Pengganti Istri Kedua Tuan Zain
"Lo pulang bareng siapa?" tanya Rara yang berdiri memegang gelas berisi minuman berwarna merah dengan memakai gaun putih di atas lutut tanpa lengan.
"Aku pulang sendiri saja," jawab Zahwa tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.
"Yakin lo pulang sendiri? Gue suruh Bastian untuk mengantar lo!" tegas Rara tak ingin Zahwa menolak perkataannya.
"Tapi Ra, pestanya belum selesai bahkan baru saja dimulai. Aku merasa tidak enak jika harus mengganggu waktu Bastian," tolak Zahwa dengan sopan.
"Tenang saja, Bastian dan yang lainnya pasti akan mengerti. Lo tunggu saja di pintu depan!" perintah Rara lalu pergi meninggalkan Zahwa.
Zahwa menatap kepergian Rara yang hilang di antara kerumunan orang-orang.
Jika bukan karena permintaan dan desakan dari sahabatnya, Zahwa tidak akan mau menghadiri pesta perpisahan ini. Menurutnya hanya akan membuang-buang waktu saja.
Apalagi dengan cahaya lampu kerlap-kerlip yang membuat matanya sakit dan kepalanya terasa pusing.
Sebenarnya Zahwa tidak terbiasa dengan pesta. Ia merasa tidak nyaman berada di kerumunan banyak orang, apalagi tercium bau menyengat yang entah apa itu namanya.
Dari penjelasan Rara, cairan berwarna merah tersebut adalah jus anggur. Namun Rara melarang Zahwa untuk menyentuh minuman tersebut, Rara hanya memberikan jus jeruk untuknya.
Sebuah pesta yang diadakan oleh teman-teman satu angkatannya di SMA, katanya untuk merayakan kelulusan serta perpisahan sebelum mereka akan melanjutkan pendidikan masing-masing di luar kota.
Pesta yang dirayakan di sebuah gedung, teman-temannya menyebut gedung itu 'Club' entah apalah itu, Zahwa tidak mau memikirkannya.
Zahwa mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, semua teman-temannya terlihat tertawa, bercanda, menikmati acara ini dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.
Tidak seperti dirinya, dari awal masuk sampai sekarang hanya duduk disudut ruangan seorang diri. Sesekali Rara datang untuk menemaninya, namun tak lama dia kembali pergi berbaur dengan teman lainnya.
...*****...
Terlihat seorang gadis cantik berbalut gaun hitam di bawah lutut lengkap dengan stoking hitam di atas lutut yang menjadi ciri khasnya, dres lengan panjang dengan renda putih yang melingkar di pinggangnya.
Gadis dengan rambut sebahu yang dibiarkan terurai indah berdiri di depan pintu masuk sibuk menoleh ke sana-kemari mencari sesuatu.
Zahwa Zahratunnisa, gadis 18 tahun yang baru saja merayakan pesta kelulusannya berdiri seorang diri menunggu kedatangan Bastian.
10 menit berlalu, dari area parkir terlihat sebuah mobil hitam melaju ke arahnya. Jendela mobil turun perlahan dan memperlihatkan sosok pemuda dengan setelan kasual yang sangat serasi dengan wajah tampannya.
"Buruan masuk!" seru Bastian.
"I-iya." Zahwa terlihat gugup, ia tidak pernah berduaan dengan laki-laki selain ayahnya.
Meskipun saat bersama Rara pasti ada Bastian yang mengekori pacarnya, namun kali ini ia hanya berdua dengan Bastian.
"Ngapain lo?" protes Bastian ketika Zahwa akan membuka pintu belakang. "Lo kira gue sopir lo apa? cepat duduk di depan!"
Tanpa membantah, Zahwa duduk di kursi depan. Ia merasa risi mendapati Bastian yang menatap lekat tubuhnya dari atas sampai bawah tanpa berkedip.
"Ka-kamu kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh?" tanya Zahwa.
"Serah gue, mata-mata gue!" ketus Bastian membuat Zahwa terkejut.
Zahwa berpikir bahwa sikap Bastian berbeda jauh ketika ada Rara di dekatnya. Bastian akan bersikap sangat manis di depan Rara.
Selama perjalanan, hening tidak ada percakapan di antara mereka. Bastian sesekali melirik wajah Zahwa dari ujung matanya.
