Hujan Untuk Airin

Hujan Untuk Airin

Eps 1. Kenyataan Pahit

Seorang wanita berjalan sendirian di tengah rintik hujan. Melangkahkan kaki di atas genangan air dengan raut wajah yang terlihat sendu. Tak lama air matanya pun mulai terurai, mengalir selaras dengan guyuran hujan yang semakin deras.

Dinginnya air, disusul dengan desiran angin yang menerpa kulit nampak tak berpengaruh sedikitpun. Padahal ia hanya mengenakan dress selutut dengan lengan terbuka.

"Sudah sebesar ini masih saja suka bermain air hujan." Suara seseorang dari belakang tak membuatnya bergeming.

Pemilik suara itu mendekat dan berbagi payung dengannya.

"Pergilah!" ketus wanita yang akrab disapa Airin itu.

Dia tidak mau diganggu saat ini, suasana hatinya sedang buruk.

"Meneduhlah, atau kau akan sakit." Lelaki itu tidak menyerah.

"Bukan urusanmu. Lagi pula aku juga tidak mengenalmu."

"Kalau begitu mari kita berkenalan. Aku Rainand Arsenio, panggil saja Rain," ujar lelaki itu, sembari mengulurkan tangan.

"Aku tidak bertanya." Airin berpaling, tak berniat menyambut uluran tangan yang sudah mengarah padanya.

"Ambillah. Kembalikan saja jika suatu saat kita bertemu lagi," final Rain, mengalihkan paksa payung yang ia genggam ke tangan Airin, sebelum berlari membelah hujan yang sudah semakin deras.

"Hey! Aku tidak tahu siapa kau. Bahkan aku tak tahu dimana alamatmu. Bagaimana caraku mengembalikannya?! Ish!" teriak Airin kesal.

Namun teriakan itu sudah tak terdengar oleh Rain, karena kalah dengan gemericik suara hujan yang kian nyaring terdengar.

"Dasar aneh," dengus Airin menyipitkan mata, berharap lelaki asing itu masih terjangkau oleh pandangannya.

"Aku benci hujan," gumamnya sambil melangkah pergi.

Seharusnya Airin sekarang ada di tempat pernikahan sahabatnya. Namun dia enggan untuk datang. Bagaimana bisa ia datang, jika sahabatnya sendiri menikah dengan pacarnya yang hiatus satu bulan lalu?

Miris memang. Sebenarnya Airin sudah berusaha tegar dan ikhlas menerimanya. Namun kenyataan pahit yang baru ia ketahui dua minggu yang lalu, membuatnya seperti terkena sambaran petir di pagi hari yang cerah. Siapa sangka ia akan hamil anak dari mantan pacarnya yang sedang melangsungkan pernikahan itu?

Rasa sakit juga kecewa itulah yang membuatnya mengurungkan niat untuk menghadiri acara pernikahan Celia, sahabatnya. Ia tak kuat, melihat lelaki yang namanya masih tersimpan di dalam relung hatinya, bersanding di pelaminan dengan wanita lain.

Apalagi dengan keadaannya yang sedang berbadan dua seperti ini. Hatinya menjadi lebih sensitif dari sebelumnya.

Sebenarnya Airin sudah ada niat untuk memberi tahu Keano, sang mantan pacar, tentang kehamilannya. Namun undangan pernikahan malah lebih dulu menghampiri.

"Sebaiknya aku pulang," lirihnya pada diri sendiri, kemudian berjalan cepat karena badannya mulai menggigil.

Benar kata pria asing tadi, dirinya bisa saja sakit jika terus bertahan di bawah guyuran hujan tanpa meneduh.

...***...

"Hatchi!!"

Airin menggosok hidungnya yang gatal. Badannya lemas, dengan kepala berdenyut dan terasa lebih berat dibanding sebelumnya. Sepertinya ia benar-benar sakit setelah insiden hujan-hujanan kemarin. Padahal biasanya air hujan adalah wilayahnya. Tapi itu dulu.

"Semua ini salahmu!" geram Airin menatap tajam perutnya sendiri.

Airin tinggal mandiri di sebuah apartemen yang dibelinya, dengan hasil jerih payah selama bekerja paruh waktu di sebuah kafe, ditambah dengan tabungannya sejak masa sekolah. Beruntungnya ia tak perlu membayar biaya kuliah, karena berhasil mendapatkan beasiswa di kampus ternama tempatnya menimba ilmu.

Airin terbiasa menabung sejak kecil. Ia sadar jika hidupnya tidak bisa bergantung pada siapapun.

Kedua orang tuanya sudah meninggal saat ia masih kecil, karena insiden kecelakaan. Lalu kepengasuhan atas dirinya berpindah kepada sang bibi.

Namun bibinya, Maya, tidak memperlakukannya dengan baik, malah cenderung hanya memanfaatkan harta kedua orang tuanya, yang ditinggalkan untuk kelangsungan hidup Airin.

