Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain

Seminggu sudah Zahwa menjalankan kehidupannya sebagai seorang istri, setiap hari ada saja hal yang Zain lakukan untuk membuatnya merasa kesal.

Sedangkan Clarisa jarang terlihat di rumah karena sibuk dengan kariernya. Sejak merasakan masakan Zahwa, setiap hari Zain selalu meminta Zahwa khusus memasak untuknya.

“Nona, saya sudah mendaftarkan Anda di universitas terbaik di kota ini,” ucap Barra setelah menyelesaikan sarapan mereka.

“Fakultas seni, kan?” tanya Zahwa pelan.

“Tuan muda menyuruh saya untuk mendaftarkan Anda di fakultas ekonomi dan bisnis.”

Wajah Zahwa terkejut. “Tapi saya-”

“Poin nomor satu! Nona tidak lupa, kan?” tanya Barra menatap lekat wajah Zahwa.

Zahwa menatap ke arah suaminya dan menampilkan wajah memelasnya. “Tuan ....”

“Terima atau tidak ada kuliah!” ucap Zain lalu bangkit dari duduknya diikuti Barra sang asisten.

Zahwa menundukkan kepalanya, ia sudah senang dan berharap bisa meraih cita-citanya menjadi seorang fashion desainer. Namun harus ia kubur keinginan itu karena terikat oleh perjanjian yang dibuat suaminya.

Zahwa bangun dari duduknya lalu membalikkan tubuhnya namun sesuatu yang keras membentur kepalanya. Zahwa mendongak ke atas, betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah dingin Barra yang menatapnya dengan tajam.

“Maaf,” cicit Zahwa.

“Tuan muda meminta Nona untuk mengantarkan makan siang ke kantor. Pukul 12.00 harus sudah sampai di kantor, tidak boleh terlambat!”

“Mau men-”

Zahwa mengerucutkan bibirnya, belum selesai dia bertanya, Barra tanpa berkata berbalik meninggalkannya.

“Tidak tuannya, tidak asistennya sama-sama seperti kulkas,” gerutu Zahwa.

“Kulkas apa, Nyonya?” tanya bi Nur yang hendak membereskan meja makan bersama pelayan lainnya.

“Eh, Bibi mengagetkan aku saja.”

“Maaf, Nyonya.” Bi Nur merasa bersalah.

“Tidak apa-apa Bi, jangan meminta maaf. Maaf ya Bi, aku tidak bisa membantu membereskan meja.”

“Tidak apa-apa Nyonya, ini sudah pekerjaan kami.”

“Ya sudah, aku mau ke kamar dulu.” Zahwa pamit lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Beberapa hari lalu, meskipun sudah dilarang oleh bi Nur, Zahwa nekat membantu para pelayan membersihkan rumah karena dia bosan tidak ada kegiatan di rumah sebesar itu. Namun, Zain mengetahui hal itu dan menghukum Zahwa, bahkan semua pelayan pun ikut mendapatkan hukuman dari Zain.

Zahwa duduk di depan meja belajarnya, ia mencoret-coret kertas di atas meja, sesekali mengotak-atik laptop di depannya.

Sesuai ucapannya, Zain memberikan semua fasilitas yang Zahwa perlukan. Mulai dari ponsel, laptop, dan perlengkapan lainnya. Bahkan Zahwa mendapatkan black card dari suaminya itu, namun Zahwa belum sekalipun menggunakan kartu tersebut.

Sejak kecil Zahwa bercita-cita ingin menjadi seorang fashion desainer, karena dirinya yang tak pernah memiliki pakaian bagus. Ia sering membuat desain pakaian meskipun tidak bagus, Zahwa ingin suatu saat bisa mengembangkan desain itu dan berharap bisa membuatnya walau hanya satu saja untuk dia pakai sendiri.

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 10.30, Zahwa teringat untuk memasak makan siang untuk suaminya. Ia bergegas keluar kamarnya dan hampir saja menabrak Clarisa di ujung tangga.

“Hati-hati Za! Jangan lari-lari, ini bukan tempat bermain!” tegur Clarisa dengan wajah yang ditekuk.

