"Apa?? Menikah!! " ucap Amay yang berdiri di depan pintu bersama Haura.
"Amay, Nduk? " ucap Bulek Saroh dan Pak lek Rohim barengan.
"Apa maksudnya Bulek? Kenapa Amay mau di nikahkan dengan orang yang gak Amay kenal? " tanya Amay dengan air mata yang sudah terjun bebas di pipinya.
Bulek Saroh kemudian menceritakan maksud kedatangan Bude Maryam dan Bapak-bapak warga desa ke pesantren. Ia juga mengatakan ancaman Bude Maryam sebelum ia meninggalkan rumah ini.
"Pokoknya Bulek gak ikhlas dan gak ridho dunia akhirat kalau kamu nikah sama orang gak jelas, apa lagi pilihan Mbak Maryam itu! Emang nya dia siapa? " ucap Bulek Saroh dengan penuh emosi.
"Amay juga gak mau Bulek nikah dengan sembarangan orang! Kita aja kalau mau beli baju harus di lihat dulu bagaimana warnanya, model, ukuran, pas apa nggak. Apalagi suami, yang bersama kita seumur hidup. Amay pasti mau menilai gimana agama nya, akhlaknya, sikapnya, semuanya harus benar-benar jelas! Amay gak mau beli kucing dalam karung! " sahut Amay menyuarakan keinginannya.
"Minta petunjuk sama Gusti Allah, Nduk? InsyaAllah Pak lek gak akan biarkan Mbak Maryam seenaknya menikahkan mu dengan pilihan nya! " saran Pak lek Rohim dengan bijak.
"Iya Pak lek! " jawab Amay dengan menganggukkan kepalanya.
🌿🌿🌿
Malam harinya...
Amay sudah bersiap-siap untuk pergi ke warung di sebelah barat yang di dekat sekolahan.
"Loh, Nduk? Kamu mau kemana malam-malam gini? " tanya Bulek Saroh ketika Amay menutup pintu rumah.
"Eh Bulek! Amay mau ke warung Mbah Isah, Bulek! Mau beli keperluan wanita. Kan cuma di warung Mbah Isah yang lengkap isi nya! " jawab Amay menggaruk kepala nya, padahal ia memakai jilbab.
"Kamu pergi sama siapa? Udah malam loh, Nduk? " ucap Bulek Saroh agak keberatan.
"Baru juga jam 7 Bulek! Amay gak sendiri kok! Tuh udah di tungguin Ikal sama temennya! " jawab Amay sambil menunjuk ke arah Haikal putra Bulek nya yang berjalan mendekati mereka.
"Kak, udah siap belom? " tanya Haikal sambil menyalakan senter nya.
"Rara ikut Kak? " teriak Haura yang baru pulang dari masjid karena mengaji sehabis shalat maghrib tadi.
"Ya udah, ayo! " ajak Amay sambil meraih tangan Haura.
"Bulek/Umi kita pergi dulu ya? " pamit mereka berbarengan.
Mereka pun keluar dari lingkungan pesantren dengan Amay dan Haura bergandengan tangan, sedangkan Haikal dan temannya berjalan di belakang mereka dengan membawa senter.
Mereka pergi ke warung yang menjual lengkap berbagai macam barang. Walaupun ada warung yang dekat dari pesantren, tapi persediaan barang-barang nya kurang lengkap. Apalagi Amay akan membeli kebutuhan nya sebagai seorang wanita.
Amay membawa dua kantong kresek dan Haura juga membawa satu kantong kresek di tangannya. Mereka tidak melewati jalan yang pertama karena Haura merengek ingin makan bakso. Akhirnya mereka berjalan memutari desa untuk membeli bakso dan langsung pulang karena mereka memakannya di rumah saja.
Ketika melewati rumah salah satu tetua desa, Amay melihat Bude Maryam duduk di sebuah bangku panjang di samping mobil yang selalu ia kendarai bersama istri tetua desa. Amay memberi kode kepada Haikal agar pulang duluan mengantarkan Haura dan kembali lagi menjemput Amay. Haikal langsung membawa Haura pulang duluan ke pesantren setelah mendapat kode dari kakaknya.