Dan disinilah Airin sekarang. Ia lebih tenang jika hidup mandiri, daripada diperlukan tidak pantas di rumahnya sendiri.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Airin mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Harus kuapakan makhluk ini?" lirihnya menatap sendu sambil membelai perutnya.

"Apa aku harus merawatnya? Atau aku lenyapkan saja? Pumpung dia masih kecil. Orang-orang tidak akan tahu."

"Ah, tidak-tidak, itu terdengar kejam."

Airin terus berdialog dengan diri sendiri, sampai-sampai ia merasa seperti orang yang sudah kehilangan akal.

Benar, akal sehatnya sudah hilang tatkala bertemu dengan Keano.

Hingga dengan mudah ia menyerahkan dirinya pada lelaki brengsek itu. Nyatanya setelah segala yang sudah ia berikan, lelaki itu tetap pergi meninggalkan luka yang cukup dalam.

Tidak-tidak, semua yang telah terjadi adalah salah Keano. Airin hanya gagal mempertahankan diri saat itu.

Antara suka dan tidak suka. Sadar dan tidak sadar. Cinta benar-benar membutakan segalanya. Dan apartemen ini adalah saksi bisu atas segala hal yang pernah terjadi diantara dirinya dan Keano.

Ting Tong

Lamunan Airin buyar saat mendengar bel dari arah pintu. Dengan langkah berat ia menghampiri ruang depan, untuk melihat siapa tamu yang datang pagi-pagi begini.

Ceklek

Mata Airin langsung membola dengan sempurna saat tahu siapa orang yang ada di depannya sekarang.

"Keano?" lirih Airin dengan suara yang hampir tak terdengar.

Keano terhenyak melihat penampilan Airin yang tidak seperti biasanya. Wanita itu tampak kacau.

Wajah pucat, rambut acak-acakan dan mata panda yang terlihat menghitam. Ia tampak seperti hantu perempuan yang khas dengan tawanya yang melengking.

Seterpuruk itukah Airin ketika mendengar kabar pernikahannya? Hingga wanita itu kini berubah wujud menjadi sosok lain yang tak dikenali Keano.

Kalau saja hubungan mereka masih seperti dulu, tentu Keano akan segera memeluk Airin dengan erat dan tak akan pergi dari sisinya lagi.

Meski sebenarnya ada sedikit rasa bahagia saat lelaki itu masih mau mengunjunginya, namun sebisa mungkin Airin mengontrol diri ketika teringat segala perbuatan Keano yang tak dapat dimaafkan.

"Enyahlah! Aku tidak menerima tamu laki-laki brengsek sepertimu!" usir Airin sambil mendorong pintu.

"Tunggu, Rin. Aku bisa menjelaskan semuanya," balas Keano, langsung menahan pintu agar tidak tertutup.

'Sial, tenagaku kalah kuat darinya,' gerutu Airin dalam hati.

Melihat wajah Keano, membuat ingatan Airin melalang buana. Saat ia gagal mempertahankan diri, dan malah menikmati perbuatan lelaki begajulan itu.

Siapa yang pantas disalahkan sekarang?

"Tolong jangan temui aku lagi. Kau sudah menjadi suami orang. Tidak baik jika menemui perempuan lain tanpa sepengetahuan istrimu, apalagi perempuan itu adalah bagian dari masa lalu." Airin berusaha mempertahankan akal sehatnya.

Ia tak boleh lagi lemah dengan tatapan sok polos dari buaya kelas kadal macam Keano.

"Please, Rin. Dengarkan aku dulu." Keano memelas sambil tetap memaksa masuk.

"Pergi! Aku tak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Aku juga sudah muak melihatmu, Ke—Huek ... Mphh!" Airin segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Entah mengapa, menyebut nama lelaki itu saja sudah membuatnya ingin muntah.

"Airin? Kau—" Keano mengerutkan dahinya, terlihat khawatir.

"Pergi!!" bentak Airin cepat, sambil mendorong Keano agar menjauh dari pintu.

Dengan luapan emosi, dan kekuatan yang entah datang dari mana–atau Keano yang sengaja mengalah–dorongan Airin mampu menyingkirkan lelaki itu dari hadapannya, hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Lalu segera membanting pintu dengan lumayan keras sebelum menguncinya rapat-rapat.

Tak terasa air mata sudah mengantri di pelupuk mata. Tanpa bisa ia tahan lagi, mereka mulai berjatuhan membentuk aliran sungai di pipi. Semakin diseka malah semakin deras.

"Sial. Kenapa? Bukankah aku sudah berjanji untuk tidak menangisinya?" lirih Airin sambil menyenderkan punggungnya di daun pintu.

Terpopuler

Comments

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

follback kak, sdh ku follow yaa 😍😍

2022-08-20

0

Nurwana

Nurwana

ambil saja hikmahnya Airin. laki laki bgtu tdk perlu ditangisi.