Sepertinya Clarisa baru saja pulang dari pekerjaannya, wajahnya terlihat sayu dan lelah.

“Maaf, Mbak.”

Clarisa meninggalkan Zahwa tanpa menanggapi permintaan maaf dari Zahwa.

Zahwa mengangkat bahunya, lalu melanjutkan langkahnya menuju dapur.

“Bi, ada bahan masakan apa saja?” tanya Zahwa.

“Nyonya ingin makan apa? Biar saya siapkan untuk Nyonya.” Salah satu pelayan menawarkan bantuan untuk Zahwa.

“Tidak perlu bi, aku ingin masak untuk menu makan siang tuan muda.”

Pelayan tersebut mengangguk lalu membantu Zahwa menyiapkan bahan apa saja yang tersedia untuk dimasak.

Dengan cekatan Zahwa meracik bahan makanan dan mulai memasaknya. Zahwa hanya memiliki waktu 30 menit, dia memutuskan untuk membuat menu yang simpel. Cah brokoli jamur saus tiram dan rica-rica ayam.

Setengah jam kemudian tanpa mengganti pakaiannya, Zahwa bergegas menuju kantor Zain untuk mengantar makan siang diantar oleh sopir yang bertugas mengantar ke mana pun ia pergi.

Perjalanan menuju perusahaan Zain dari mansion utama membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit.

Mobil Zahwa berhenti tepat di depan pintu lobi, Zahwa keluar dari mobil dan berjalan menuju lobi dengan menenteng rantang berisi makanan. Namun Zahwa ditahan oleh petugas resepsionis karena belum membuat janji temu dengan pemilik perusahaan.

Selama 10 menit, Zahwa berdebat dengan petugas resepsionis.

“Adek, kamu salah tempat. Jangan mengaku-ngaku sebagai istri tuan Zain.” Petugas itu melihat penampilan Zahwa yang memakai kaos oblong putih dengan outer kemeja kotak-kotak tanpa dikancing, celana jeans hitam panjang serta sepatu sport putih. Dengan rambut yang dikuncir kuda.

Sangat berbanding terbalik dengan Ny. Clarisa yang mereka kenal sebagai istri atasan mereka. Seluruh karyawan ZM Corp. mengetahui bahwa pemilik perusahaan mereka bekerja, baru saja melangsungkan pernikahan dengan istri keduanya, tapi tidak mungkin istrinya adalah gadis kecil yang berdiri di depan meja resepsionis tersebut.

“Tidak ada gunanya aku berbohong, Mbak.”

“Tapi banyak yang datang mengaku sebagai istri ataupun kekasih tuan Zain.”

Zahwa melebarkan matanya mendengar pernyataan dari petugas resepsionis di depannya itu. Seberapa kaya dan populernya sosok suaminya itu sehingga banyak wanita yang dibuat tergila-gila olehnya.

Zahwa merasa menyerah karena tidak bisa meyakinkan petugas resepsionis tersebut, tetapi dia juga tidak mau menyalahkan mereka. Mereka hanya menjalankan tugas mereka untuk waspada dan berhati-hati atas setiap tamu yang berkunjung.

Zahwa meraih ponselnya mencari kontak suaminya, namun ia teringat bahwa tidak memiliki nomor kontak suaminya.

“Bagaimana ini? Jika terlambat tuan Zain pasti akan marah-marah padaku,” gerutu Zahwa.

“Oh ya! Aku kan punya nomor asistennya, kenapa tidak sedari tadi aku menghubunginya? Bodoh kamu Za.”

Zahwa menghubungi nomor Barra, tidak menunggu lama panggilan Zahwa sudah tersambung.

“Aku sudah di lobi dan tidak diperbolehkan masuk.”

‘Katakan saja jika Nona adalah istri tuan muda.’

“Sudah! Mereka tidak percaya, aku tidak mau tahu pokoknya cepat kamu suruh orang untuk menjemputku!”

Zahwa langsung mematikan panggilan tersebut, dia tidak peduli jika dianggap tidak sopan, Zahwa masih kesal karena terlalu lama tertahan di lobi.

