Kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun?
Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang kita tidak bisa menghentikannya.
Enam tahun kemudian ....
Kini Airin sudah berdiri di depan bangunan sekolah SMA-nya yang sudah banyak berubah. Langkah kaki menggiringnya menuju sebuah ruangan di mana kenangan lama kembali terlintas di benaknya ....
Flashback ....
Dari kecil Airin menyukai hujan. Bermain atau menari di tengah hujan adalah kegiatan yang sangat ia nikmati. Rasanya bahagia, seperti tidak ada beban. Seolah beban ikut luruh bersama air yang jatuh melewati tubuh.
Kegemarannya terbawa bahkan saat ketika ia sudah memasuki masa SMA. Bila ada kesempatan di jam kosong dan kebetulan sedang hujan, Airin akan pergi ke halaman belakang untuk menari di bawah derai air hujan.
Sampai-sampai wali kelas akan memarahinya jika ia masuk ke dalam kelas dengan keadaan basah kuyup.
Seperti saat itu, Airin harus terpaksa berdiam diri di UKS sembari menunggu baju seragamnya kering. Sebenarnya bisa saja pihak sekolah meminjaminya baju olahraga atau seragam lain.
Tapi hal itu hanya akan membuat Airin mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin kali ini wali kelas ingin membuatnya jera.
"Hey, kamu Airin Kaila Nanda, kan?"
Airin terkejut dengan suara yang tiba-tiba tertangkap oleh indra pendengarannya. Tanpa ia ketahui, ternyata seorang siswa sedang duduk di atas brankar UKS sambil memperhatikannya.
"I-iya." Airin terbata karena terkejut.
Mereka bahkan baru pertama kali berbincang, namun lelaki itu malah sudah tau nama lengkapnya. Walau sebenarnya Airin sudah sering melihat siswa yang tengah menatapnya itu.
"Aku Keano," ujar siswa itu lagi.
Entah mengapa hati Airin terasa hangat saat mendengar suara siswa bernama Keano itu. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Jika ditelisik lagi, mungkin iya.
Airin sebenarnya sudah mengenal Keano jauh sebelum mereka mengobrol seperti sekarang.
Sejak awal masuk SMA, Airin sudah menaruh hati pada lelaki jangkung pemilik senyuman manis itu. Apalagi senyuman tulus yang dilayangkan padanya sekarang seperti mampu mengalihkan dunianya.
Itulah alasan Airin suka bermain hujan-hujanan di halaman belakang sekolah. Secara tidak langsung ia dapat melihat aktivitas Keano di dalam kelas. Yang mana Keano duduk di sebelah jendela yang menghadap ke halaman belakang.
Awalnya Airin hanya merasa kagum dengan sosok Keano yang tergolong murid cemerlang dengan segudang prestasi. Dan mulai memperhatikannya dari jarak aman tanpa berani mendekat. Ia merasa hanya seperti remahan peyek jika dibandingkan dengan Keano.
"Kamu yang suka hujan-hujanan di halaman belakang, kan?" Lagi-lagi tebakan Keano benar.
'Astaga! Apakah Keano tau jika aku suka memperhatikannya dari halaman ketika hujan? ' batin Airin panik sekaligus malu, hingga pipinya mulai merona.
Hal itu tak lepas dari pandangan Keano. Membuat senyum gemas terukir dari bibirnya.
Menurutnya Airin terlihat imut. Dengan rambut basah acak-acakan. Wajah polos tanpa sapuan make up, namun tetap terlihat cantik natural. Dan baju seragam basah kuyup yang menampakkan ...
Keano melebarkan matanya ketika baru menyadari jika baju seragam Airin terlihat transparan. Keano yang sedang pura-pura sakit pun beranjak mendekati Airin. Lalu melepas baju seragamnya untuk menutupi badan Airin yang menggoda iman.
"Kapan-kapan ajak aku kalau kamu mau main hujan-hujanan, oke?"
Mendengar ucapan Keano disertai senyuman khas itu, mau tidak mau membuat Airin ikut tersenyum ....
Flashback off ....
Saat itu juga, ketika kilasan kenangan di masa lalu berakhir, seperti ada perasaan gejolak yang kuat di hati. Hingga mampu membuat mata Airin berkaca-kaca.
"Airin?"
"Airin?!"
Tiba-tiba lamunan Airin buyar karena panggilan seseorang.
Dengan cepat Airin menghapus air mata yang hendak mendesak keluar.
Tentu saja hal itu tak luput dari pengelihatan orang yang baru saja memanggilnya.
"Kamu keinget dia lagi, ya? " tanya Risa, teman sebangku Airin selama tiga tahun mengenyam pendidikan menengah atas.
