Archie membuka matanya karena teguran dari pramugari yang ada di sana, dia memejamkannya beberapa kali karena matanya terasa perih, mungkin efek karena tak tidur semalaman, tubuhnya merasa lemas sekali.
"Tuan,sebentar lagi kita akan landing, silakan menggunakan sabuk pengaman Anda," kata Pramugari itu.
"Terima kasih," kata Archie sedikit tersenyum, dia segera menggunakan sabuk pengamannya, mengusap sedikit wajahnya yang sembab karena baru bangun tidur atau bekas menangis semalam, dia memperhatikan awan-awan putih yang mengambang, memantulkan cahaya matahari yang indah, langit biru menjadi latarnya, sungguh pemandangan yang indah untuk di lihat, sayangnya hati Archie tak seindah itu sekarang.
Dia melihat jam tangannya, sudah hampir 5 jam dia mengudara, dia tidak punya banyangan tentang tempat yang dia tuju, dia hanya tahu tempat itu adalah pegunungan, dia harus membeli beberapa baju dingin karena sejujurnya Archie tak begitu menyukai udara dingin.
Pesawat Archie mendarat dengan sempurna, Archie memperhatikan sekitar dari kaca jendela tempat duduknya saat pesawat mulai berhenti, tidak ada bandara besar, yang ada hanya gedung kecil dan pohon-pohon, Archie bertanya dalam hati, ke mana Gerald mengirimnya?
Archie segera menyiapkan diri, saat pintu sudah terbuka dia segera menuruni tangga pesawat pribadi itu, matanya sedikit disipitkan karena silau terkena matahari, sinarnya langsung memantul di wajah putih Archie, dia menenteng mantelnya di tangannya.
"Tuan Cendro?" tanya seseorang mendekati Archie.
"Ehm … ya?" kata Archie yang sedikit kaget, belum terbiasa dengan nama itu, untungnya dia ingat.
"Helikopter Anda sudah siap," kata pria itu lagi.
"Baiklah," kata Archie.
Dia segera pergi ke arah yang ditunjukan pria itu, sudah ada helikopter kecil yang menunggunya, baling-balingnya sudah berputar sehingga dia harus merunduk untuk masuk ke dalamnya, setelah dia duduk di dalamnya, pilot memberikan headphone untuk melindungi telinganya. Archie segera menggunakannya, dan tak lama dia kembali terbang.
Udara dingin mulai menusuk tubuh Archie saat mereka melintasi sebuah danau yang dikelilingi oleh beberapa pegunungan, warna danaunya gelap, namun terlihat luas dan tenang, di pinggiarannya Archie bisa melihat sebuah desa kecil yang benar-benar tertutup, terlingkup dengan pegunungan-pegunungan yang ada di sana. Tak lama helikopter itu segera mendarat di lapangan besar yang ada di sana.
"Anda sudah sampai Tuan," kata Pria itu pada Archie, dia sedikit tersenyum.
Archie turun, menginjakkan kakinya ke rumput basah yang ada di bawahnya, menghirup udara yang segar namun menusuk karena dinginnya, dia melihat suasana damai cendrung sepi di desa itu, tampak anak-anak yang bermain dan menatapnya dengan heran, seperti jarang sekali melihat helikopter.
"Anak-anak, ayo kembali ke sekolah, jangan bermain di sini," teriak seorang wanita muda menghalau anak-anak yang sedang menonton helikopter itu, Archie melirik sedikit ke gadis muda itu namun dia sudah berbalik menarik tangan beberapa anak untuk dibawa kembali ke sekolah.
"Apa nama tempat ini?" tanya Archie pada pilot yang tadi mengantarkannya.
"Desa Govert, artinya desa kedamaian surga," kata pilot itu sangat bangga menjelaskanya.
"Baiklah, terima kasih," kata Archie menggunakan mantelnya karena dingin di sana mulai menusuk tubuhnya, Archie segera berjalan menuju ke jalan setapak yang menurutnya menuju desa itu, sangat sepi bahkan di siang hari seperti ini, jalannya bahkan sangat lengang, rumah-rumahnya tampak kuno namun juga terlihat indah, musim ini seluruh tempat terlihat hijau, bahkan gunung-gunung yang menjadi latar belakangnya sangat hijau terlihat cocok dengan warna biru dari langit dan warna danau yang begitu indah.
Archie terus berjalan, baru beberapa saat saja dia hampir mengelilingi semua tempat itu, desa itu benar-benar kecil, dia bahkan tidak bisa menemukan hotel atau tempat menginap di sana, bagaimana dia akan tinggal jika di sana sama sekali tidak ada hotel? dia mencoba beberapa kali untuk berputar-putar, namun tetap saja, dia tidak menemukan tempat peristirahatan, bahkan restoran untuk makan pun tak ada, tempat macam apa ini? pikir Archie.
Saat dia mulai menyerah mencari tempat peristirahatan, matahari sudah meninggi, menyengatnya cukup hangat, membuat dia merasa kepanasan namun cukup dingin untuk membuka mantelnya.
Dia merasa cukup aneh dengan desa ini, tak seorang pun terlihat berlalu lalang, jangan-jangan desa ini desa yang di tinggalkan, jangan-jangan hanya dia sendiri yang ada di desa ini. Archie segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Gerald lagi.