Tak berselang lama salah satu petugas resepsionis tadi menghampiri Zahwa dan meminta maaf, lalu mengantarkan Zahwa menuju ruangan Zain.

Tok! Tok! Tok!

Zahwa berdiri di depan pintu ruangan Zain seorang diri, petugas tadi sudah pamit kembali untuk bekerja.

“Masuk!” seru seseorang di balik pintu, Zahwa yakin bahwa itu suara Barra.

Tangan Zahwa memutar knop pintu dan membukanya perlahan, sangat pelan. Entah kenapa mendadak jantungnya berdetak sangat cepat, seolah jantung itu mau melompat dari tempatnya, Zahwa merasa gugup.

Ketika pintu terbuka sempurna, Zahwa mendapati semua pasang mata menatap ke arahnya. Ada Zain, suaminya yang duduk di kursi kebesarannya, di sofa ada Barra dan juga dua orang pria yang terlihat masih muda.

“Kenapa Nona terlambat?” tanya Barra.

Zahwa diam membisu, ia masih berdiri diambang pintu.

“Silakan masuk Nona,” ucap Barra lalu ia beralih ke arah dua orang di sebelahnya. “Kalian boleh istirahat, kita lanjutkan lagi nanti pembahasan ini.”

Setelah kedua pria itu keluar, Barra pun ikut keluar dari ruangan itu meninggalkan Zahwa hanya berdua dengan suaminya.

“Kenapa telat?” tanya Zain dingin.

Zahwa tidak berani menjawab, pasti tetap saja dia yang akan disalahkan. Padahal ia hanya terlambat 5 menit, itu pun karena ditahan oleh karyawannya di lobi.

“Saya bertanya kepadamu, Zahra!”

Zain bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sofa. Ia duduk di sofa dan menyuruh Zahwa tetap berdiri di dekat pintu untuk duduk disampangnya. Zahwa menurut begitu saja, ia tidak ingin membuat masalah apalagi di tempat kekuasaan suaminya itu.

“Buka!”

Zahwa meletakkan rantang di atas meja dan menata makanan untuk suaminya.

“Suapi saya!” perintah Zain membuat Zahwa memutar bola matanya.

Tanpa suara Zahwa menuruti perintah suaminya. Ia mulai menyuapi suaminya yang duduk tepat di sebelahnya. Jantung Zahwa semakin berdetak kencang, Zahwa mengartikan hal itu karena dia takut akan kemarahan suaminya.

“Kebanyakan! Mulut saya tidak selebar gua!” ucap Zain.

Zahwa pun mengurangi sendokkan nasinya.

“Terlalu sedikit! Saya bukan anak kecil!”

Zahwa menatap wajah suaminya, ia akui wajah tampan pria di depannya. Namun sayang, sikap dingin dan kejamnya membuat Zahwa enggan membuat masalah dengannya.

Meskipun dibuat kesal, Zahwa tetap menyuapi suaminya dengan sabar. Hingga beberapa suapan Zain menyudahi acara makannya.

“Saya sudah kenyang. Kamu habiskan sisanya!” perintah Zain dan berlalu meninggal Zahwa.

“Ta-”

“Jangan membantah!”

Zahwa memandang makanan di depannya, masih tersisa banyak, bagaimana bisa dia menghabiskan makanan tersebut, selama ini porsi makannya sanggatlah sedikit. Tadi dia memasak dengan porsi banyak, Zahwa mengira Barra juga akan ikut memakan masakannya. Namun ternyata dia salah, dia sendirilah yang harus menghabiskan masakannya.

Terpopuler

Comments

Eni Intan

Eni Intan

lama lama Zain bucin bingit z❤️z gitu

2022-10-02

1

Ilan Irliana

Ilan Irliana

klo aq jd Zahra...ikutin z mo'y Zain...tp Zahra'y cuex abis m Zain...ms bodoh...yg pnting bs Kuliah bs nrusin pndidikn....plgi ibu mertua baek bngt..