"Ternyata lo cantik juga ya, apalagi kalau pakaian lo sebagus ini. Pakaian yang biasa lo pakai lusuh dan ketinggalan zaman." Bastian fokus menatap ke depan.
"Entah mengapa Rara mau berteman sama lo. Coba dari dulu gue tahu kalau lo itu cantik," ucap Bastian mencoba memegang tangan Zahwa namun ditepisnya.
"Ka-kamu mau a-apa?" Zahwa merasa ketakutan, apalagi mereka berada di dalam mobil.
"Jangan takut! Gue nggak akan kasar kok!" Bastian meletakkan tangan kanannya di atas paha Zahwa dan tangan kirinya masih memegang kemudi.
Zahwa berjengit karena terkejut. Ia kembali menepis tangan Bastian, keringat dingin mulai menetes membasahi pelipisnya.
"Ka-kamu jangan macam-macam ya! Atau aku akan teriak!" seru Zahwa.
"Teriak saja! Nggak akan ada yang mendengar." Bastian tersenyum miring.
"Stop! Turunkan aku di Hotel A di depan sana!"
Bastian tampak kegirangan. "Wow, lo mau lanjut di Hotel? Nggak gue sangka, ternyata lo liar juga ya."
"Jangan sembarangan ya kalau ngomong! Aku mau menghadiri acara pernikahan kakakku!" tegas Zahwa meskipun suaranya masih sedikit bergetar.
"Jujur saja, nggak perlu malu sama gue, lo mau melayani om-om, kan?"
Tangan Bastian hendak menyentuh pipi Zahwa, namun kalah cepat dengan Zahwa yang mengayunkan tasnya dengan sangat kuat dan tepat mengenai sebelah mata Bastian.
Bastian menginjak rem mendadak. "Akh! Sialan lo!" umpat Bastian dan memegangi matanya yang terasa sakit.
Hal itu dimanfaatkan Zahwa untuk kabur, Zahwa keluar dari mobil dan berlari ke tengah jalan menuju Hotel A yang berada di seberang jalan.
Zahwa tetap berlari tanpa menghiraukan mobil yang melintas dan banyak pengemudi mengucapkan kata-kata umpatan yang ditujukan kepadanya.
Bastian keluar dari mobil berniat untuk mengejar Zahwa, namun ia urungkan karena suara-suara klakson mobil yang berjejer di belakang mobilnya.
Bastian memilih masuk kembali ke dalam mobil dan bergegas pergi dari sana sebelum orang-orang menghakiminya dan menyeretnya ke pihak berwajib karena ulahnya yang membuat keributan dan menyebabkan kemacetan.
Zahwa terus berlari hingga dia sampai di depan hotel, ia berhenti sejenak dan mengatur napasnya yang tersendat-sendat.
Zahwa masuk ke dalam hotel dengan menunjukkan kartu undangan yang diberikan ibunya tadi sore.
Petugas hotel mengarahkan Zahwa untuk masuk ke dalam lift khusus dan mengantarkan Zahwa menuju sebuah kamar yang berada di lantai paling atas.
"Silakan masuk Nona, ini kamar yang dipersiapkan untuk Anda." Petugas tersebut menyerahkan sebuah cardlock kepadanya.
Zahwa menerima cardlock tersebut dengan wajah bingung. "Emh, apa tidak salah kamar ini untuk saya?"
"Benar Nona, silakan Anda segera masuk! Semua orang sudah menunggu kedatangan Anda."
"Terima kasih," ucap Zahwa ragu.
Petugas tersebut pergi setelah memastikan bahwa nonanya itu sudah masuk ke dalam kamar.
Tit. Tit.
Suara pintu terbuka dan tertutup itu mengalihkan perhatian orang yang berada di dalamnya.
"Apa?" tanya Lhatifa bingung melihat ayah, ibu dan dua orang yang tidak dikenalnya menatap lekat padanya.
"Syukurlah, Sayang. Akhirnya kamu datang juga." Suara berat Tn. Harun terdengar aneh di telinga Zahwa.
"Kenapa baru datang? Lihat sekarang jam berapa? Aku memberimu izin ke pesta teman-temanmu itu, tapi sebelum pukul 20.30 kamu harus sudah standby di sini Wa!" seru seorang wanita setengah baya namun terlihat masih muda, karena tertutup oleh make up dan pakaian yang dikenakannya.
"Acaranya pukul 21.00 kan, Ma. Jadi masih ada waktu 10 menit sebelum acara dimulai," elak Zahwa.