"Halo?” terdengar suara serak Gerald, sepertinya dia baru bangun tidur lagi.
"Halo, aku sudah sampai, Govert, benar bukan?” kata Archi ingin memastikan, jangan-jangan pilot tadi salah membawanya ke mari.
"Ya, Govert, bagaimana? sangat bagus kan? Pemandangannya sangat indah, aku iri padamu sekarang, aku benar-benar ingin datang lagi ke sana," kata Gerald tampak bersemangat.
"Ya, indah, tapi desa ini benar-benar desa, aku bahkan tidak menemukan hotel di sini, dan rumahnya, mungkin hanya ada 100 rumah di sini," kata Archie terus berjalan, sesekali melihat rumah-rumah di sekitar jalan yang dilaluinya, jalanan itu terbuat dari paving block, tak terlalu besar, mungkin hanya bisa di lewati satu mobil, selebihnya langsung berbatasan dengan rumah atau halaman rumah orang.
"Ya, memang tidak ada hotel di sana," kata Gerald enteng.
"Apa?” kata Archie hampir berteriak, "Kau ini apa-apaan, bagaimana aku akan menginap jika kau tidak ada hotel di sini, kau ini gila ya?”
"Easy boy, beli saja salah satu rumah di sana, uangmu kan cukup untuk membeli semua rumah di sana," kata Gerald seolah sangat memudahkan, Archie mengerutkan dahinya.
"Desa ini sangat sepi, aku bahkan belum bertemu dengan seorang pun kecuali anak-anak.”
"Siang hari mereka pergi mencari ikan di danau, tunggu saja sampai malam hari," kata Gerald.
"Tunggu? di mana aku harus menunggu, satu-satunya toko yang aku lihat hanya toko sembako, itu juga ada di ujung jalan," kata Archie, dia tak memperhatikan jalannya hanya mengikuti terus jalan itu.
"Ehm, benarkah? seingatku ada sebuah bar kecil di dekat danau, cobalah kau cari dan datangi," ujar Gelard.
"Jangan-jangan di desa ini juga tidak ada bank dan ATM?” kata Archie yang baru ingat dia hanya membawa sedikit uang tunai, dia benar-benar tidak berpikir Gerald akan mengantarkannya ke desa yang antah berantah ini, Archie bahkan ragu desa ini ada di peta.
"Ehm, sepertinya iya."
"Apa! kau gila! mati saja kau! aku akan membunuhmu jika aku bertemu denganmu nanti, bagaimana aku bisa hidup jika bank saja tidak ada? kenapa kau harus membawaku ke tempat seperti ini?” umpat Archie tak habis pikir, kepalanya yang tadi pusing memikirkan tentang Suri sekarang lebih pusing lagi karena dia ada entah di mana, tanpa uang yang cukup dan tempat tinggal.
“Kau yang memintaku mencarikan tempat seperti itu, itu tempat yang sempurna sekali untuk melarikan diri, bahkan aku ragu Raja tahu tempat itu ada," kata Gerald terdengar menguyah sesuatu.
"Sial! tapi bukan berarti ke desa yang tidak punya akses apa pun," kata Archie masih kesal.
"Baiklah, aku akan mengirimkanmu beberapa uang, di sana pasti ada kantor pos, setelah aku mengirimnya, aku akan mengatakannya padamu," kata Gerald.
"Baiklah, itu lumayan juga, sekarang kau harus memikirkan di mana aku akan tinggal," kata Archie, bercagak pinggang sambil memasang wajah kesalnya, tidak sadar sekarang dia ada di pinggir danau tanpa ada satu pun rumah di sekitarnya.
"Dulu saat aku ke sana, aku menggoda seorang gadis dan aku di perbolehkan tinggal di rumahnya, jadi aku usulkan kau menggoda seorang gadis di bar dan minta tinggal dengannya, hanya memberi tahu, gadis di sana benar-benar cantik, dengan wajahmu itu, aku rasa kau bisa berkencan dengan seluruh gadis di sana," kata Gerald sambil tertawa.
Archie mencubit pangkal hidungnya, merasa kepalanya akan meledak sekarang, kenapa dia harus terdampar di daerah antah barantah ini, bahkan dia sekarang tidak punya tempat untuk menginap walau pun hanya satu malam.
"Oh, ya, tidak ada internet di sana," kata Gerald lagi bahkan sebelum Archie menjawab.
Mendengar itu Archie segera melihat ponselnya, benar saja, tidak ada sinyal internet di sana, yang ada hanya sinyal telepon yang juga terlihat lemah. Sial! Pikirnya.
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika aku pulang!" teriak Archie dia tidak menunggu jawaban dari Gerald, dia langsung mematikan panggilannya dan langsung berteriak sangat keras, menumpahkan semua hal yang sudah ada di dalam hatinya, kekesalan, sakit hati, nyeri yang menusuk bagaikan seribu perdang menancap di dadanya, semuanya, dia ingin mengeluarkan semua emosinya di tempat antah berantah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 366 Episodes
Comments
Mimilngemil
Archie...
Gerald emang Kudu di kasih pelajaran 😂😂😂😂
2023-12-17
0
Mimilngemil
Parah Gerald 😂😂😂
2023-12-17
0
moemoe
🤣🤣🤣🤣🤣🧑🧑
2021-10-11
0