Pengganti Istri Kedua Tuan Zain

Pengganti Istri Kedua Tuan Zain

Bab 1. Sebuah Kejutan Besar

"Lo pulang bareng siapa?" tanya Rara yang berdiri memegang gelas berisi minuman berwarna merah dengan memakai gaun putih di atas lutut tanpa lengan.

"Aku pulang sendiri saja," jawab Zahwa tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.

"Yakin lo pulang sendiri? Gue suruh Bastian untuk mengantar lo!" tegas Rara tak ingin Zahwa menolak perkataannya.

"Tapi Ra, pestanya belum selesai bahkan baru saja dimulai. Aku merasa tidak enak jika harus mengganggu waktu Bastian," tolak Zahwa dengan sopan.

"Tenang saja, Bastian dan yang lainnya pasti akan mengerti. Lo tunggu saja di pintu depan!" perintah Rara lalu pergi meninggalkan Zahwa.

Zahwa menatap kepergian Rara yang hilang di antara kerumunan orang-orang.

Jika bukan karena permintaan dan desakan dari sahabatnya, Zahwa tidak akan mau menghadiri pesta perpisahan ini. Menurutnya hanya akan membuang-buang waktu saja.

Apalagi dengan cahaya lampu kerlap-kerlip yang membuat matanya sakit dan kepalanya terasa pusing.

Sebenarnya Zahwa tidak terbiasa dengan pesta. Ia merasa tidak nyaman berada di kerumunan banyak orang, apalagi tercium bau menyengat yang entah apa itu namanya.

Dari penjelasan Rara, cairan berwarna merah tersebut adalah jus anggur. Namun Rara melarang Zahwa untuk menyentuh minuman tersebut, Rara hanya memberikan jus jeruk untuknya.

Sebuah pesta yang diadakan oleh teman-teman satu angkatannya di SMA, katanya untuk merayakan kelulusan serta perpisahan sebelum mereka akan melanjutkan pendidikan masing-masing di luar kota.

Pesta yang dirayakan di sebuah gedung, teman-temannya menyebut gedung itu 'Club' entah apalah itu, Zahwa tidak mau memikirkannya.

Zahwa mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, semua teman-temannya terlihat tertawa, bercanda, menikmati acara ini dengan wajah yang terlihat sangat bahagia.

Tidak seperti dirinya, dari awal masuk sampai sekarang hanya duduk disudut ruangan seorang diri. Sesekali Rara datang untuk menemaninya, namun tak lama dia kembali pergi berbaur dengan teman lainnya.

...*****...

Terlihat seorang gadis cantik berbalut gaun hitam di bawah lutut lengkap dengan stoking hitam di atas lutut yang menjadi ciri khasnya, dres lengan panjang dengan renda putih yang melingkar di pinggangnya.

Gadis dengan rambut sebahu yang dibiarkan terurai indah berdiri di depan pintu masuk sibuk menoleh ke sana-kemari mencari sesuatu.

Zahwa Zahratunnisa, gadis 18 tahun yang baru saja merayakan pesta kelulusannya berdiri seorang diri menunggu kedatangan Bastian.

10 menit berlalu, dari area parkir terlihat sebuah mobil hitam melaju ke arahnya. Jendela mobil turun perlahan dan memperlihatkan sosok pemuda dengan setelan kasual yang sangat serasi dengan wajah tampannya.

"Buruan masuk!" seru Bastian.

"I-iya." Zahwa terlihat gugup, ia tidak pernah berduaan dengan laki-laki selain ayahnya.

Meskipun saat bersama Rara pasti ada Bastian yang mengekori pacarnya, namun kali ini ia hanya berdua dengan Bastian.

"Ngapain lo?" protes Bastian ketika Zahwa akan membuka pintu belakang. "Lo kira gue sopir lo apa? cepat duduk di depan!"