2022-07-14

3

최리아

최리아

Ijin marathon Thor... maaf baru sempat mampir, aku mau siapin hati untuk mengikuti perjalanan Airin. salam dari Pengganti Istri kedua Tuan Zain

2022-06-19

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1. Kenyataan Pahit
2 Eps 2. Pergi Membawa Luka
3 Eps 3. Hujan dan Kenangan
4 Eps 4. Reuni
5 Eps 5. The One That Got Away
6 Eps 6. Maafkan Aku
7 Eps 7. Percikan
8 Eps 8. Never Goodbye
9 Eps 9. Hati yang Tertinggal
10 Eps 10. Kembali Pulang
11 Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12 Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13 Eps 13. Hantu Masa Lalu
14 Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15 Eps 15. Rubah Mengamuk
16 Eps 16. Turn On
17 Eps 17. Dari Balik Tembok
18 Eps 18. Kalut
19 Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20 Eps 20. Kenangan saat Hujan
21 Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22 Eps 22. Nama Kita Mirip
23 Eps 23. Ellipsism
24 Eps 24. Penuh Sesal
25 Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26 Eps 26. Drama Queen
27 Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28 Eps 28. Ayah Zia?
29 Eps 29. Orang Asing
30 Eps 30. Kemana Zia?
31 Eps 31. Dalam Bahaya
32 Eps 32. Deal!
33 Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34 Eps 34. Look At Me
35 Eps 35. Arsen
36 Eps 36. Tes DNA
37 Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38 Eps 38. Pengakuan Rain
39 Eps 39. Rain PoV
40 Eps 40. Tamu Tak Diundang
41 Eps 41. Aku Berhenti
42 Eps 42. Danau
43 Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44 Eps 44. Menyerah
45 Eps 45. Mundur Teratur
46 Eps 46. Maaf Zia
47 Eps 47. Saling Terikat
48 Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49 Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50 Eps 50. Ingkar
51 Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52 Eps 52. Rencana Rain
53 Eps 53. Morning Kiss
54 Eps 54. Api Cemburu
55 Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56 Eps 56. Goodbye, Keano
57 Eps 57. Harus Pergi Lagi
58 Eps 58. Kemana Orang Itu?
59 Eps 59. Penculikan
60 Eps 60. Alter Ego
61 Eps 61. Jauhi Airin
62 Eps 62. Tempat Tinggal Baru
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Eps 1. Kenyataan Pahit
2
Eps 2. Pergi Membawa Luka
3
Eps 3. Hujan dan Kenangan
4
Eps 4. Reuni
5
Eps 5. The One That Got Away
6
Eps 6. Maafkan Aku
7
Eps 7. Percikan
8
Eps 8. Never Goodbye
9
Eps 9. Hati yang Tertinggal
10
Eps 10. Kembali Pulang
11
Eps 11. Rasa yang Masih Tetap Sama
12
Eps 12. Aku Memperhatikanmu
13
Eps 13. Hantu Masa Lalu
14
Eps 14. Itu Mimpi Kita... Tapi Dulu
15
Eps 15. Rubah Mengamuk
16
Eps 16. Turn On
17
Eps 17. Dari Balik Tembok
18
Eps 18. Kalut
19
Eps 19. Mendung Tanpa Hujan
20
Eps 20. Kenangan saat Hujan
21
Eps 21. Pertemuan yang Menyisakan Tanda Tanya
22
Eps 22. Nama Kita Mirip
23
Eps 23. Ellipsism
24
Eps 24. Penuh Sesal
25
Eps 25. Bercanda dengan Takdir
26
Eps 26. Drama Queen
27
Eps 27. Bisakah Aku Berdamai dengan Masa Lalu?
28
Eps 28. Ayah Zia?
29
Eps 29. Orang Asing
30
Eps 30. Kemana Zia?
31
Eps 31. Dalam Bahaya
32
Eps 32. Deal!
33
Eps 33. Di Bawah Sinar Bulan
34
Eps 34. Look At Me
35
Eps 35. Arsen
36
Eps 36. Tes DNA
37
Eps 37. Kebetulan atau Takdir?
38
Eps 38. Pengakuan Rain
39
Eps 39. Rain PoV
40
Eps 40. Tamu Tak Diundang
41
Eps 41. Aku Berhenti
42
Eps 42. Danau
43
Eps 43. Luka yang Semakin Dalam
44
Eps 44. Menyerah
45
Eps 45. Mundur Teratur
46
Eps 46. Maaf Zia
47
Eps 47. Saling Terikat
48
Eps 48. Aku Ingin Kita Berdamai
49
Eps 49. Jawaban Ada di Depan Mata
50
Eps 50. Ingkar
51
Eps 51. Aku Pulang Malam Ini
52
Eps 52. Rencana Rain
53
Eps 53. Morning Kiss
54
Eps 54. Api Cemburu
55
Eps 55. Cinta itu Menyakitkan
56
Eps 56. Goodbye, Keano
57
Eps 57. Harus Pergi Lagi
58
Eps 58. Kemana Orang Itu?
59
Eps 59. Penculikan
60
Eps 60. Alter Ego
61
Eps 61. Jauhi Airin
62
Eps 62. Tempat Tinggal Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!