Setelah cukup puas berteriak, dia tampak terengah-engah, bahkan mengeluarkan emosi saja rasanya sangat lelah, dia kemudian melihat ke sekeliling tempat itu, hanya ada pinggiran danau yang tenang dan tebing yang ditumbuhi banyak tanaman hijau, bagaimana dia bisa sampai di tempat ini? lalu tiba-tiba matanya menangkap sebuah sosok yang cukup jauh darinya, terlihat berdiri di ujung dermaga kayu yang usang, menatap diam.
Sedang apa dia? Pikir Archie yang cukup penasaran, bagaimana ada wanita di sekitar sini? bukannya sudah tidak ada pemukiman di sini? pikir Archie sambil terus mengamati.
Wanita itu awalnya berhadapan dengan air danau yang tenang, namun perlahan-lahan dia memutar tubuhnya sehingga membelakangi permukaan danau itu dan dengan perlahan, dia menjatuhkan tubuhnya ke dalam air itu, Archie yang melihat itu kaget dan refleks segera berlari ke arah wanita itu.
Jangan-jangan dia ingin bunuh diri, makanya datang ke tempat sepi seperti ini dan menjatuhkan dirinya ke dalam danau, pikir Archie yang segera sampai di dermaga itu, melihat air yang beriak namun wanita itu tidak terlihat di permukaan.
Archie segera melepaskan mantelnya melemparkannya asal saja di dermaga itu, barang-barannya juga ditinggalkannya dengan asal, tanpa menunggu lama dia segera loncat masuk ke dalam danau yang tenang itu, begitu dia masuk, air danau yang sangat dingin langsung menyelimutnya,terasa menyengat ke seluruh tubuhnya, bahkan membuat Archie langsung kesusahan untuk berenang, padahal dia termasuk perenang yang handal. Belum lagi di dalamnya ternyata sangat gelap, dan tiba-tiba kepalanya terkena sesuatu, membuat Archie tak sadarkan diri.
Saat Archie masuk, tidak lama wanita tadi tampak di permukaan, dia tampak berenang dengan tenang.
"Ceyasa! Ceyasa!” teriak seorang wanita di atas dermaga dengan wajah sangat cemas.
"Ada apa?” balas Ceyasa pada temannya.
"Ada seorang pria yang tiba-tiba melompat ke dalam danau, sepertinya dia salah paham dan dia ingin menolongmu, tapi dia belum juga muncul," kata Nadia.
"Benarkah?" kata Ceyasa, dia menarik napas dalam-dalam dan segera menyelam tidak ingin buang-buang waktu, bagi orang yang tidak terbiasa dengan dinginnya air danau ini, hal ini bisa sangat berbahaya, jadi Ceyasa mencoba melihat ke arah sekelilingnya dan matanya menemukan sosok yang perlahan mulai tenggelam, Dia segera berenang ke arah Archie dengan secepatnya dan segera menarik tubuh Archie ke permukaan.
Ceyasa besar di kawasan ini membuat dia sangat mahir dalam berenang dan menyelam, dia dengan mudah bisa membawa tubuh Archie ke permukaan, menyeretnya ke arah tepian, Nadia yang melihat hal itu segera mengikuti Ceyasa.
"Tolong," kata Ceyasa mendorong tubuh Archie ke arah atas, sedangkan Nadia menariknya ke daratan sedikit kesusahan namun akhirnya mereka berhasil, Ceyasa yang melihat hal itu segera keluar dari danau itu.
Nadia mengamati wajah Archie yang terlihat pucat, darah di dahinya terlihat jelas, namun yang membuat Nadia terpaku adalah ketampanannya.
Ceyasa juga mengamati Archie, dia kenal semua orang di desa kecil ini dan pria ini belum pernah dia lihat, apakah dia pendatang? namun dia tidak ingin membuang waktu, dia harus menyadarkan pria ini, langsung memberikan pertolongan pertama untuk Archie, dia segera mendekatkan pipinya ke hidung Archie, tidak bisa merasakan napas Archie, air dingin bisa melambatkan sistem pernapasannya, dia mencoba memeriksa nadi Archie, terasa sangat lemah.
"Bagaimana?" kata Nadia masih panik.
"Aku harus melakukan CPR," kata Ceyasa,
Dia segera melakukan resusitasi jantung paru (RJP) untuk penanggulangan pertama orang tenggelam, dia mulai menekan dada Archie, untungnya dia pernah mengikuti pelatihan ini. Dia menekan bagian tengah dada Archie sebanyak 30 kali, namun Archie tidak merespon.
"Bagaimana?" kata Nadia lagi melihat Ceyasa yang berhenti menekan dada Archie.
"Aku harus memberikan napas buatan," kata Ceyasa melihat ke arah Nadia, namun Ceyasa ragu-ragu melakukannya, soal ini dia belum pernah melakukannya dan dia tidak kenal siapa pria ini.
"Lakukanlah, kau tidak akan rugi, lihat dia sangat tampan, lagi pula dia begini karena dirimu," kata Nadia.