Tanpa membantah, Zahwa duduk di kursi depan. Ia merasa risi mendapati Bastian yang menatap lekat tubuhnya dari atas sampai bawah tanpa berkedip.

"Ka-kamu kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh?" tanya Zahwa.

"Serah gue, mata-mata gue!" ketus Bastian membuat Zahwa terkejut.

Zahwa berpikir bahwa sikap Bastian berbeda jauh ketika ada Rara di dekatnya. Bastian akan bersikap sangat manis di depan Rara.

Selama perjalanan, hening tidak ada percakapan di antara mereka. Bastian sesekali melirik wajah Zahwa dari ujung matanya.

"Ternyata lo cantik juga ya, apalagi kalau pakaian lo sebagus ini. Pakaian yang biasa lo pakai lusuh dan ketinggalan zaman." Bastian fokus menatap ke depan.

"Entah mengapa Rara mau berteman sama lo. Coba dari dulu gue tahu kalau lo itu cantik," ucap Bastian mencoba memegang tangan Zahwa namun ditepisnya.

"Ka-kamu mau a-apa?" Zahwa merasa ketakutan, apalagi mereka berada di dalam mobil.

"Jangan takut! Gue nggak akan kasar kok!" Bastian meletakkan tangan kanannya di atas paha Zahwa dan tangan kirinya masih memegang kemudi.

Zahwa berjengit karena terkejut. Ia kembali menepis tangan Bastian, keringat dingin mulai menetes membasahi pelipisnya.

"Ka-kamu jangan macam-macam ya! Atau aku akan teriak!" seru Zahwa.

"Teriak saja! Nggak akan ada yang mendengar." Bastian tersenyum miring.

"Stop! Turunkan aku di Hotel A di depan sana!"

Bastian tampak kegirangan. "Wow, lo mau lanjut di Hotel? Nggak gue sangka, ternyata lo liar juga ya."

"Jangan sembarangan ya kalau ngomong! Aku mau menghadiri acara pernikahan kakakku!" tegas Zahwa meskipun suaranya masih sedikit bergetar.

"Jujur saja, nggak perlu malu sama gue, lo mau melayani om-om, kan?"

Tangan Bastian hendak menyentuh pipi Zahwa, namun kalah cepat dengan Zahwa yang mengayunkan tasnya dengan sangat kuat dan tepat mengenai sebelah mata Bastian.

Bastian menginjak rem mendadak. "Akh! Sialan lo!" umpat Bastian dan memegangi matanya yang terasa sakit.

Hal itu dimanfaatkan Zahwa untuk kabur, Zahwa keluar dari mobil dan berlari ke tengah jalan menuju Hotel A yang berada di seberang jalan.

Zahwa tetap berlari tanpa menghiraukan mobil yang melintas dan banyak pengemudi mengucapkan kata-kata umpatan yang ditujukan kepadanya.

Bastian keluar dari mobil berniat untuk mengejar Zahwa, namun ia urungkan karena suara-suara klakson mobil yang berjejer di belakang mobilnya.

Bastian memilih masuk kembali ke dalam mobil dan bergegas pergi dari sana sebelum orang-orang menghakiminya dan menyeretnya ke pihak berwajib karena ulahnya yang membuat keributan dan menyebabkan kemacetan.

Zahwa terus berlari hingga dia sampai di depan hotel, ia berhenti sejenak dan mengatur napasnya yang tersendat-sendat.

Zahwa masuk ke dalam hotel dengan menunjukkan kartu undangan yang diberikan ibunya tadi sore.

Petugas hotel mengarahkan Zahwa untuk masuk ke dalam lift khusus dan mengantarkan Zahwa menuju sebuah kamar yang berada di lantai paling atas.

"Silakan masuk Nona, ini kamar yang dipersiapkan untuk Anda." Petugas tersebut menyerahkan sebuah cardlock kepadanya.

Zahwa menerima cardlock tersebut dengan wajah bingung. "Emh, apa tidak salah kamar ini untuk saya?"