"Kamu itu, ya! Kalau orang tua bicara itu jangan membantah!" ujar ibunya yang bernama Tasya dengan wajah memerah menahan emosi.
"Sudahlah Ma, jangan dipermasalahkan!" ucap Tn. Harun melerai istrinya agar tidak terbawa emosi.
"Jangan sering-sering membela Zahwa, Pa."
"Sudahlah, papa tunggu di luar. Kalau sudah selesai panggil papa."
Setelah kepergian papanya, Zahwa ditarik untuk duduk di depan meja rias. Dua orang yang sedari tadi hanya berdiri di ruangan tersebut adalah MUA yang ditugaskan untuk meke over wajah Zahwa.
"Wow, kamu cantik sekali. Padahal hanya sedikit dipoles make up, tapi kamu sungguh cantik natural," puji salah satu petugas MUA tersebut.
Zahwa menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Benar apa yang dikata MUA tersebut, selama ini Zahwa tidak pernah mengenal akan jenis skin care ataupun alat make up lainnya. Ia hanya menaburkan sedikit bedak bayi setiap selesai mandi.
"Apa sudah selesai?" tanya Tasya yang duduk di sofa.
"Sudah Nyonya," jawab kedua MUA tersebut bersamaan.
Tasya berdiri dan mendekat ke arah Zahwa, ia tatap lekat wajah Zahwa. "Ck, mirip sekali dengan wanita itu."
"Mama mengatakan sesuatu?" tanya Zahwa pelan.
"Nggak ada, cepat ganti pakaianmu!"
Meskipun tidak yakin dengan jawaban ibunya, Zahwa memilih untuk diam, ia tidak ingin memancing amarah ibunya.
"Pelan-pelan Ma, nanti bajunya rusak," lirih Zahwa.
Zahwa merasakan sedikit perih di tubuhnya, karena ibunya itu melepas paksa gaun yang menempel pada tubuh Zahwa.
"Tinggal buang saja apa susahnya!"
"Tapi ini punya Rara, Ma."
"Makanya, kalau tidak punya baju bagus jangan sok ikut pesta," ucap Tasya dengan sinis.
Zahwa terdiam, tidak berniat meladeni ibunya karena hanya akan membuang-buang tenaganya.
Dua orang MUA tadi mendekat dengan sebuah gaun pengantin mewah berwarna putih-silver di tangan mereka.
"Cepat pakai itu!" perintah Tasya.
"Aku hanya menjadi pengiring pengantin kak Nindy, Ma. Gaun ini terlalu berlebihan," tolak Zahwa.
"Jangan banyak membantah! Aku bilang pakai ya pakai!" seru Tasya, membuat dua orang MUA di belakangnya terkejut.
Namun tidak bagi Zahwa, ia sudah terbiasa menerima perlakuan kasar dari ibunya.
"Huft ...." Zahwa menghembuskan napasnya kasar, percuma ia berargumen. Toh, semua yang dikatakan ibunya harus ia patuhi.
"Cepat! Aku keluar dulu memanggil papa."
Beberapa saat kemudian, Zahwa telah selesai memasang gaun mewah tersebut ditubuhnya dibantu oleh dua orang MUA tersebut.
Zahwa berdiri di depan cermin yang memantulkan bayangan dirinya yang terlihat bagaikan seorang Princes dari sebuah kerajaan.
Sebuah tiara berhias kristal bertengger indah di atas kepalanya dengan rambut yang ditata ke atas membentuk sebuah gelungan yang sangat indah memperlihatkan leher putih jenjangnya.
"Sudah siap?" tanya Tasya yang masuk ke dalam kamar diikuti sang ayah di belakangnya.
"Ini terlalu berlebihan, Ma. Tamu undangan pasti akan mengira bahwa akulah pengantin wanitanya, bukan kak Nindy." Zahwa merasa risi dengan gaun mewah bertabur manik-manik yang berkilauan melekat pas di tubuhnya. Meskipun gaun indah tersebut berlengan panjang, namun bagian dadanya terlalu terbuka bagi Zahra.
"Memang kamulah pengantin perempuannya! Bukan Nindy!"
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mama Muda
nyimak dulu
2024-04-26
0
Diah Elmawati
Kasihan Zahra tidak tahu rencana busuk ibu tirinya
2023-03-11
1
Susanty
mampir Thor, semoga ceritanya menarik.
2022-10-30
1