Tiba-tiba wajahnya kembali muram, sejenak karena masalah tempat tinggal dan dia yang hampir tenggelam, Archie melupakan tentang rasa sakitnya, namun ketika sendiri seperti ini, dia kembali mengingat wanita itu, sedang apa dia sekarang?
Archie tak ingin membayangkan wajah Suri ketika tahu dia pergi, wanita itu pasti sedih sekali, membayangkannya saja sudah membuat hati Archie sakit, untunglah dia tidak benar-benar melihatnya, jika tidak dia tak akan sanggup, itulah alasannya kenapa dia harus kabur dari sana, dia tak akan sanggup melihat tangisan dan kesedihan Suri saat tahu hubungan mereka terlarang. Biarlah, biar saja dia menderita di sini, yang penting di sana Suri akan segera bisa bangkit dikelilingi orang-orang terkasihnya.
Tak lama Ceyasa keluar dari kamar mandinya, menggunakan jumper berwarna pink dan celana tidur berwarna biru dongker, rambutnya yang sebahu terlihat dibiarkan tergerai basah, Archie mengamatinya,ternyata wanita ini ternyata terlihat cukup manis dengan wajah yang imut.
"Kau melihat apa?" kata Ceyasa yang tidak senang ketika dia melihat Archie sedang menatapnya.
Hanya saja sifatnya buruk, pikir Archie lagi, mengalihkan pandangannya.
"Tidak," kata Archie seadanya.
"Ini, letakkan di luka kepalamu," kata Ceyasa segera menyerahkan sebuah plester pada Archie.
"Aku tidak bisa memakainya, aku tidak bisa melihat lukanya."
"Dasar manja, sini.”
Archie sedikit menekuk lututnya karena tingginya dan Ceyasa cukup jauh, Ceyasa hanya setinggi dagunya. Ceyasa segera membuka pembungkus plester itu, lalu meletakkanya ke dahi Archie, saat itu dia baru bisa melihat wajah Archie, ternyata benar, pria ini sangat sempurna, namun itu tak berarti apa-apa buat Ceyasa, terpesona pun tidak, rasanya hatinya benar-benar terbuat dari batu.
"Kau sudah lapar?" tanya Ceyasa, nadanya lumayan melunak kali ini.
Archie merasakan perih di perutnya, dia baru sadar dia belum makan dari siang, dia hanya sempat makan di pesawat tadi, jadi ya, dia lapar sekarang.
"Kalau boleh aku memang ingin makan," kata Archie sopan. Ceyasa mengerutkan dahi, kenapa pria ini bicaranya sopan sekali, dari mana dia?
"Biaklah, duduk saja di sana, aku akan memasak sedikit, tidak akan lama," kata Ceyasa segera pergi ke dapurnya.
Archie memperhatikan rumah ini, hanya ada satu ruangan kosong di tengah, sebuah kamar mandi kecil di sudut, 3 buah ruangan dan 1 dapur dan halaman depan dan halaman belakang sepertinya, tidak ada perabotan apapun, bahkan sofa atau kursi pun tak ada, hanya ruangan kosong di tengah, Archie jadi bingung, dia harus bagaimana?
"Hei, duduk saja, kalau kau terus berdiri, nanti kau pingsan," kata Ceyasa mengintip sedikit dari dapur, Arcie kembali melihat sekitar.
"Dimana?" kata Archie.
"Dimana saja, bukannya tempat itu luas.”
"Maksudmu aku duduk di lantai?" kata Archie, seumur hidupnya dia belum pernah duduk di lantai, itu tidak sopan di kerjaan, hanya budak yang duduk di lantai.
"Ya, mau dimana lagi? langit-langit? ya tapi kalau kau bisa duduk saja di sana, ah, terserah lah, kalau mau berdiri juga tidak apa-apa," kata Ceyasa menggerutu sendiri, masih pusing bagaimana dia merawat pria yang amnesia ini, bahkan menghidupi dirinya sendiri saja dia sudah kesusahan.
"Baiklah," kata Archie patuh, namun dia tidak jadi duduk, hanya berdiri saja di pojok ruangan yang cukup jauh dari posisi Ceyasa. Dia mengambil ponselnya, mengirimkan pesan singkat untuk Gerald.
Archie : ‘Jemput aku besok dan carikan aku tujuan yang lebih manusiawi.’
Tak lama handphonenya kembali bergetar, pesan balasan dari Gerald.
Gerald : ‘Tidak bisa, jadwal penerbangan helikopter di sana hanya 2 minggu sekali.'
Archie melihat itu langsung kesal, tempat apa sih ini? bahkan transportasinya saja terbatas sekali.
Archie : ‘Sewa semuanya, aku tidak mau tahu.’
Gerald : ‘Cobalah bertahan 2 minggu, kau akan menyukainya, aku di panggil ke kerajaan karena dirimu, aku akan menghubungi nanti. aku matikan ponselku ya.'
