Bab 19. Berpisah

Di dalam ruangannya, Dokter yang bernama Dr. Fatima, Dokter yang bertugas untuk menangani Zahra duduk dengan cemas di depan tuannya, ia sedikit merasa waswas untuk menyampaikan prediksinya terhadap kondisi Zahra.

“Tuan, saya harus menyampaikan sesuatu yang mungkin bisa membuat Anda sulit untuk menerimanya,” ucapnya pelan.

“Katakan!” perintah Zain dengan dingin, sosok rapuh yang tadi ia tunjukkan di dalam ruangan Zahra telah tergantikan dengan sosok dinginnya.

“Tuan, sebaiknya Anda membawa Ny. Zahra untuk mendapatkan perawatan khusus dari Dr. Psikiater karena kondisi kejiwaannya sedikit terguncang,” jelas Dr. Fatima dengan hati-hati.

“Istri saya tidak gila, Dokter! Anda jangan berani macam-macam!” bentak Zain.

“Saya tidak mengatakan bahwa Ny. Zahra memiliki gangguan jiwa atau gila, Tuan. Saya hanya menyarankan agar membawa Ny. Zahra ke psikiater agar istri Anda mendapatkan penanganan yang tepat.” Dr. Fatima sangat profesional, ia begitu tenang menghadapi emosi Zain yang tidak stabil, meskipun tadi merasa sedikit khawatir menghadapi tuan muda pemilik tempatnya bekerja.

Zain keluar begitu saja dari ruangan Dr. Fatima dengan wajah lesu. Ia melangkahkan kakinya menyusuri lorong rumah sakit menuju lift dan masuk ke dalamnya.

Zain melangkahkan kakinya di atap gedung dan berjalan ke tepi pembatas gedung. Angin bertiup kencang membuat pakaiannya berkibar dan rambutnya beterbangan.

“Aaaakh!!!!” Zain berteriak kencang melampiaskan emosi yang penuh menyesakkan di dalam dadanya.

Belum pernah Zain merasa terpuruk seperti ini, bahkan dulu ketika ia di tinggal pergi ayahnya dan harus kehilangan adiknya Zain tidak merasa serapuh ini, karena dulu ia masih terlalu kecil dan belum begitu memahami akan arti sebuah kehilangan.

Malam harinya Zain menemani Zahra di dalam kamar rawatnya, Zain dibuat terkejut ketika mendapati Zahra yang terbangun dengan menangis histeris, bahkan semakin histeris ketika melihat keberadaannya.

Akhirnya Dr. Fatima meminta Zian untuk keluar dari kamar tersebut, namun Zain enggan untuk meninggalkan Zahra yang mengamuk.

“Tuan, saya mohon Anda keluar dari kamar ini. Lakukanlah demi istri Anda!” pinta Dr. Fatima dengan nada sedikit memerintah Zain.

Zain tetal diam berdiri di tempat tanpa mendengarkan permintaan Dr. Fatima.

“Tuan. Jika Anda tidak menginginkan istri Anda benar-benar menjadi gila, tolong segera tinggalkan kamar ini!” seru Dr. Fatima, melupakan siapa orang yang di hadapannya, ia tidak memikirkan hal tersebut, baginya keselamatan pasiennya adalah hal yang paling utama.

Dengan langkah berat, Zain menyeret kakinya keluar dari kamar rawat Zahra. Ia duduk di depan kursi tunggu di lorong itu dengan menangkupkan kedua tangannya di wajahnya..

Barra berjalan menghampiri tuannya. “Tuan, sebaiknya Anda makan dulu. Sejak kemarin Anda belum memakan sesuatu.”

“Aku tidak lapar, Barra!”

“Setidaknya Anda harus makan sedikit, Tuan!” desak Barra.

“Nanti aku akan makan jika lapar.”

Seseorang menarik tangan Zain membuatnya mengangkat kepalanya. Ia hendak memarahi orang yang mengganggunya namun urung ketika melihat siapa orang tersebut.

