Bab.12

Setelah melihat sekali lagi dengan jelas dan nampak angka di dalam rekening Luke tertulis Rp.20.000.8754.200 Miliar Rupiah.

“ Udah masuk pak, baru aja masuk”

“Yaudah, sekarang karna kita dah resmi jadi partner bisnis ayok kita makan malam dulu.”

Lalu pak Andre mengajak Luke dan pak Mamad makan malam bersama. Luke yang mendengar tawaran pak Andre sebenarnya ingin segera pulang, tapi untuk kelancaran bisnisnya ia mau tak mau harus ikut untuk merayakan terjalinnya bisnis di antara mereka.

“Yok kita makan malam di restoran langganan saya.”

Akhirnya Luke dan pak Mamad pergi bersama pak Andre untuk makan malam bersama. Saat di jalan Luke sempat melihat ada banyak Toko yang menjual smartphone model terbaru dan ia langsung teringat dengan sang adik Chiko yang sering merengek minta di belikan smartphone.

“Hem... karna besok hari minggu, bagusnya aku ajak Chiko sama Chika jalan jalan ke mal ah, terus sekalian beliin mereka hp.” Luke berbicara dalam hati sambil berjalan melewati toko hp yang berjejer di mal.

Sampai akhirnya mereka bertiga tiba di parkiran basement mal dan nampak sebuah mobil merci hitam sudah terparkir di depan pintu keluar yang tak lain adalah mobil pak Andre Wijaya.

“Tuh mobilnya ayo masuk.”

Setelah mereka bertiga masuk akhirnya mobil itu pun melaju dengan pelan. Pak Andre duduk di depan sebelah supir. Sedangkan Luke dan pak Mamad di belakang.

“Kalau di lihat dari seragamnya adek ini sekolah di SIS ya?.”

“Bener pak. "

“Kebetulan anak bapak juga sekolah di sana.”

“Ohh... namanya siapa ya pak?.”

“Namanya Renald... Renaldi Wijaya, kenal gak?... dia kelas tiga dah mau lulus.”

Setelah mendengar nama anak pak Andre Luke sedikit kaget. Ternyata anak pak Andre adalah salah satu geng Satria yang pernah menghajarnya sampai hampir mati.

“Kenal pak” Luke hanya menjawab dengan spontan dan diam kembali.

“Dia itu anaknya nakal banget, bapak dah sering nasehatin tapi gak pernah di dengerin, tiap malem bukannya belajar malah kerjaannya keluyuran gak jelas dia.”

Ketika di perjalanan pak Andre banyak bercerita tentang anaknya tapi Luke yang mengetahui sifat anaknya nampak hanya menjawab singkat dan tak terlalu peduli sambil melihat pemandangan malam hari itu.

Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah restoran mewah dan saat turun mereka langsung di sambut oleh beberapa karyawan di sana.

“Selamat malam, selamat datang pak silahkan masuk.”

Lalu mereka bertiga masuk dan duduk di tempat yang sudah di pesan oleh pak Andre. Nampak ada banyak tamu kelas atas juga makan di sana.

“Wahh.. rame banget ya pak...”

“Iya mad, namanya juga malem minggu.”

Lalu seoraang pelayan datang sambil membawa daftar menu. Luke yang pertama kalinya datang ke tempat mewah seperti itu sedikit grogi.

“Ayo pesen apa yang dek Luke mau, malam ini bapak traktir sepuasnya.”

“Ayo mad pesen yang kamu mau, jangan malu malu.”

Mendengar tawaran pak Andre, Luke akhirnya memesan steak wagyu dan beberapa makanan lainnya. Sampai setelah beberapa saat waiters datang bersama seorang koki dan nampak ada sedikit atraksi memasak di sana.

Luke yang pertama kalinya melihat hal seperti itu sedikit tertarik dan nampak menikmati pertunjukkan Live Cooking tersebut. Sampai menu pesanan datang silih berganti dan mereka bertigapun menyantap makan malam dengan santai di sana.

“Kalo mau tambah bilang aja dek Luke, jangan malu malu...”

“Hemmm... iya pak.” Tapi ketika ia memakan makanan mewah itu ntah kenapa ia teringat dengan kedua adiknya di rumah. Dan bagi luke makanan mewah itu tak lebih dari makanan biasa saja jika tak bersama dengan sang adik.

“Pak Andre makanan di sini bisa di bungkus gak?”

“Ohhhh... bisa bisa, kenapa emang?.”

“Gpp pak saya cuman mau bawain buat adek saya di rumah.”

“Begitu toh... bapak tau kamu pasti khawatir sama adek kamu di rumah kan?... tenang aja sekarang lebih baik kamu menikmati makanan yang sudah di berikan yang maha kuasa saat ini dan untuk adek kamu juga nanti tinggal di bungkus kan?.”

“Karna tujuan utama kita ke sini untuk merayakan bisnis kita yang baru saja terjalin jadi jangan malu malu hajar saja semuanya...”nampak pak Andre sedikit bergurau.

Mendengar penjelasan pak Andre , akhirnya Luke mulai memakan dan menikmati tiap hidangan yang ada. Sampai akhirnya mereka selesai makan dan pak Andre langsung mengantar Luke kembali ke mal.

“Makasih pak Andre makan malamnya.”

“Iya mad”

“ Terus dek Luke, ini berliannya mau bapak kirimin ke agen pelelangan dulu ya biar mereka bisa mulai mendaftarkan berlian ini untuk di lelang nanti.”

“Iya pak."

“Yaudah bapak pulang dulu ya...kalian hati hati di jalan.”

“Oke pak Andre “

Akhirnya pak Andre pulang mengendarai mobil Merci hitamnya sedangkan Luke dan pak Mamad kembali ke parkiran mobil di mal dan pulang menuju rumah mereka.

“Dek Luke tenang aja, pak Andre itu orangnya jujur jadi itu berlian pasti aman.” Nampak pak Mamad bercerita sambil mengendari mobilnya.

“Ia pak saya percaya kok.”

Walaupun dalam hatinya masih ada sedikit keraguan. Tapi mau tak mau Luke hanya bisa mempercayai pak Andre. Bagi Luke yang masih berusia 17 tahun menjual berlian itu justru lebih sulit dari yang di bayangkan orang lain dan Luke juga paham hal itu. Sampai mobil pak Mamad pun tiba di depan rumah kontrakan Luke.

“Oke pak Mamad makasih dan bantuin saya hari ini ya.”

“Iya dek Luke santai aja, adek sama sauadara adek dah bapak anggap anak sendiri.”

Lalu sebelum membuka pintu mobil Luke bersalaman dengan pak Mamad sambil menundukkaan kepalanya.

“Dadah pak, makasih buat semuanya dan kalau berliannya dah laku nanti bapak tenang aja, saya pasti kasih komisi gede buat bapak.”

“Santai aja dek Luke, bapak ikhlas kok batuin adek, yaudah bapak pulang dulu ya.”

Luke diam sebentar di depan rumahnya sambil melihat mobil pak Mamad pergi. Sampai mobil itu menjauh barulah Luke masuk.

“Kakak pulang....”

“Kakak...”

“Kakak kemana aja sih... kok pas sore gak pulang dulu?.”

“Iya iyaa maaf Chiko kakak lagi ada urusan.”

“Ohh iya nih makanan buat kamu...terus Chika mana kok gak nonton tv kaya biasa.”

“Itu kak...Chika kayaknya lagi sakit.”