Amay berjalan pelan-pelan mendekati mobil tersebut untuk mengetahui apa yang mereka diskusikan.
"Yam, apa kamu gak lelah menyimpan dendam dengan Sulaeman dan keluarga nya? " tanya istri tetua desa kepada Bude Maryam.
"Aku gak akan lelah sampai anak kesayangan Sulaeman itu menderita dan pergi dari desa ini! " jawab Bude Maryam dengan suara keras.
"Tapi ini sudah 30 tahun berlalu Yam! Sudah cukup kau menyimpan dendam di hatimu itu! Apakah kau tidak ingin hidup tenang hingga maut menjemput kita? " ucap istri tetua desa itu.
"Aku tidak bisa melupakan sakit hatiku, Nab. Hati ku hancur dan sakit karena Sulaeman meninggalkan aku di hari pernikahan kami. Dia membuat kedua orang tua ku malu dan menjadi caci maki dan hinaan orang. Hingga aku menikah dengan Rasyid, dan tahu jika mereka adalah saudara tiri. Aku sangat benci melihat dia hidup bahagia dengan si Hafizah itu! Apalagi ketika Hafizah mengandung, aku mendengar ucapan Sulaeman jika nanti anak mereka akan menjadi orang besar. Aku benci itu, seharusnya aku yang mengandung anak Sulaeman, bukan si Hafizah. Tapi aku bahagia karena anak mereka meninggal ketika Hafizah melahirkan di rumah sakit. Aku bertambah benci ketika mereka mengadopsi anak pungut itu, aku benci melihat semua orang menyayangi nya. Dan aku bersumpah akan menghancurkan peninggalan Sulaeman itu hingga ke akar-akar nya. " jawab Bude Maryam dengan mengebu-ngebu.
"Astaghfirullah hal adzim, Maryam? Itu tidak baik! Coba lah untuk mengikhlaskan semua yang terjadi padamu karena Allah. Aku tidak mau sahabat ku menyesal di kemudian hari. Aku juga tidak ingin kau menjadi orang jahat yang nanti nya akan merugikan dirimu sendiri. Aku juga tidak ingin kau mendapat kan karma atas perbuatan mu itu, Yam. " ucap Zainab sambil mengurut dadanya.
"Aku tidak bisa! Aku tidak peduli dengan karma! Karena bagiku, kehancuran pesantren itu akan membuat aku puas dan tenang. Bagiku, hatiku sudah mati saat Sulaeman meninggalkan aku di pelaminan. Hatiku sudah mati, Zainab! Sudah mati! " jawab Bude Maryam dengan tangan terkepal.
"Kak... "
"Ssssstttt.. Ayo kita pergi dari sini! Nanti ketahuan! " Amay menempel kan tangan di mulutnya meminta Haikal diam dan menarik tangan Haikal agar pergi dari sana.
"Kenapa sih Kak Bude Maryam teriak kayak gitu! Kayak orang kesetanan aja! " omel Haikal ketika mereka dalam perjalanan pulang.
"Hussss ! Gak usah keras-keras nanti ada yang dengar? " ucap Amay mengingatkan Haikal.
Mereka pun pulang tanpa bicara lagi dan segera mempercepat langkah kaki mereka agar segera sampai ke pesantren.
Sesampainya di pesantren, Amay langsung menemui Pak lek Rohim dan Bulek Saroh yang kebetulan sedang bersantai di ruang keluarga menonton televisi.
"Pak lek, Bulek! Ada yang ingin Amay sampaikan! " ucap Amay dengan wajah serius.
Amay pun menceritakan apa yang ia dengar dari mulut Bude Maryam beberapa menit yang lalu tanpa ia ubah kata-kata nya.
"Astaghfirullah hal adzim, Abah! Ternyata Mbak Maryam menyimpan dendam selama ini dengan keluarga kita! " ucap Bulek Saroh dengan tatapan tidak percaya.
"Emang benar ya Bulek yang dikatakan Bude Maryam kalau Abah dulu mau nikahin dia? " tanya Amay dengan penasaran.
"Bulek juga gak tau, Nduk! Abah tahu gak? " jawab Bulek Saroh sambil bertanya juga dengan suaminya.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas readers semuanya...
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
oh dendam kesumat
2022-06-11
0