“Jika kamu sakit, siapa yang akan merawat Zahra? Jika Zahra sadar dan mendapati suaminya sekarat, dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.”

“Mommy ...,” lirih Zain lalu memeluk tubuh ibunya.

“Menangislah! Seseorang tidak akan dianggap lemah jika meneteskan air matanya untuk orang yang disayanginya.” Ny. Amara mengusap kepala putranya dan membalas pelukan Zain.

Ny. Amara bergegas menuju rumah sakit setelah mendapat kabar dari Barra tentang kondisi Zahra dan Zain yang mengabaikan dirinya sendiri sejak kemarin.

 “Makanlah, Zain. Mommy tahu perasaanmu, tapi jangan sampai kamu mengabaikan kesehatanmu sendiri.”

Zain melepas pelukannya dan memalingkan wajahnya.

“Ck! Kenapa melengos begitu! Dulu saja selalu merengek di ketiak mommy!” ejek Ny. Amara lalu memukul pelan bahu putranya.

Ny. Amara duduk di sebelah Zain dan meminta kotak makan dari tangan Barra.

“Kamu boleh istirahat!” perintahnya kepada Barra.

“Saya akan di sini menemani Anda dan tuan muda, Nyonya,” tolak Barra sopan.

“Kamu juga mau menjadi pembangkang seperti tuanmu? Kelamaan bekerja dengannya membuatmu menjadi keras kepala sepertinya!” kesal Ny. Amara.

“Maaf, Nyonya.”

“Aku tidak meminta maafmu! Cepat pergi makan, mandi! Berapa lama kamu tidak mandi?” tanya Ny. Amara sambil memicingkan matanya menatap wajah Barra.

Barra mencium tubuhnya sendiri. “Maaf Nyonya, kalau begitu saya permisi sebentar. Jika Anda memerlukan sesuatu segera hubungi saya, Nyonya.”

“Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Lagi pula di tempat ini banyak anak buahmu yang berjaga.”

“Saya permisi, Nyonya.” Barra pamit dan meninggalkan tempat itu.

Ny. Amara membuka kotak makan di tangannya dan menyuapi putranya.

“Makanlah!” perintahnya.

Zain tanpa membantah memakan makanan itu dari tangan ibunya. Sudah lama sekali ia tidak merasakan makan dari suapan tangan ibunya, tanpa disadari setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

“Jangan cengeng!”

...*****...

Pagi itu Zain menyempatkan dirinya untuk pulang ke mansion setelah beberapa hari tidak menginjakkan kakinya di rumah besar itu.

Tanpa basa-basi, Zain langsung memanggil Clarisa dan memberikan berkas perceraian mereka yang sudah ditandatangani olehnya.

“Cepat tandatangani surat itu!” perintahnya.

“Aku tidak mau, Zain. Maafkan aku, aku janji akan meninggalkan dunia model untukmu.” Clarisa memohon dan merengek kepada Zain.

“Cepat! Jangan membuang-buang waktu berhargaku!” seru Zain tanpa menatap ke arah Clarisa.

Clarisa menggelengkan kepalnya dan menangis di depan Zain.

“Gara-gara dirimu aku harus berjauhan dengan istriku!”

“Aku juga istrimu, Zain!” sela Clarisa.

“Tak pernah sekalipun aku mengganggangmu sebagai seorang istri! Ingat itu!” teriak Zain.

Zain menarik tangan Clarisa dan memaksanya untuk menandatangani surat itu.

Setelah berhasil mendapat tanda tangan dari Clarisa, Zain mengeluarkan selembar cek kosong di atas meja.

“Ambillah! Dan isi sesuka hatimu, setelah ini jangan pernah muncul di depanku lagi! Akan lebih baik jika kamu pergi meninggalkan negara ini!”