"Benar Nona, silakan Anda segera masuk! Semua orang sudah menunggu kedatangan Anda."

"Terima kasih," ucap Zahwa ragu.

Petugas tersebut pergi setelah memastikan bahwa nonanya itu sudah masuk ke dalam kamar.

Tit. Tit.

Suara pintu terbuka dan tertutup itu mengalihkan perhatian orang yang berada di dalamnya.

"Apa?" tanya Lhatifa bingung melihat ayah, ibu dan dua orang yang tidak dikenalnya menatap lekat padanya.

"Syukurlah, Sayang. Akhirnya kamu datang juga." Suara berat Tn. Harun terdengar aneh di telinga Zahwa.

"Kenapa baru datang? Lihat sekarang jam berapa? Aku memberimu izin ke pesta teman-temanmu itu, tapi sebelum pukul 20.30 kamu harus sudah standby di sini Wa!" seru seorang wanita setengah baya namun terlihat masih muda, karena tertutup oleh make up dan pakaian yang dikenakannya.

"Acaranya pukul 21.00 kan, Ma. Jadi masih ada waktu 10 menit sebelum acara dimulai," elak Zahwa.

"Kamu itu, ya! Kalau orang tua bicara itu jangan membantah!" ujar ibunya yang bernama Tasya dengan wajah memerah menahan emosi.

"Sudahlah Ma, jangan dipermasalahkan!" ucap Tn. Harun melerai istrinya agar tidak terbawa emosi.

"Jangan sering-sering membela Zahwa, Pa."

"Sudahlah, papa tunggu di luar. Kalau sudah selesai panggil papa."

Setelah kepergian papanya, Zahwa ditarik untuk duduk di depan meja rias. Dua orang yang sedari tadi hanya berdiri di ruangan tersebut adalah MUA yang ditugaskan untuk meke over wajah Zahwa.

"Wow, kamu cantik sekali. Padahal hanya sedikit dipoles make up, tapi kamu sungguh cantik natural," puji salah satu petugas MUA tersebut.

Zahwa menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Benar apa yang dikata MUA tersebut, selama ini Zahwa tidak pernah mengenal akan jenis skin care ataupun alat make up lainnya. Ia hanya menaburkan sedikit bedak bayi setiap selesai mandi.

"Apa sudah selesai?" tanya Tasya yang duduk di sofa.

"Sudah Nyonya," jawab kedua MUA tersebut bersamaan.

Tasya berdiri dan mendekat ke arah Zahwa, ia tatap lekat wajah Zahwa. "Ck, mirip sekali dengan wanita itu."

"Mama mengatakan sesuatu?" tanya Zahwa pelan.

"Nggak ada, cepat ganti pakaianmu!"

Meskipun tidak yakin dengan jawaban ibunya, Zahwa memilih untuk diam, ia tidak ingin memancing amarah ibunya.

"Pelan-pelan Ma, nanti bajunya rusak," lirih Zahwa.

Zahwa merasakan sedikit perih di tubuhnya, karena ibunya itu melepas paksa gaun yang menempel pada tubuh Zahwa.

"Tinggal buang saja apa susahnya!"

"Tapi ini punya Rara, Ma."

"Makanya, kalau tidak punya baju bagus jangan sok ikut pesta," ucap Tasya dengan sinis.

Zahwa terdiam, tidak berniat meladeni ibunya karena hanya akan membuang-buang tenaganya.

Dua orang MUA tadi mendekat dengan sebuah gaun pengantin mewah berwarna putih-silver di tangan mereka.

"Cepat pakai itu!" perintah Tasya.

"Aku hanya menjadi pengiring pengantin kak Nindy, Ma. Gaun ini terlalu berlebihan," tolak Zahwa.

"Jangan banyak membantah! Aku bilang pakai ya pakai!" seru Tasya, membuat dua orang MUA di belakangnya terkejut.