2022-06-28

2

Ranran Miura

Ranran Miura

udah kek anak bayi zain tuh, manjanya minta digetok 😆

2022-06-25

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2 Bab 2. Pengantin Pengganti
3 Bab 3. Mansion Utama
4 Bab 4. Perjanjian
5 Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6 Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7 Bab 7. Zahwa Sakit
8 Bab 8. Rencana Clarisa
9 Bab 9. Berita Menggemparkan
10 Bab 10. Kehamilan Clarisa
11 Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12 Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13 Bab 13. Kamar 305
14 Bab 14. Pertolongan
15 Bab 15. Kehancuran Zahra
16 Bab 16. Kepanikan Zain
17 Bab 17. Kemarahan Zain
18 Bab 18. Trauma Zahra
19 Bab 19. Berpisah
20 Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21 Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22 Bab 22. Anindya
23 Bab 23. Kedatangan Anindya
24 Bab 24. Rencana Zain
25 Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26 Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27 Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28 Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29 Bab 29. Pengakuan Zahra
30 Bab 30. Keluarga Athaillah
31 Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32 Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33 Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34 Bab 34. Merasa Dipermainkan
35 Bab 35. Tidur Seranjang
36 Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37 Bab 37. Ziya's House
38 Bab 38. Ziya's House 2
39 Bab 39. Manis Bagai Candu
40 Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41 Bab 41. Rencana Ny. Amara
42 Bab 42. Keluar dari Penjara
43 Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44 Bab 44. Harapan Ny. Amara
45 Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46 Bab 45. Keposesifan Zain
47 Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48 Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49 Bab 48. Syukuran
50 Bab 49. Malam Penuh Drama
51 Bab 50. Rencana Berkunjung
52 Bab 51. Godaan
53 Bab 52. Menahan Emosi
54 Bab 53. Terungkap
55 Bab 54. Drama Keluarga
56 Bab 55. Keputusan Akhir
57 Bab 56. Gelisah
58 Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59 Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60 Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61 Bab 60. Crazy Rich Man
62 Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63 Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64 Bab 63. Hu Yitian
65 Bab 64. Karantina
66 Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67 Bab 66. Melepas Rindu
68 Bab 67. Pergi
69 Bab 68. Salah Paham
70 Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71 Bab 70. Zhang Yang Zi
72 Bab 71. Keputusan Barra
73 Bab 72. Calon Menantu
74 Bab 73. Nasihat dari Paman
75 Bab 74. Kejutan
76 Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77 Bab 76. Tragedi
78 Bab 77. Kisah Yang Zi
79 Bab 78. Amarah Sang Kakak
80 Bab 79. Disneyland
81 Bab 80. Mengulang Pesta
82 Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83 Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84 Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85 Bab 84. Alun-Alun Kota
86 Bab 85. Pengakuan Barra
87 Bab 86. Pesta Pernikahan
88 Bab 87. Kekacauan
89 Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90 Bab 89. Malam Pesta
91 Bab 90. Cucu Kesayangan
92 Bab 91. Hanya Salah Paham
93 Bab 92. Retak
94 Bab 93. Tak Pernah Terencana
95 Bab 94. Luka dan Trauma
96 Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97 Bab 96. Gelisah
98 Bab 97. Bumil Muda
99 Bab 98. Orang Asing
100 Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101 Bab 100. Singa yang Posesif
102 Bab 101. Drama di Kantin
103 Bab 102. Ketakutan Zahra
104 Bab 103. Teman Baru
105 Bab 104. Teman Lama
106 Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107 Bab 106. Perlengkapan Bayi
108 Bab 107. Musibah
109 Bab 108. Kembali Bermimpi
110 Bab 109. Pengakuan
111 Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112 Bab 110. Ali dan Tania
113 Bab 111. Penjelasan Zain
114 Bab 112. Baby Rayyanza
115 Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116 Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117 Bab 115. Keluarga Mahardika
118 Bab 116. Istana Tersembunyi
119 Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120 Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121 Bab 119. Merajuk
122 Bab 120. Datang untuk Melamar
123 Bab 121. Hadiah Pernikahan
124 Bab 122. Klub Malam
125 Bab 123. Permintaan Zahra