Zain bangkit dan berjalan meninggalkan Clarisa tanpa sedikit pun merasa kasihan dengan wanita itu.

“Oh ya, tidak akan ada agen ataupun manajemen mana pun yang akan menerimamu kembali di dunia permodelan!” serunya sebelum menghilang dari pandangan Clarisa.

“Zain!”

Zain menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu mobil karena seseorang menyerukan namanya.

“Zain, mommy ikut ke rumah sakit ya!” pinta Ny. Amara dengan napas tidak teratur karena berlari mengejar putranya.

Zain menoleh ke arah ibunya dan menatapnya sebentar.

“Masuklah!” ucapnya datar lalu masuk ke dalam mobil dengan diikuti Ny. Amara yang mengembangkan senyumnya.

Zain melangkahkan kakinya menyusuri lorong rumah sakit diikuti ibunya yang mengekor di belakangnya. Sepanjang perjalanan orang-orang menunduk hormat ke arahnya.

Kesehariannya kini hanya fokus kepada kesembuhan Zahra. Masalah pekerjaan ia serahkan sepenuhnya kepada Barra.

Zain menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar VVIP yang selama sepekan ini menjadi tempat perawatan Zahra, Zain hanya melihat wajah istrinya dari balik kaca pintu itu.

Sejak kejadian tantrum yang dialami Zahra saat itu, Zain hanya bisa menatap wajah istrinya itu dari kejauhan. Karena Zahra akan kembali histeris dan mengamuk setiap melihat keberadaan laki-laki di dekatnya.

“Bagaimana keadaan Zahra, Zain?” tanya Ny. Amara yang berdiri di samping putranya.

Zain menoleh ke arah ibunya dan menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Ny. Amara menepuk bahu putranya. “Bersabarlah Zain, semua akan kembali seperti semula. Mommy yakin Zahra adalah anak yang kuat, dia pasti akan melewati semua ini.” Ny. Amara menatap ke arah putranya dengan penuh kesedihan.

“Mommy masuk dulu.”

“Jaga Zahra untukku, Mom!” pinta Zain.

“Tanpa kamu minta mommy akan melakukannya, Zain,” ucap Ny. Amara dengan mengembangkan senyum di wajahnya, lalu melangkah masuk ke dalam kamar rawat Zahra.

“Jangan salahkan dirimu, Zahra. Kamu tidak salah, aku yang bodoh karena saat itu meninggalkanmu begitu saja di dalam kamar hotel itu.”

Zain begitu menyesali perbuatannya waktu itu, karenanya Zahra selalu menyalahkan dirinya, dan beberapa kali Zahra mencoba untuk melukai dirinya.

Zahra mendapat perawatan khusus dan selama seminggu ke belakang keadaannya semakin membaik. Dokter memperkirakan Zahra hanya memerlukan waktu 2-3 bulan untuk kembali menerima keadaannya, namun tetap harus mendapatkan perawatan rutin dan pengawasan dari orang-orang di sekitarnya.

"Aku akan melakukan apa pun untuk kesembuhanmu, gadis kecil."

Terpopuler

Comments

Risa Risa

Risa Risa

harusnya zain pas pergi dr hotel ninggalin pesen utk zahra ...lah zahra pas bgn ingetnya dia diperkosa ama 2 org laki2..lupa dia klo suaminya yg main ama dia...masa gak inget sama sekali ya sizahra ...dia kan gak mabuk hanya dikasih obat ..