Namun tidak bagi Zahwa, ia sudah terbiasa menerima perlakuan kasar dari ibunya.

"Huft ...." Zahwa menghembuskan napasnya kasar, percuma ia berargumen. Toh, semua yang dikatakan ibunya harus ia patuhi.

"Cepat! Aku keluar dulu memanggil papa."

Beberapa saat kemudian, Zahwa telah selesai memasang gaun mewah tersebut ditubuhnya dibantu oleh dua orang MUA tersebut.

Zahwa berdiri di depan cermin yang memantulkan bayangan dirinya yang terlihat bagaikan seorang Princes dari sebuah kerajaan.

Sebuah tiara berhias kristal bertengger indah di atas kepalanya dengan rambut yang ditata ke atas membentuk sebuah gelungan yang sangat indah memperlihatkan leher putih jenjangnya.

"Sudah siap?" tanya Tasya yang masuk ke dalam kamar diikuti sang ayah di belakangnya.

"Ini terlalu berlebihan, Ma. Tamu undangan pasti akan mengira bahwa akulah pengantin wanitanya, bukan kak Nindy." Zahwa merasa risi dengan gaun mewah bertabur manik-manik yang berkilauan melekat pas di tubuhnya. Meskipun gaun indah tersebut berlengan panjang, namun bagian dadanya terlalu terbuka bagi Zahra.

"Memang kamulah pengantin perempuannya! Bukan Nindy!"

Deg.

Terpopuler

Comments

Mama Muda

Mama Muda

nyimak dulu

2024-04-26

0

Diah Elmawati

Diah Elmawati

Kasihan Zahra tidak tahu rencana busuk ibu tirinya

2023-03-11

1

Susanty

Susanty

mampir Thor, semoga ceritanya menarik.