126 Bab 124. Sisi Lain Yitian
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2
Bab 2. Pengantin Pengganti
3
Bab 3. Mansion Utama
4
Bab 4. Perjanjian
5
Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6
Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7
Bab 7. Zahwa Sakit
8
Bab 8. Rencana Clarisa
9
Bab 9. Berita Menggemparkan
10
Bab 10. Kehamilan Clarisa
11
Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12
Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13
Bab 13. Kamar 305
14
Bab 14. Pertolongan
15
Bab 15. Kehancuran Zahra
16
Bab 16. Kepanikan Zain
17
Bab 17. Kemarahan Zain
18
Bab 18. Trauma Zahra
19
Bab 19. Berpisah
20
Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21
Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22
Bab 22. Anindya
23
Bab 23. Kedatangan Anindya
24
Bab 24. Rencana Zain
25
Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26
Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27
Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28
Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29
Bab 29. Pengakuan Zahra
30
Bab 30. Keluarga Athaillah
31
Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32
Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33
Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34
Bab 34. Merasa Dipermainkan
35
Bab 35. Tidur Seranjang
36
Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37
Bab 37. Ziya's House
38
Bab 38. Ziya's House 2
39
Bab 39. Manis Bagai Candu
40
Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41
Bab 41. Rencana Ny. Amara
42
Bab 42. Keluar dari Penjara
43
Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44
Bab 44. Harapan Ny. Amara
45
Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46
Bab 45. Keposesifan Zain
47
Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48
Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49
Bab 48. Syukuran
50
Bab 49. Malam Penuh Drama
51
Bab 50. Rencana Berkunjung
52
Bab 51. Godaan
53
Bab 52. Menahan Emosi
54
Bab 53. Terungkap
55
Bab 54. Drama Keluarga
56
Bab 55. Keputusan Akhir
57
Bab 56. Gelisah
58
Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59
Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60
Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61
Bab 60. Crazy Rich Man
62
Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63
Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64
Bab 63. Hu Yitian
65
Bab 64. Karantina
66
Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67
Bab 66. Melepas Rindu
68
Bab 67. Pergi
69
Bab 68. Salah Paham
70
Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71
Bab 70. Zhang Yang Zi
72
Bab 71. Keputusan Barra
73
Bab 72. Calon Menantu
74
Bab 73. Nasihat dari Paman
75
Bab 74. Kejutan
76
Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77
Bab 76. Tragedi
78
Bab 77. Kisah Yang Zi
79
Bab 78. Amarah Sang Kakak
80
Bab 79. Disneyland
81
Bab 80. Mengulang Pesta
82
Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83
Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84
Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85
Bab 84. Alun-Alun Kota
86
Bab 85. Pengakuan Barra
87
Bab 86. Pesta Pernikahan
88
Bab 87. Kekacauan
89
Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90
Bab 89. Malam Pesta
91
Bab 90. Cucu Kesayangan
92
Bab 91. Hanya Salah Paham
93
Bab 92. Retak
94
Bab 93. Tak Pernah Terencana
95
Bab 94. Luka dan Trauma
96
Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97
Bab 96. Gelisah
98
Bab 97. Bumil Muda
99
Bab 98. Orang Asing
100
Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101
Bab 100. Singa yang Posesif
102
Bab 101. Drama di Kantin
103
Bab 102. Ketakutan Zahra
104
Bab 103. Teman Baru
105
Bab 104. Teman Lama
106
Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107
Bab 106. Perlengkapan Bayi
108
Bab 107. Musibah
109
Bab 108. Kembali Bermimpi
110
Bab 109. Pengakuan
111
Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112
Bab 110. Ali dan Tania
113
Bab 111. Penjelasan Zain
114
Bab 112. Baby Rayyanza
115
Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116
Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117
Bab 115. Keluarga Mahardika
118
Bab 116. Istana Tersembunyi
119
Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120
Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121
Bab 119. Merajuk
122
Bab 120. Datang untuk Melamar
123
Bab 121. Hadiah Pernikahan
124
Bab 122. Klub Malam
125
Bab 123. Permintaan Zahra
126
Bab 124. Sisi Lain Yitian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!