Membaca itu Archie langsung ingin membanting ponselnya, untungnya dia melihat Ceyasa yang mengintip di dapur, dia langsung mengurungkan niatnya dan segera menyembunyikan ponselnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Ceyasa curiga.
"Aku sedang mencari jati diriku, mungkin ada barang-barang yang bisa membuatku mengingat," Archie mencoba mencari alasan. Ceyasa masih menatapnya curiga, namun wajahnya langsung melunak.
"Baiklah," kata Ceyasa yang menurutnya itu masuk akal.
Archie hanya berdiri di pojok ruangan, mencoba bersabar menunggu Ceyasa yang masih memasak, sesekali dia mendengar Ceyasa berdendang, mendengar itu Archie merasa sedikit lucu.
"Makanan sudah siap," kata Ceyasa, dia mengangkat meja kecil setinggi lututnya keluar dari dapur, meletakkannya di tengah ruangan yang kosong itu. Archie hanya melihatnya saja, tidak tahu apa yang di lakukan oleh Ceyasa, biasanya jika dia ingin makan, dia tinggal datang ke ruang makan dan semua sudah tersedia di meja besar mewah dengan segala ukiran.
Ceyasa mengeluarkan beberapa perlengkapan makan, 2 jenis lauk dan sejenis lagi sayuran, dia lalu mengeluarkan nasi yang baru saja dia masak, semua diletakkan di meja itu, setelah semua keluar dia segera duduk di lantai menghadap ke arah meja makan itu.
"Kau bilang kau ingin makan, ayo makan," kata Ceyasa melirik ke arah Archie yang hanya menatapnya tidak percaya? bagaimana bisa makan dengan cara seperti itu?
"Kenapa kaget seperti itu? belum pernah makan seperti ini ya?" pancing Ceyasa, kalau Archie menjawab ya atau tidak, berarti dia ingat tentang masa lalunya.
"Entah, aku tak ingat, hanya merasa asing," kata Archie yang tak terpancing, Ceyasa jadi mayun mendengar jawaban Archie, dia melihat Archie mendekat.
"Duduklah di depanku, cepat makan, biar kau lekas sembuh dan kau pergi dari ku," kata Ceyasa melirik Archie dengan sinis.
Archie melihat hidangan sederhana itu, tidak menyelerakan baginya, tapi perutnya seperti sudah melilit karena saking laparnya, dia tidak bisa memilih makanan, karena walaupun dia ingin membelinya, di sini bahkan tidak ada restoran.
Archie perlahan duduk di lantai, sedikit bingung bagaimana melipat kakinya yang panjang, jadi dia duduk ala orang Jepang dan segera mengambil beberapa sayur dan lauk yang ada di sana, dia berpikir yang penting perutnya terisi hari ini, tak peduli bagaimana rasanya, dia akan mencoba menelannya.
Dia memasukkan makanan itu ke mulutnya, mengunyahnya beberapa kali dan sedikit kaget, rasanya jauh lebih enak dari pada bentuknya, bahkan dia merasa ini sangat enak, lebih enak dari pada makanan kerajaan walaupun makanan kerajaan itu dibuat oleh koki khusus.
"Kau bisa memakannya?" kata Ceyasa yang terbiasa berbicara bahkan sedang makan, Archie mengangguk, dia tidak biasa makan sambil berbicara, itu peraturan khusus, jadi dia hanya menikmati makanannya dengan tenang dan menggunakan tata kramanya.
Namun saat dia melihat cara Ceyasa makan, dia sedikit tertegun, Ceyasa makan tampak buru-buru, bahkan dia mengambil lauk dan sayurnya menggunakan sendok yang di pakainya, melihat itu Archie sedikit jijik, kenapa tidak menggunakan sendok yang lain?
Ceyasa hidup sendiri sedari kecil, kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi dia diurus oleh paman dan bibinya, namun saat umurnya menginjak 15 tahun, dia ditinggalkan sendiri di sini saat keluarga pamannya pindah dari desa kecil ini, jadi dia terbiasa makan sendiri, dan tidak ada yang mengajarinya bagaimana harus bersikap.
"Kau ingin tambah?" kata Ceyasa.
"Tidak, terima kasih," kata Archie, untungnya dia mengambil cukup banyak lauk sehingga tak perlu mengambilnya lagi, Archie tak menyangka seorang wanita bisa makan seperti itu, dia benar-benar tak terbiasa dengan keadaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 366 Episodes
Comments
Mimilngemil
😂😂😂😅😆
Bar-bar parah ini mah perempuan
2023-12-18
0
khair
ampun deh ni cewek.... sendok bekas makan dicelupin ke mangkok lauk😂😂😂😂😂😂
2023-08-31
0
Dimpi
berarti sania udah meninggal yah 😓
2021-07-29
0