2022-10-25

1

Royhan Alfan

Royhan Alfan

bgus sekli cerita y

2022-08-08

1

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Barra, emangmya Kamu udah berapa lama gak mandi 🙊


Clarissa, selamat ya atas hadiahmu 😜

2022-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2 Bab 2. Pengantin Pengganti
3 Bab 3. Mansion Utama
4 Bab 4. Perjanjian
5 Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6 Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7 Bab 7. Zahwa Sakit
8 Bab 8. Rencana Clarisa
9 Bab 9. Berita Menggemparkan
10 Bab 10. Kehamilan Clarisa
11 Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12 Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13 Bab 13. Kamar 305
14 Bab 14. Pertolongan
15 Bab 15. Kehancuran Zahra
16 Bab 16. Kepanikan Zain
17 Bab 17. Kemarahan Zain
18 Bab 18. Trauma Zahra
19 Bab 19. Berpisah
20 Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21 Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22 Bab 22. Anindya
23 Bab 23. Kedatangan Anindya
24 Bab 24. Rencana Zain
25 Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26 Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27 Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28 Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29 Bab 29. Pengakuan Zahra
30 Bab 30. Keluarga Athaillah
31 Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32 Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33 Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34 Bab 34. Merasa Dipermainkan
35 Bab 35. Tidur Seranjang
36 Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37 Bab 37. Ziya's House
38 Bab 38. Ziya's House 2
39 Bab 39. Manis Bagai Candu
40 Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41 Bab 41. Rencana Ny. Amara
42 Bab 42. Keluar dari Penjara
43 Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44 Bab 44. Harapan Ny. Amara
45 Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46 Bab 45. Keposesifan Zain
47 Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48 Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49 Bab 48. Syukuran
50 Bab 49. Malam Penuh Drama
51 Bab 50. Rencana Berkunjung
52 Bab 51. Godaan
53 Bab 52. Menahan Emosi
54 Bab 53. Terungkap
55 Bab 54. Drama Keluarga
56 Bab 55. Keputusan Akhir
57 Bab 56. Gelisah
58 Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59 Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60 Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61 Bab 60. Crazy Rich Man
62 Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63 Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64 Bab 63. Hu Yitian
65 Bab 64. Karantina
66 Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67 Bab 66. Melepas Rindu
68 Bab 67. Pergi
69 Bab 68. Salah Paham
70 Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71 Bab 70. Zhang Yang Zi
72 Bab 71. Keputusan Barra
73 Bab 72. Calon Menantu
74 Bab 73. Nasihat dari Paman
75 Bab 74. Kejutan
76 Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77 Bab 76. Tragedi
78 Bab 77. Kisah Yang Zi
79 Bab 78. Amarah Sang Kakak
80 Bab 79. Disneyland
81 Bab 80. Mengulang Pesta
82 Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83 Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84 Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85 Bab 84. Alun-Alun Kota
86 Bab 85. Pengakuan Barra
87 Bab 86. Pesta Pernikahan
88 Bab 87. Kekacauan
89 Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90 Bab 89. Malam Pesta
91 Bab 90. Cucu Kesayangan
92 Bab 91. Hanya Salah Paham
93 Bab 92. Retak
94 Bab 93. Tak Pernah Terencana
95 Bab 94. Luka dan Trauma
96 Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97 Bab 96. Gelisah
98 Bab 97. Bumil Muda
99 Bab 98. Orang Asing
100 Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101 Bab 100. Singa yang Posesif
102 Bab 101. Drama di Kantin
103 Bab 102. Ketakutan Zahra
104 Bab 103. Teman Baru
105 Bab 104. Teman Lama
106 Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107 Bab 106. Perlengkapan Bayi
108 Bab 107. Musibah
109 Bab 108. Kembali Bermimpi
110 Bab 109. Pengakuan
111 Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112 Bab 110. Ali dan Tania
113 Bab 111. Penjelasan Zain
114 Bab 112. Baby Rayyanza
115 Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116 Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117 Bab 115. Keluarga Mahardika
118 Bab 116. Istana Tersembunyi
119 Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120 Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121 Bab 119. Merajuk
122 Bab 120. Datang untuk Melamar
123 Bab 121. Hadiah Pernikahan
