hatinya sedemikian kacaunya.
"Eh, apa itu?"
Pandangan Keano tak sengaja menangkap penampakan sebuah benda berwarna biru di dekat kakinya. Setelah memastikan jalanan tidak terlalu padat, secepat kilat, Keano memungut benda itu.
"Dompet?" gumamnya sambil mengamati benda persegi panjang di tangan.
Keano tidak merasa pernah memiliki benda itu, dengan rasa penasaran ia pun membuka dompet dengan sebelah tangan.
Mata Keano melebar saat melihat benda kotak yang terpampang nyata, terselip di kantung yang berlapis mika di sana.
"Airin ... Belum kawin?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bintang Laut
Kan nungguin elu bambang, ,ehhh buruan kejar ih. Gimana caranya Airin balik kalo ga ada duit
2022-08-15
0
Bunda Abizzan
Kog harus pake kejatuhan dompet seh, Kak. Malas banget liat Keanu..
Santet online ku belum mempan ke dia 🥴
2022-06-23
1
Bunda Abizzan
Baru sadar sekarang?
2022-06-23
1