2022-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2 Bab 2. Pengantin Pengganti
3 Bab 3. Mansion Utama
4 Bab 4. Perjanjian
5 Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6 Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7 Bab 7. Zahwa Sakit
8 Bab 8. Rencana Clarisa
9 Bab 9. Berita Menggemparkan
10 Bab 10. Kehamilan Clarisa
11 Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12 Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13 Bab 13. Kamar 305
14 Bab 14. Pertolongan
15 Bab 15. Kehancuran Zahra
16 Bab 16. Kepanikan Zain
17 Bab 17. Kemarahan Zain
18 Bab 18. Trauma Zahra
19 Bab 19. Berpisah
20 Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21 Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22 Bab 22. Anindya
23 Bab 23. Kedatangan Anindya
24 Bab 24. Rencana Zain
25 Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26 Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27 Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28 Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29 Bab 29. Pengakuan Zahra
30 Bab 30. Keluarga Athaillah
31 Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32 Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33 Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34 Bab 34. Merasa Dipermainkan
35 Bab 35. Tidur Seranjang
36 Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37 Bab 37. Ziya's House
38 Bab 38. Ziya's House 2
39 Bab 39. Manis Bagai Candu
40 Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41 Bab 41. Rencana Ny. Amara
42 Bab 42. Keluar dari Penjara
43 Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44 Bab 44. Harapan Ny. Amara
45 Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46 Bab 45. Keposesifan Zain
47 Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48 Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49 Bab 48. Syukuran
50 Bab 49. Malam Penuh Drama
51 Bab 50. Rencana Berkunjung
52 Bab 51. Godaan
53 Bab 52. Menahan Emosi
54 Bab 53. Terungkap
55 Bab 54. Drama Keluarga
56 Bab 55. Keputusan Akhir
57 Bab 56. Gelisah
58 Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59 Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60 Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61 Bab 60. Crazy Rich Man
62 Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63 Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64 Bab 63. Hu Yitian
65 Bab 64. Karantina
66 Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67 Bab 66. Melepas Rindu
68 Bab 67. Pergi
69 Bab 68. Salah Paham
70 Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71 Bab 70. Zhang Yang Zi
72 Bab 71. Keputusan Barra
73 Bab 72. Calon Menantu
74 Bab 73. Nasihat dari Paman
75 Bab 74. Kejutan
76 Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77 Bab 76. Tragedi
78 Bab 77. Kisah Yang Zi
79 Bab 78. Amarah Sang Kakak
80 Bab 79. Disneyland
81 Bab 80. Mengulang Pesta
82 Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83 Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84 Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85 Bab 84. Alun-Alun Kota
86 Bab 85. Pengakuan Barra
87 Bab 86. Pesta Pernikahan
88 Bab 87. Kekacauan
89 Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90 Bab 89. Malam Pesta
91 Bab 90. Cucu Kesayangan
92 Bab 91. Hanya Salah Paham
93 Bab 92. Retak
94 Bab 93. Tak Pernah Terencana
95 Bab 94. Luka dan Trauma
96 Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97 Bab 96. Gelisah
98 Bab 97. Bumil Muda
99 Bab 98. Orang Asing
100 Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101 Bab 100. Singa yang Posesif
102 Bab 101. Drama di Kantin
103 Bab 102. Ketakutan Zahra
104 Bab 103. Teman Baru
105 Bab 104. Teman Lama
106 Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107 Bab 106. Perlengkapan Bayi
108 Bab 107. Musibah
109 Bab 108. Kembali Bermimpi
110 Bab 109. Pengakuan
111 Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112 Bab 110. Ali dan Tania
113 Bab 111. Penjelasan Zain
114 Bab 112. Baby Rayyanza
115 Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116 Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117 Bab 115. Keluarga Mahardika