Risa Adara Herlina adalah teman sebangku sekaligus salah satu sahabatnya. Airin dulu sering berbagi cerita apapun kepada kedua sahabatnya, Risa dan Celia. Begitu pula sebaliknya. Termasuk bercerita tentang Keano, sosok lelaki yang mampu membuat dunia Airin penuh warna, kemudian menjatuhkannya ke dalam jurang yang begitu kelam.
"Kita ke aula, yuk?" ajak Risa setelah beberapa saat tak mendapat tanggapan dari Airin.
Diraihnya tangan Airin, lalu membimbingnya menuju aula sekolah dimana acara hari ini diadakan. Reuni setelah delapan tahun kelulusan SMA.
Saat menuju aula, pandangan Airin tak sengaja menangkap sosok yang bahkan tidak terbesit dibenaknya akan hadir di tempat ini.
Ya, walaupun ini acara reuni sekolah yang mana 'dia' juga alumni sekolah ini. Tapi menurut Airin orang itu sudah hilang dari muka bumi, enam tahun belakangan.
Keano Kaivan Narendra, melihat kehadirannya seperti membuka luka lama yang sudah berusaha Airin sembuhkan dengan seiring berjalannya waktu.
Airin segera mengalihkan pandangan sebelum Keano menyadari sedang diintai oleh sepasang manik coklatnya. Ia lebih memilih memandangi setiap bangunan sekolah yang sudah banyak berubah. Namun tidak dengan hatinya. Bahkan setelah segala hal yang sudah terjadi diantara mereka.
Nyatanya hati Airin tetap merasa berdebar sedemikian hebatnya saat menatap wajah tampan Keano yang tak banyak berubah sejak terakhir mereka berjumpa, hanya tampak sedikit lebih tegas. Tubuh jangkungnya kini lebih tegap dan atletis. Serta senyumannya sama sekali tidak berubah, yang akan diikuti oleh sepasang mata yang seperti ikut tersenyum.
Oh, tidak. Sadarlah, Airin, dia hanya masa lalu dan akan tetap seperti itu. Sialnya hujan yang tiba-tiba turun terus mengingatkannya akan kenangan bersama Keano. Airin membenci hujan.
Kalian tidak salah kira. Dia memang Airin yang dahulu menyukai hujan. Tapi itu dulu.
Sekarang dia bukan Airin yang polos dan suka menari di tengah hujan lagi. Ia sudah menjelma menjadi wanita kuat dan mandiri yang tidak menyukai hujan.
Sepasang netra tegas nan tajam bagai elang dengan monolid eyes khas orang Asia milik Keano, menangkap sosok wanita dengan balutan dress selutut berwarna biru langit yang sedikit menampilkan lekuk tubuhnya, tengah mengobrol dengan memegang segelas minuman di tangan.
"Eh, Bro. Itu Airin, kan?" pertanyaan itu membuat fokus gerombolan lelaki di sekitar Keano menoleh.
Siulan nakal dan bisikan-bisikan setan mulai terdengar.
"Airin?! Uwih, gila! Bodinya, Bro. Sejak kapan dadanya jadi remasable gitu?" celetuk Rendi yang berdiri di dekat Keano.
Namun mereka segera mengalihkan pandangan saat mendapat tatapan horor dari Keano. Mungkin kalau dulu, ia akan langsung melayangkan bogem mentah pada mereka yang memandang Airin dengan tatapan kurang ajarnya. Tapi sekarang dia bukan siapa-siapa.
"Eh, sorry, Ke. Lupa kalau dia di luar jangkauan," salah satu teman berujar.
"Bukanya kalian sudah putus? Dan kamu sudah menikah dengan Celia, kan?" tanya Rendi yang membuat Keano mendelik.
"Kalo iya kenapa?! Aku sudah cerai dengan Celia. Jadi jangan bahas dia lagi," ketus Keano yang dibalas tatapan terkejut oleh teman-temannya.
"Cerai?! Eh, Ke. Mau kemana?" pertanyaan Rendi diabaikan oleh Keano yang sudah lebih dulu melangkah ke arah gerombolan para wanita di depannya.
Kedatangan Keano membuat para wanita saling berbisik sambil sesekali melirik Airin yang berdiri menyamping itu.
Mereka yang tadinya asyik bergosip seketika bungkam. Seperti mempersilahkan ruang untuk bernostalgia bagi kedua insan yang dulu pernah menjalin kasih.
"Airin."
Suara yang sangat dikenali Airin itu ternyata masih mampu membuat debaran di hatinya berulah kembali. Dan seketika tubuhnya menegang. Ia benci perasaan ini. Perasaan yang harusnya menghilang sejak ia memilih untuk pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bintang Laut
Remasable dong🤣🤣
2022-08-06
1
최리아
apa itu remasable 🤔
2022-06-19
1
naumiiii🎈✨
Bagusss bangettt semangat terusss nulisnya💪💪
2022-06-19
1