"Kok bisa karena aku? aku kan tidak menyuruhnya melompat, dia saja yang bodoh melompat ke danau dingin seperti ini?" kata Ceyasa kesal dia disalahkan.
"Tapi kau harus membantunya, dia sepertinya orang asing," kata Nadia masih terpukau dengan Archie, semakin dia melihat, semakin sempurna pria ini, wajahnya putih, hidungnya, bibirnya, matanya, bahkan postur tubuhnya, sangat sempurna.
"Ya karena dia pria asing aku tidak akan ingin memberikannya napas buatan," kata Ceyasa memandang Archie.
"Kalau begini terus dia bisa mati karena mu," Nadia mencoba menakuti Ceyasa.
"Kenapa tidak kau saja yang memberikannya?" kata Ceyasa lagi, masih benar-benar ragu melakukannya.
"Tidak bisa, aku belum terlatih, lihatlah, darah di kepalanya semakin banyak, Ceyasa dia akan mati," Kata Nadia dengan nada yang mendramatisir membuat Ceyasa semakin cemas dan panik, kalau benar pria ini mati, bisa menjadi masalah untuknya.
"Baiklah, aku akan memberikannya," kata Ceyasa, Ceyasa menarik napasnya, dia segera mencubit hidung Archie, mencoba mendekatkan bibirnya pada bibir Archie yang masih terlihat sangat pucat, semakin dia dekat malah semakin takut dia, saat bibir mereka hampir bertemu, tiba-tiba Archie terbatuk, dia terbatuk karena napasnya tertahan terlalu lama.
Sebenarnya Archie sudah sadar dari tadi, saat Nadia dan Ceyasa asik berdebat, dia sempat membuka matanya sebentar, melihat samar ke arah Ceyasa dan di dalam otaknya tiba-tiba muncul ide yang cukup cemerlang menurutnya, dengan begini mungkin wanita ini akan merasa bersalah dan akan membantunya selama dia ada di desa ini.
Ceyasa langsung menarik dirinya ketika melihat Archie batuk, Nadia langsung terlihat senang, Ceyasa menghembuskan napas lega, akhirnya dia tahu pria ini tidak mati. Archie segera terduduk, masih saja terbatuk, dia segera memegang kepalanya yang terasa perih, di telapak tangannya terlihat darah yang cukup banyak.
“Kepalaku sakit,” kata Archie meringis, Archie segera melihat ke arah Ceyasa dan Nadia, Nadia yang takut disalahkan segera menunjuk ke arah Ceyasa, Archie segera menatap tajam pada Ceyasa, Ceyasa langsung salah tingkah.
"Itu bukan salahku, aku tidak menyuruhmu untuk terjun, kenapa kau terjun?" kata Ceyasa dengan nada salah tingkah, tak mau di salahkan.
"Aku tidak tahu kenapa aku terjun, apa benar aku terjun? atau kau yang mendorong ku jatuh?" kata Archie pura-pura lupa.
"Ha? apa maksudmu? untuk apa aku mendorongmu ke danau, aku bahkan tidak mengenalmu," kata Ceyasa lagi, suaranya agak keras.
Enak saja pria ini menuduhnya sembarangan. Pikir Ceyasa dengan lirikan tajam pada Archie.
"Jangan-jangan, apa kau ingat siapa dirimu?" kata Nadia yang teringat sesuatu.
Archie memandang Nadia dengan sedikit kerutan wajah, tak lama Archie menggelengkan kepalanya.
"Ya Tuhan! Aku kira ini hanya ada di sinetron," kata Nadia tak percaya, dia bahkan sampai terlihat syok.
"Apa maksudmu?" kata Ceyasa menatap curiga pada Archie, dia menyipitkan matanya.
"Ceyasa, dia hilang ingatan, gara-gara dia jatuh ke danau, kepalanya terluka dan dia hilang ingatan, itu selalu ada di sinetron atau novel, aku tidak sangka itu ternyata ada di dunia nyata," kata Nadia sedikit histeris.
Ceyasa semakin mengerutkan dahinya, melihat wajah Archie yang terlihat linglung, sebenarnya pura-pura linglung, dia harus melakukannya, kalau tidak dia tak tahu harus tidur di mana malam ini.
"Benarkah kau hilang ingatan, lukamu itu hanya goresan kecil,"kata Ceyasa mendekat, dia bahkan menekan luka di dahi Archie dengan jari telunjuknya, membuat Archie merasa kesakitan,
"Au!" teriak Archie refleks karena nyeri.
Wanita ini! pikirnya, kalau tidak butuh dengannya, Archie pasti sudah memarahinya, siapa yang berani melakukkan itu padanya jika dia ada di wilayah kekuasaannya.
____________________________________
ilustrasi Desa Giovert
Ceyasa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 366 Episodes
Comments
Mimilngemil
Indahnya....
2023-12-17
0
Mimilngemil
😂😂😂
2023-12-17
0
Mimilngemil
😱
2023-12-17
0