124 Bab 122. Klub Malam
125 Bab 123. Permintaan Zahra
126 Bab 124. Sisi Lain Yitian
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2
Bab 2. Pengantin Pengganti
3
Bab 3. Mansion Utama
4
Bab 4. Perjanjian
5
Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6
Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7
Bab 7. Zahwa Sakit
8
Bab 8. Rencana Clarisa
9
Bab 9. Berita Menggemparkan
10
Bab 10. Kehamilan Clarisa
11
Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12
Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13
Bab 13. Kamar 305
14
Bab 14. Pertolongan
15
Bab 15. Kehancuran Zahra
16
Bab 16. Kepanikan Zain
17
Bab 17. Kemarahan Zain
18
Bab 18. Trauma Zahra
19
Bab 19. Berpisah
20
Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21
Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22
Bab 22. Anindya
23
Bab 23. Kedatangan Anindya
24
Bab 24. Rencana Zain
25
Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26
Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27
Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28
Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29
Bab 29. Pengakuan Zahra
30
Bab 30. Keluarga Athaillah
31
Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32
Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33
Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34
Bab 34. Merasa Dipermainkan
35
Bab 35. Tidur Seranjang
36
Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37
Bab 37. Ziya's House
38
Bab 38. Ziya's House 2
39
Bab 39. Manis Bagai Candu
40
Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41
Bab 41. Rencana Ny. Amara
42
Bab 42. Keluar dari Penjara
43
Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44
Bab 44. Harapan Ny. Amara
45
Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46
Bab 45. Keposesifan Zain
47
Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48
Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49
Bab 48. Syukuran
50
Bab 49. Malam Penuh Drama
51
Bab 50. Rencana Berkunjung
52
Bab 51. Godaan
53
Bab 52. Menahan Emosi
54
Bab 53. Terungkap
55
Bab 54. Drama Keluarga
56
Bab 55. Keputusan Akhir
57
Bab 56. Gelisah
58
Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59
Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60
Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61
Bab 60. Crazy Rich Man
62
Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63
Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64
Bab 63. Hu Yitian
65
Bab 64. Karantina
66
Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67
Bab 66. Melepas Rindu
68
Bab 67. Pergi
69
Bab 68. Salah Paham
70
Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71
Bab 70. Zhang Yang Zi
72
Bab 71. Keputusan Barra
73
Bab 72. Calon Menantu
74
Bab 73. Nasihat dari Paman
75
Bab 74. Kejutan
76
Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77
Bab 76. Tragedi
78
Bab 77. Kisah Yang Zi
79
Bab 78. Amarah Sang Kakak
80
Bab 79. Disneyland
81
Bab 80. Mengulang Pesta
82
Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83
Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84
Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85
Bab 84. Alun-Alun Kota
86
Bab 85. Pengakuan Barra
87
Bab 86. Pesta Pernikahan
88
Bab 87. Kekacauan
89
Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90
Bab 89. Malam Pesta
91
Bab 90. Cucu Kesayangan
92
Bab 91. Hanya Salah Paham
93
Bab 92. Retak
94
Bab 93. Tak Pernah Terencana
95
Bab 94. Luka dan Trauma
96
Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97
Bab 96. Gelisah
98
Bab 97. Bumil Muda
99
Bab 98. Orang Asing
100
Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101
Bab 100. Singa yang Posesif
102
Bab 101. Drama di Kantin
103
Bab 102. Ketakutan Zahra
104
Bab 103. Teman Baru
105
Bab 104. Teman Lama
106
Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107
Bab 106. Perlengkapan Bayi
108
Bab 107. Musibah
109
Bab 108. Kembali Bermimpi
110
Bab 109. Pengakuan
111
Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112
Bab 110. Ali dan Tania
113
Bab 111. Penjelasan Zain
114
Bab 112. Baby Rayyanza
115
Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116
Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117
Bab 115. Keluarga Mahardika
118
Bab 116. Istana Tersembunyi
119
Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120
Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121
Bab 119. Merajuk
122
Bab 120. Datang untuk Melamar
123
Bab 121. Hadiah Pernikahan
124
Bab 122. Klub Malam
125
Bab 123. Permintaan Zahra
126
Bab 124. Sisi Lain Yitian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!