118 Bab 116. Istana Tersembunyi
119 Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120 Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121 Bab 119. Merajuk
122 Bab 120. Datang untuk Melamar
123 Bab 121. Hadiah Pernikahan
124 Bab 122. Klub Malam
125 Bab 123. Permintaan Zahra
126 Bab 124. Sisi Lain Yitian
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1. Sebuah Kejutan Besar
2
Bab 2. Pengantin Pengganti
3
Bab 3. Mansion Utama
4
Bab 4. Perjanjian
5
Bab 5. Mengantar Makan Siang untuk Zain
6
Bab 6. Kenyataan Menyakitkan
7
Bab 7. Zahwa Sakit
8
Bab 8. Rencana Clarisa
9
Bab 9. Berita Menggemparkan
10
Bab 10. Kehamilan Clarisa
11
Bab 11. Gara-gara Ramyeon
12
Bab 12. Ancaman untuk Zahra
13
Bab 13. Kamar 305
14
Bab 14. Pertolongan
15
Bab 15. Kehancuran Zahra
16
Bab 16. Kepanikan Zain
17
Bab 17. Kemarahan Zain
18
Bab 18. Trauma Zahra
19
Bab 19. Berpisah
20
Bab 20. Masa Lalu Ny. Amara
21
Bab 21. Buket Bunga dari Zain
22
Bab 22. Anindya
23
Bab 23. Kedatangan Anindya
24
Bab 24. Rencana Zain
25
Bab 25. Perubahan Sikap Zain
26
Bab 26. Kedatangan Tuan Harun
27
Bab 27. Keterkejutan Tuan Harun
28
Bab 28. Pertemuan Zahra dengan Tuan Harun
29
Bab 29. Pengakuan Zahra
30
Bab 30. Keluarga Athaillah
31
Bab 31. Karena Takut Kehilangan
32
Bab 32. Masa Lalu Tuan Harun
33
Bab 33. Masa Lalu Tuan Harun 2
34
Bab 34. Merasa Dipermainkan
35
Bab 35. Tidur Seranjang
36
Bab 36. Sisi Lain Ny. Amara
37
Bab 37. Ziya's House
38
Bab 38. Ziya's House 2
39
Bab 39. Manis Bagai Candu
40
Bab 40. Kebiasaan Baru Zain
41
Bab 41. Rencana Ny. Amara
42
Bab 42. Keluar dari Penjara
43
Bab 43. Kejutan untuk Zahra
44
Bab 44. Harapan Ny. Amara
45
Hai, Kenalan dengan Author yuk!
46
Bab 45. Keposesifan Zain
47
Bab 46. Kepulangan Ny. Zain Malik
48
Bab 47. Mencairnya Es Kutub
49
Bab 48. Syukuran
50
Bab 49. Malam Penuh Drama
51
Bab 50. Rencana Berkunjung
52
Bab 51. Godaan
53
Bab 52. Menahan Emosi
54
Bab 53. Terungkap
55
Bab 54. Drama Keluarga
56
Bab 55. Keputusan Akhir
57
Bab 56. Gelisah
58
Bab 57. Kecemasan Semua Orang
59
Bab 58. Hukuman untuk Zahra
60
Bab 59. Tidak Sesuai dengan Rencana
61
Bab 60. Crazy Rich Man
62
Bab 61. Nama Pemberian Kakek
63
Bab 62. Masih Seputar Nama dan Wajah
64
Bab 63. Hu Yitian
65
Bab 64. Karantina
66
Bab 65. Tiga Hari Terlewati
67
Bab 66. Melepas Rindu
68
Bab 67. Pergi
69
Bab 68. Salah Paham
70
Bab 69. Dia Baik-Baik Saja
71
Bab 70. Zhang Yang Zi
72
Bab 71. Keputusan Barra
73
Bab 72. Calon Menantu
74
Bab 73. Nasihat dari Paman
75
Bab 74. Kejutan
76
Bab 75. Mengutarakan Niat Baik
77
Bab 76. Tragedi
78
Bab 77. Kisah Yang Zi
79
Bab 78. Amarah Sang Kakak
80
Bab 79. Disneyland
81
Bab 80. Mengulang Pesta
82
Bab 81. Satu-satunya Istri Zain Malik
83
Bab 82. Berkunjung ke Pesantren
84
Bab 83. Cinta Seorang Ayah
85
Bab 84. Alun-Alun Kota
86
Bab 85. Pengakuan Barra
87
Bab 86. Pesta Pernikahan
88
Bab 87. Kekacauan
89
Bab 88. Kehancuran Keluarga Bramasta
90
Bab 89. Malam Pesta
91
Bab 90. Cucu Kesayangan
92
Bab 91. Hanya Salah Paham
93
Bab 92. Retak
94
Bab 93. Tak Pernah Terencana
95
Bab 94. Luka dan Trauma
96
Bab 95. Kegelisahan Hati Zahra
97
Bab 96. Gelisah
98
Bab 97. Bumil Muda
99
Bab 98. Orang Asing
100
Bab 99. Meluluhkan Hati Mommy Amara
101
Bab 100. Singa yang Posesif
102
Bab 101. Drama di Kantin
103
Bab 102. Ketakutan Zahra
104
Bab 103. Teman Baru
105
Bab 104. Teman Lama
106
Bab 105. Kegigihan Aldebaran
107
Bab 106. Perlengkapan Bayi
108
Bab 107. Musibah
109
Bab 108. Kembali Bermimpi
110
Bab 109. Pengakuan
111
Pengumuman Giveaway dan Promosi Novel
112
Bab 110. Ali dan Tania
113
Bab 111. Penjelasan Zain
114
Bab 112. Baby Rayyanza
115
Bab 113. Kedatangan Keluarga Pesantren
116
Bab 114. Bertemu Iblis Betina
117
Bab 115. Keluarga Mahardika
118
Bab 116. Istana Tersembunyi
119
Bab 117. Apa Wajahku Terlihat Menakutkan?
120
Bab 118. Berbeda dari Lainnya
121
Bab 119. Merajuk
122
Bab 120. Datang untuk Melamar
123
Bab 121. Hadiah Pernikahan
124
Bab 122. Klub Malam
125
Bab 123. Permintaan Zahra
126
Bab 124. Sisi Lain Yitian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!